Istri Kecil Tuan Ju

Semakin Tersipu. (Revisi)



Semakin Tersipu. (Revisi)

0Melihat Qiara tampak grogi, Qiano tersenyum licik sambil mencoba berdiri dengan tegak.     

"Sepertinya sudah tidak begitu sakit. Terimakasih ya sudah perhatian!" Ucap Qiano sambil mengintip ekspres Qiara yang sudah berdiri duluan sambil melihat lain.     

"Sama-sama." Sahut Qiara seraya menoleh kearah Qiano. Seketika itu ia terkejut melihat Qiano yang susah payah untuk berdiri.     

"Ohhh ... Astaga! Kenapa kamu tidak ngomong kalau kamu butuh bantuan untuk berdiri?" Lanjut Qiara dengan kahawatir ketika melihat Qiano yang hampir jatuh. Ekspresinya pun berubah seketika menjadi kesal. Ia pun langsung membantu Qiano dengan memegang tangannya.     

"Ahhh ... Aku minta maaf karena aku tidak enak merepotkanmu. Selain itu, aku juga mengira kalau berdiri tidak sesulit ini." Jawab Qiano sambil tersenyum licik karena rencana berhasil.     

"Ya sudah. Ayo kita pergi!" Kata Qiara seraya memapah Qiano. Walaupun tubuh Qiara lebih kecil dari Qiano, tapi Qiano merasa sedikit terbantu. Jantung mereka tidak berhentinya berdetak karena untuk pertama kalinya mereka bisa sedekat ini.     

Sentuhan secara tidak disengaja itu membuat mereka merasa aneh.     

"Kamu pulangnya bagaimana?" Tanya Qiara sambil mengerutkan keningnya." Nanti, Demian akan menjeputku!" Jawab Qiano dengan suara lemah yang dia buat-buat.     

"Di mana?" Lanjut Qiara. "Mungkin di perempatan ujung sana!" Sahut Qiano seraya menunjuk tempat yang dia maksud.     

"Jauh banget. Kalau begitu, aku akan menemanimu sebentar sampai Demian datang." Ucap Qiara sambil kembali memapah Qiano. Mendengar perkataan Qiara. Qiano pun mengangguk dengan senang hati sembari berharap Demian akan lama menjemputnya.     

Tidak lama kemudian. Keduanya duduk terdiam di tempat pemberhentian angkot disebelah perempatan itu.     

"Umm ... Ra?" Suara Qiano memecah keheningan diantara mereka. Mendengar suara Qiano. Qiara pun langsung menoleh.     

"Ada apa?" Tanya Qiara seraya mengerutkan keningnya.     

"Begini! Liburan semester nanti. Apakah kamu mau melewatinya bersamaku walaupun cuma sehari?"Tanya Qiano dengan penuh harap.     

"Umm ... Aku tidak janji. Tapi, aku akan usahakan, karena biasanya Ayah menjemputku kalau lagi liburan."Jawab Qiara yang berusaha menutupi kebenaran kalau dia sudah ada janji liburan ke suatu Negara walaupun itu belum jelas.     

"Baiklah. Aku berharap kamu bisa!" Sahut Qiano sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.     

"Oh ya? Kalau boleh tau, tamat SMA nanti. Kamu mau ngelanjutin dimana?" Tanya Qiara setelah terdiam beberapa saat.     

"Ummm ... Kalau aku sih, ingin mengejar beasiswa di Belanda. Agar tidak merepotkan Mama dan Papa". Jawab Qiano dengan penuh percaya diri. Qiara pun langsung mengangguk sambil tersenyum, karena dia percaya kalau itu Qiano, pasti dia akan bisa lulus dengan mudah.     

"Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu punya kampus impian?" Pertanyaan Qiano membuat Qiara merenung sejenak karena ia belum memikirkan hal itu.     

"Aku tidak tau No. Tapi, kita lihat saja nanti ya He ..." Jawab Qiara sambil menggaruk lehernya.     

"Kamu memang harus memikirkannya dengan baik. Jangan sampai kamu tidak kuliah ya!"Ucap Qiano dengan semangat. Qiara pun tersenyum lalu mengangguk. Tepat saat itu, Demian datang. Mereka berdua pun saat itu berpisah lalu kembali ke rumah masing-masing.     

Dua minggu berlalu, setelah berpusing ria dengan semesteran, akhirnya mereka lewati dengan begitu cepat. Qiara merasa bahagia untuk pertama kalinya karena semester kali ini dia terbebas dari nyontek berkat ketekunannya belajar sama Qiano. Meskipun dia tidak yakin semuanya benar tapi setidaknya dia bisa menjawab soal hasil dari fikiranya sendiri. Qiara tambah senang lagi ketika menerima raportnya. Ia merasa bangga dengan prestasinya, yang dulunya selalu di peringkat terakhir sekarang melompat ke pringkat 25.     

