Istri Kecil Tuan Ju

Teriakan Qiara.



Teriakan Qiara.

0"Di dalam kamar Qiqi ada Monster mesum Ma ... Qiqi takut!" Ucap Qiara dengan suara tersenggal-senggal dan tatapan yang di penuhi oleh ketakutan, tubuhnya pun samapai gemetaran.     

Mendengar perkataan Qiara. Renata menjepit alisnya karena bingung. Karena seingatnya kalau tadi ia melihat Julian yang masuk kamar Qiara. Lalu, Monster seperti apa yang Qiara maksud?.     

"Sayang, kamu mungkin salah lihat. Di dalam itu adalah Julian suamimu, bukan Monster mesum. Ia baru saja tiba di Jepang." Jelas Renata sambil tersenyum karena fikiran nya mulai mengarah pada hubungan suami istri yang ingin dimulai oleh Julian.     

"Julian?" Tanya Qiara dengan heran.     

"Iya sayang, masak suami sendiri tidak di tanda. Sekarang, kamu segera balik ke kamar dan bantu dia menyiapkan kebutuhanya!" Jawab Renata seraya mengangguk dan mendorong Qiara untuk masuk kembali ke kamarnya.     

"Aaa ... Qiqi gak mau Maaa ... Qiqi takut! Jadi, tolong biarkan Qiqi di sini aja ya!" Ucap Qiara seraya merengek agar tidak dibawa kembali ke kamarnya.     

"Tidak bisa! Pokoknya, sekarang juga kamu harus kembali ke kamarmu!" Kata Renata seraya menarik lengan Qiara, sedang Qiara terus saja mencoba lari dari Renata.     

"Qiqi gak mau Maaa ... Bagaimana kalau Qiqi di perkosa jika masuk kamar lagi? Apa mama tidak khawatir? Bukankah Mama tau kalau lelaki dan wanita satu kamar berduaan akan selalu ada setan diantara mereka." Kata Qiara sembari terus mencoba memberi pengertian dan alasan agar Renata mau melepaskanya.     

"Ha ha ha ... Bagus dong kalau dia sampai memperkosamu. Mama kan bisa punya cucu nantinya. Tapi, setau Mama ya sayang. Setan itu malas tuh goda orang yang sudah menikah karena itu sudah halal. Mereka, sudah pergi bawa koper gede saat Julian mengucap akad." Jelas Renata sambil terkekeh. Ia merasa lucu mendengar perkataan polos putrinya yang memang tidak pernah menyentuh yang namanya pacaran. Pas pelajaran agama dia pasti tidur bagaiman dia bisa tau tentang hukum nikah atau dunia setelah menikah.     

Qiara terkejut bukan main mendengar perkataan Renata. Ia melotot kala membayangkan kalau dia sampai hamil di usianya yang masih muda apalagi belum tamat SMA. Ini kutukan, fikir Qiara.     

"Aaaa ... Mamaaaa .... Jahatttt! " Teriak Qiara sambil meneteskan air mata. Renata langsung menutup telinganya mendengar teriakan Qiara yang kencang. Tidak hanya itu, teriakan Qiara membuat Sarah dan Michiko yang sedang maskeran kaget bukan main. Mereka berdua pun langsung keluar dan menemukan Qiara dan Renata berada di depan kamar.     

"Ada apa ini Re ... ?" Tanya Sarah dengan bingung. Tepat saat itu Julian membuka pintu kamar dengan raut wajah bingung.     

"Ada apa Ini?" Tanya Julian. Mendengar pertanyaan Julian. Renata menarik nafas sambil menunjuk ke bawahnya, dimana Qiara berjongkok sambil menutup wajahnya. Julian langsung menatap kearah Qiara. Ia langsung mengerutkan keningnya.     

"Ummm ... Sayang. Apa kamu sudah mengganggu Qiara? Sehingga ia seperti itu?" Tanya Sarah dengan sinis kearah Julian. Tanpa menjawab pertanyaan Sarah. Julian berjalan lalu mengangkat Qiara ke gendongannya. Seketika itu Qiara langsung mengamuk untuk bisa berusaha lepas dari gendongan Julian. Sedang yang lain hanya melongo kaget memperhatikan apa yang Julian lakukan pada Qiara. Namun, mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain menarik nafas dalam.     

"Aaaa .... Julian ... Kamu brengsek! Turunkan aku! Mama tolong Qiqi!" Teriak Qiara dengan ekspresi ketakutan. Walapun tenaganya sangat kuat, tapi Julian jauh lebih kuat dari dia.     

