Istri Kecil Tuan Ju

Sikap Yang Tidak Pantas



Sikap Yang Tidak Pantas

0"Ma ... Sudahlah! Jangan dibawa ke hati! Qiara masih muda, jadi wajar dia begitu.      

Ya sudah, saya pergi dulu!". Ucap Julian dengan tatapan sayu yang penuh kasih sayang kepada orang yang dituakan itu.      

"Iya. Tolong maafkan sikap Qiara ya Julian! Semoga kamu sabar menghadapinya. kata Renata dengan penuh harap.      

"Aamiin. Aku pergi ya Ma! Assalamualaikum!". Kata Julian dengan ramah.     

"Waalaikumsalam ... ". Setelah mendengar jawaban dari salamnya. Julian pergi meninggalkan rumah Qiara dengan perasaan yang rumit.      

Sedang Renata mulai mengumpulkan kesabarannya sebelum menghadapi Qiara.     

"Qiara ... Keluar kamu!". Teriak Renata sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar Qiara dengan keras. "Ahhh ... Mama mulai lagi kayaknya.      

Apa dia harus marah sampai segitunya hanya karena menantunya yang tidak berkualitas seperti itu. Lebih baik aku mandi saja. Biarkan Mama berteriak! Nanti juga kalau lelah dia akan nyerah sendiri". Ucap Qiara dengan mengabaikan Ibu nya.     

Setelah itu, ia pergi mandi. Sore menjelang malam. Qiara mengurung diri di kamar karena kesal pada Mamanya.      

Walaupun Renata membujuknya untuk keluar, Qiara tetap bertahan. Hingga ia menyerah karena ia mengenal betul putrinya. Kalau lapar pasti dia akan keluar. Perkiraannya sangat tepat saat ia melihat Qiara diam-diam keluar dan menikmati makanannya ketika Ibu nya sudah masuk ke kamar.      

Setelah makan, Qiara kembali ke kamar melanjutkan permainan game kesukaannya. Tepat saat itu, ia diganggu oleh telpon yang masuk.     

'Ahhh ... Sangat menyebalkan. Kenapa lagi dia menelponku? Sangat mengganggu. 'Batin Qiara seraya menonaktifkan nomornya lalu kembali bermain.     

"Ohhh ... Astaga!". Di tengah-tengah keseruannya bermain. Qiara di kejutkan oleh Renata yang tiba-tiba sudah ada di samping tempat tidurnya dengan ekspresi yang menakutkan.      

"Mamaaaa ... Kenapa datang tanpa basa basi dulu sih? Mama itu seperti hantu yang tiba-tiba muncul. Untung saja aku tidak punya penyakit jantung". Lanjut Qiara dengan kesal.     

"Ini semua karena salah kamu. Kenapa kamu matikan ponsel kamu hah?". Tanya Renata dengan kesal.      

"Aku lagi main. Makanya aku matikan agar tidak ada yang menggangguku". Jawab Qiara tanpa ekspresi. "Mama tau kalau kamu matikan ponselmu karena Julian sudah menelponmu.      

Sayang, dia itu suamimu bukan pengganggu. Tidak bisakah kamu mengangkatnya sebentar?". Kata Renata dengan kesal.      

Mendengar kata-kata Renata. Qiara langsung cemberut, dia benar-benar tidak suka kalau Mamanya mulai bawel soal Julian atau mengingatkannya kalau dia adalah seorang istri.      

Qiara semakin tidak suka sama Julian yang selalu melaporkan tindakan buruknya kepada Mama nya.      

Yang benar adalah, Julian hanya bertanya keadaan Qiara saja setelah merasa marah siang tadi. Walaupun dia tidak cinta sama Qiara tapi dia tau bagaimana semestinya seorang suami bersikap.     

"Qiara ... Apa kamu dengar apa yang Mama katakan?". Lanjut Renata sambil menggertakan giginya".     

"Iya Ma .... Udah jangan marah lagi! Aku akan menghubungi dia balik. Jadi, Mama sebaiknya keluar deh!". Jawab Qiara dengan malas.     

"Beneran ya? Awas kalau kamu membohongi Mama!". Ancam Renata dengan tegas.      

"Iya. Tidak akan". Setelah mendengar jawaban Qiara. Renata langsung keluar dari kamarnya.     

Setelah Ibu nya pergi, dengan malas Qiara mengaktifkan kembali nomornya dan langsung membuat panggilan ke nomor Julian, tapi sayang tidak diangkat. "Syukur deh gak diangkat".     