"Ra, selamat ya !" Ucap Mia yang tentunya masih bertahan di posisi ke 40. Ia pun meniup terompet diwajah Qiara bersama Lola.     

"Iya, aku gak nyangka kalau pringkatku bisa naik itupun hasil usahaku sendiri" Ucap Qiara dengan histeris.     

"Ha ha ... Sungguh memalukan. Peringkat segitu saja sudah bangga." Kata Feny yang tiba-tiba muncul diantara Qiara dan teman-temannya. Mendengar suara sombong dan angkuh itu, Qiara beserta temannya langsung menoleh dengan tatapan sinis.     

"Suka-suka saya sih. Memangnya masalah buat kamu?" Tanya Qiara setelah berdiri tegak di depan Feny dengan tatapan mengejek.     

"Ehh ... Gadis udik dan dekil. Lebih baik menjauh dariku! Karena kamu tidak akan pernah sejajar denganku. Secara otakmu tidak akan pernah bisa melampoui otakku." Kata Feny sambil mendorong bahu Qiara dengan telunjuknya.     

"Lihatlah! Siapa sebenarnya yang otaknya kependekan? Qiara atau kamu? Karena mulutmu seperti tidak pernah disekolahkan. Lebih tepatnya mulutmu lebih busuk dari sampah." Kata Mia yang mulai geram dengan ucapan Feny yang merendahkan Qiara.     

"Jaga mulutmu itu dasar sampah!" Kata Leni yang maju untuk membela Feny.     

"Ohhh ... Lihatlah teman-teman. Ternyata Qiano lagi-lagi menyandang gelar juara umum loh." Ucap Lola yang berusaha mengalihkan perhatian mereka agar tidak jadi ribut.     

"Dia pantas kok mendapatkanya." Jawab Qiara dengan santai.     

"Oooo ... ? Yang urutan ke dua adalah si Feny Wulandari. Apa aku salah lihat?" Kata Lola. Mia dan yang lainnya langsung menoleh kearah papan pengumuman.     

Langsung saja Feny tersenyum licik dan berlagak sombong.     

"Pengumuman di papan ini menunjukkan kalau aku dan Qiano memang pasangan yang luar biasa. Jadi, kamu jangan mimpi bisa mendapatkan Qiano. Bay." Ucap Feny.     

Setelah itu ia pergi begitu saja meninggalkan rasa kesal di hati Mia.     

"Aku benar-benar berharap kalau Qiano tidak akan jatuh kepelukan wanita itu. Amit-amit deh ... " Kata Mia sambil menyeringai jijik kearah Feny yg sudah cukup jauh dari dia.     

"Tenang saja! Qiano tidak akan jatuh kepelukan wanita itu. " Ucap Qiara dengan percaya diri. Mendengar perkataan Qiara. Lola dan Mia saling tatap dengan heran.     

"Ra, apa kamu dan Qiano pacaran?" tanya Mia menyelidiki dengan menatap lekat wajah Qiara.     

"Apaan sih? Tidak mungkinlah aku pacaran sama Qiano secara aku sudah me ... " Qiara menghentikan ucapanya tiba-tiba. 'Ya ampun ... Hampir saja ke ceplosan.' Batin Qiara dengan menunduk dan merasa buruk.     

"Me .... Apa? Kenapa kamu tidak melanjutkan kata-katamu?"Tanya Lola dan Mia bersamaan.     

"Meeee .... Menatap masa depan. Jadi, belum saatnya pacaran. He he " Jawab Qiara dengan susah payah.     

"Tapi, kamu cinta kan sama Qiano?"Pertanyaan Mia membuat Qiara terdiam gagu.     

"Kalau kamu memang cinta, katakan saja! Jangan sampai kamu menyesal jika nanti dia bersama yang lain."Kata Natasya yang baru saja ikut bergabung dan tidak sengaja mendengar obrolan mereka.     

"Benar apa yang dikatakan Natasya. Karena aku bisa melihat, kalau Qiano juga cinta sama kamu. " Kata Mia yang mendukung apa yang dikatakan oleh Natasya.     

Mendengar kata-kata sahabatnya. Qiara semakin diam membisu. Entah mengapa ada rasa sakit di hatinya, karena satu sisi dia tidak ingin menyakiti Qiano jika nanti dia tiba-tiba tau kalau dirinya sudah menikah. Tapi, di sisi lain dia tersiksa karena harus menyembunyikan rasa cintanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.