"Biarkan pengantin baru itu melakukan apapun yang mereka inginkan. Sebaiknya kita lanjutkan maskerannya!" Kata Sarah sambil menggandeng Renata dengan senyum. Renata pun langsung mengangguk lalu mengikuti Sarah dan Michiko ke ruangan yang mereka gunakan untuk bersantai.     

"Kira-kira, apa yang akan terjadi sama mereka ya?" Tanya Sarah dengan tersenyum geli.     

"Ummm ... Menurutmu apa??" Jawab Renata sambil menahan senyumnya.     

"Mungkinkah mereka mau memberikan kita cucu?" Ucap Sarah dengan wajah berbinar sebab ia sudah lama menantikan seorang cucu.     

"Kayaknya tidak deh. Secara, gadis itu keras kepala. Ia juga jago karate loh. Jadi, kalau Julian memaksanya mungkin kamar itu akan berantakan." Jelas Renata seraya mengingat bagaimana keras kepala putrinya. Mendengar penjelasan Renata. Sarah nampak berfikir lalu bergidik ngeri setelahnya.     

"Serem juga ya? Ummm ... Bagaimana kalau kita kembali lagi ke kamar mereka untuk memberi Qiara nasehat? Kalau dia tidak akan apa-apa jika memenuhi kewajibannya sebagai istri asalkan Julian menggunakan pengaman, maka dia tidak akan hamil begitu." Kata Sarah mencoba memberikan ide. Michiko yang sedari tadi diam tertawa lepas mendengar obrolan dua emak-emak yang benar-benar parah dan kelewat batas itu.     

"Kenapa kamu tertawa?" Tanya Sarah seraya menatap Michiko dengan heran. Mendengar pertanyaan tantenya, Michiko pun mencoba mengatur nafasnya setelah puas tertawa.     

"Aku tertawa karena apa yang Tante ucapkan itu lucu he ... Begini saja, lebih baik tante biarkan saja mereka berdua memutuskanya. Kak Julian juga sudah dewasa dia pasti tau mana yang tebaik untuk dia lakukan. Dan sebaiknya lagi, tante tidak ikut campur dengan urusan keintiman mereka. Karena, itu akan membuat mereka malu." Jawab Michiko.     

Renata langsung mengangguk setuju mendengar penjelasan Michiko, "karena sebenarnya dia juga belum mau melihat Qiara hamil sebelum tamat SMA. Apakah itu artinya Julian yang harus bersabar? Ya sudah lah! Kalau begitu kita ke kebun belakang aja yuk! Soalnya aku sudah hilang selera untuk maskeran. He he ... " Setelah mengatakan itu, Sarah membawa Renata dan Michiko keluar dari rumah dan langsung menuju kebun belakang rumah, kebetulan juga kedua orang tua Michiko ada di kota An, jadi mereka bebas.Sementara itu, Julian dan Qiara sudah berada di dalam kamar. Dengan pintu yang sudah di kunci oleh Julian.     

"Julian lepasin aku!" Di dalam kamar yang berukuran cukup besar itu teriakan Qiara menggelegar membuat Julian kehilangan keseimbangan.Tepat di atas ranjang Julian pun langsung melempar tubuh Qiara yang masih mengamuk dengan kasar.     

"Aahhh ... " Qiara meringis dengan ekspresi jelek."Anak gadis tidak baik teriak begitu." Ucap Julian seraya melepas kancing kemeja nya satu persatu. Melihat apa yang dilakukan Julian. Ekspresi Qiara berubah gelap, Tatapanya sangat mengerikan. Setelah itu ia dengan cepat berdiri diatas ranjang, lalu dengan cepat tangannya menyerang Julian. Julian tersenyum licik sambil menghindar dengan gesit dari serangan Qiara, setelah itu dengan gesit pula ia menarik kedua tangan Qiara lalu ia bekuk kebelakang.     

"Kurang ajar ... Aahh " Ucap Qiara seraya meringis kesakitan. Tidak lama setelah itu ia berhasil melepaskan diri dari Julian, lalu dengan cepat menyerang lagi. Julian benar-benar hilang kesabaran, dengan gesit ia menarik tangan Qiara lalu ia putar tubuh Qiara, hingga jatuh dalam pelukannya. Sehingga Julian bisa memeluk Qiara dari belakang dengan satu tangan, sedang tangan satunya membekuk kedua tangan Qiara dibelakang. "Aahhh ... sakit ... " Qiara meringis kesakitan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.