Ucap Qiara seraya tersenyum merasa senang karena Julian tidak mengangkat teleponnya. Dia pun tidak harus bicara dengan Julian. Namun, tidak lama kemudian Julian menelpon balik dan itu membuat Qiara benar-benar merasa geram.     

'Ya Tuhan ... Aku berlindung dari godaan setan yang terkutuk. Dia benar-benar ahli membuat tanduk di kepalaku. Julian Alvero ... Manusia yang rajin banget menyapa orang yang tidak menginginkannya.     

Ahhh ... Bikin kesal saja!'. Batin Qiara.     

Setelah ngedumel, Qiara pun langsung mengangkat panggilan dari Julian. "Halo ... ". Sapa Qiara lebih dahulu saat telepon sudah tersambung.      

"Lagi apa? Apa Mama masih marah?". Tanya Julian dengan ramah. "Aku lagi bicara sama kamu. Kalau mau tau kabar Mama. Kenapa tidak menelponnya saja?". Jawab Qiara dengan ketus.      

"Ohhh ... Aku akan menelponnya nanti. Oh iya, kapan kamu libur sekolah?". Tanya Julian.      

"Dua minggu lagi. Memangnya kenapa?". Tanya Qiara dengan perasaan aneh ketika mendengar Julian menelponnya hanya untuk bertanya kapan dia libur.      

Sungguh menyebalkan bagi Qiara. "Kalau liburan, apakah ada Negara yang ingin kamu datangi?". Lanjut Julian dengan suara dingin tanpa menunjukkan emosi apapun.      

"Hahaha ... Apa kamu sedang mengejekku? Apa kamu tidak merasa berlebihan dengan bertanya begitu? Kamu tau sendiri kan, kalau aku tidak mungkin mampu liburan ke suatu Negara tertentu.      

Ke luar kota saja aku tidak mampu, secara aku tidak mau repotin Mama. Jika pun aku paksa itu juga tidak akan mungkin, secara Mama tidak punya banyak uang dan aku juga belum bekerja". Jawab Qiara dengan polosnya seakan lupa dengan rasa kesalnya.      

"Kamu sebut saja negara mana yang ingin kamu datangi! Karena aku butuh jawaban bukan pertanyaan atau tuduhan. "Mendengar pertanyaan Julian, Qiara menjepit alisnya seraya berfikir.      

Setelah itu, dia memutuskan untuk memberitahu Julian Negara yang dari dulu ingin sekali dia datangi meskipun memimpikannya saja dia tidak berani, kalau akan ada hari dia bisa berangkat ke sana karena dia penggemar Naruto dan beberapa Anime.     

"Aku ingin ke Jepang". Jawab Qiara dengan antusias. "Oh oke. Aku akan tutup sekarang. Karena malam ini juga aku harus kembali ke Jakarta karena besok aku akan berangkat ke Korea". Jelas Julian tanpa penjelasan lebih lanjut.      

"Ya udah terbang aja sana! Ngapain ngasih tau aku". Jawab Qiara dengan ketus.     

"Iya. Sampaikan salamku pada Mama! Karena malam ini aku tidak bisa menginap di rumah. Assalamualaikum". Kata Julian setelah menarik nafas dalam mendengar jawaban Qiara yang menunjukkan sikap tidak suka nya.      

"Syukur deh. Waalaikumsalam". Setelah mengatakan itu, Qiara langsung menutup telponnya dengan geram.      

'Apa-apaan orang tua itu? Tadi nanyain Negara yang ingin aku datangi. Pas di kasih tau, respon nya cuma begitu saja. Dasar orang tua nyebelin. Batin Qiara dengan geram.      

Setelah itu, Qiara mencoba melupakan Julian dan kembali memainkan game nya.      

Keesokan paginya. Mia dan Lola sengaja datang pagi-pagi ke rumah Qiara, hanya untuk mengajaknya menonton Qiano dalam pertandingan basket.      

Karena satu sekolah sudah tau kalau Qiano hari ini akan tanding basket dengan beberapa sekolah.     

"Ra bangun!". Lola mencoba membangunkan Qiara dengan menarik selimutnya. Sebab Qiara terbiasa tidur selesai shalat subuh kalau hari minggu.      

Qiara menggeliat namun tetap tidak bangun walaupun selimutnya sudah lepas dari tubuhnya.     

"Qiara ... Ayo bangun! Nanti kita terlambat melihat pertandingan Qiano. Semua teman-teman cewek sudah pada berangkat membawa sepanduk besar. Selain itu, si Feny sudah kembali ke sekolah kita. Dan sekarang dia sedang menuju tempat pertandingan". Ucap Mia dengan berbisik di telinga Qiara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.