Istri Kecil Tuan Ju

Jalan-Jalan



Jalan-Jalan

0Di sepanjang jalan Qiara duduk dengan tenang di samping Julian menikmati keindahan bunga sakura di pinggir jalan.     

'Gadis kecil ini memiliki sisi seperti ini juga.' Batin Julian sambil tersenyum. Setelah lama berkeliling, mereka berhenti di salah satu stasiun TV di Jepang. Kebetulan, disana sedang ada pertunjukkan fashion show dengan memakai kimono. Yang pesertanya berasal dari seluruh dunia. Qiara cemberut ketika tau kalau Indonesia tidak ikut. Setelah puas menonton pertunjukkan itu sampai selesai, mereka berdua pun segera menuju ke restoran.     

"Mas Ju! Kita mau makan apa?" tanya Qiara dengan manja. Julian mengerutkan keningnya ketika mendengar Qiara memanggilnya dengan lembut.     

"Kita akan makan okonomiyaki!" Jawab Julian tanpa ekspresi.     

"Okonomiyaki itu makanan apa?" tanya Qiara lagi dengan rasa ingin tau.     

"Okonomiyaki adalah makanan khas Jepang berupa pizza. Tapi ini berasal dari Jepang. Kamu pasti suka." jelas Julian.     

"Ohh ... Gitu." Sahut Qiara sambil menganggukkan kepalanya. Tidak lama setelah itu mereka pun langsung menyantap makanannya saat pelayan membawakan makanan pesanan mereka.     

Setelah makan, Julian membawa Qiara mengunjungi Kawaguchiko. Qiara meminta agar mereka menggunakan bus ke Hiroshima, Julian pun langsung mengiyakanya dan meminta suruhanya untuk membawa pulang mobilnya. Setelah itu mereka menyempatkan untuk mampir ke Miyajima Island. Karena terlalu lelah, Julian pun akhirnya memilih untuk bermalam di Kyoto yang kuno dan cantik.     

"Aku capek jalannya." Qiara mengeluh dengan nafas yang tidak beraturan, karena mereka tidak membawa mobil jadi mereka terpaksa jalan kaki menuju penginapan sehabis turun dari bus. Mendengar keluhan Qiara serta melihat wajahnya yang lesu sehabis jalan-jalan yang panjang, Julian membungkuk di depan Qiara seraya berkata.     

"Naiklah!" Qiara terkejut karena tidak menyangka kalau Julian mau melakukanya.     

"Tapi .. Kamu juga capek pastinya kan?" Kata Qiara yang merasa tidak enak untuk merepotkan Julian.     

"Aku tidak apa-apa! Jadi, sekarang cepatlah naik! Agar kita cepat istirahat! Sebab di sini udaranya sangat dingin." Jawab Julian seraya mendongak menatap Qiara. Melihat kesungguhan Julian, Qiara langsung mengangguk lalu naik ke punggung Julian dengan pipi yang merah merona.     

"Gadis kecil! Kamu berat juga." Kata Julian sambil seraya melirik Qiara di punggungnya.     

"Tuuu kan ... Kalau begitu aku turun saja lah!" Qiara merasa tidak enak mendengar Julian mengatakan kalau dia berat. Sambil membenahi gendonganya, Julian tersenyum.     

"Jangan bergerak! Nanti aku kehilangan keseimbangan, dan kamu bisa jatuh." Ucap Julian.     

Mendengar ucapan Julian. Qiara langsung diam dan tenang. Untuk beberapa saat mereka terdiam menikmati angin dan dingin yang menyerang malam itu, dan di atas punggung Julian, Qiara tiba-tiba kepikiran untuk menanyakan sesuatu pada Julian.     

"Mas Ju?"Panggil Qiara dengan lembut.     

"Umm ... " Jawab Julian sambil mengatur nafasnya.     

"Apa kamu mau berjanji?" Tanya Qiara. "Apa?" Sahut Julian. "Janji untuk tetap baik padaku, bahkan setelah kita bercerai." Ucap Qiara.     

"Tergantung bagaimana sikapmu, begitulah aku akan bersikap." Jawab Julian.     

"Oky. Aku janji akan bersikap baik padamu. " Kata Qiara sambil tersenyum. Lalu menjulurkan kelingkingnya kearah depan. Dengan susah payah julian menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Qiara. Tepat saat itu, angin bertiup lembut menyapu wajah mereka, serta bunga sakura menggugurkan daunya menimpa pasangan pengantin itu, hingga Qiara merasa suasana romantis itu diciptakan hanya untuk dirinya dan Julian.     

Malam semakin larut, jalanan yang sepi dan udara dingin yang menyengat membuat Qiara menyandarkan kepalanya di punggung Julian yang kekar dan hangat, Julian hanya terdiam mengatur nafasnya sambil menatap lurus ke depan berharap dia segera sampai di penginapan karena dia tidak tega melihat Qiara terus kedinginan. Setelah menempuh jalan yang lumayan jauh, akhirnya mereka sampai di penginapan namun Qiara ternyata tertidur di atas punggung Julian. Melihat betapa pulasnya tidur Qiara. Julian tidak tega membangunkannya. Setelah mengambil kunci kamar, Julian langsung membawa Qiara masuk dan membaringkannya di tempat tidur dengan pelan. Karena lelah Julian pun membaringkan tubuhnya di samping Qiara.     

"Gadis kecil selamat tidur!" Setelah menarik nafas dalam Julian akhirnya tertidur.     

Malam itu mereka tertidur di ruangan dan tempat tidur yang sama. Inilah malam pertama mereka bisa tidur bersama setelah menikah beberapa bulan lamanya. Keesokan paginya, Julian membuka mata lalu melihat jam di tanganya. Tepat saat itu ia kaget melihat Qiara tertidur pulas berbantalkan lenganya.     

'Astaga ... Hampir aku lupa kalau semalam Qiara tidur bersamaku. 'Batin Julian sambil menatap lekat wajah Qiara yang masih tertidur pulas seperti bayi.     

Seketika itu, Julian tidak pernah berfikir kalau yang akan dia lihat ketika membuka mata bukanlah Vania, melainkan adik dari wanita yang teramat dia cintai. Setelah berguam. Dengan pelan Julian mengangkat kepala Qiara lalu menarik lenganya. Setelah itu dia menyelimuti tubuh Qiara dan segera masuk ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.     

Seusai menunaikan shalat subuh, dengan pelan Julian membangunkan Qiara.     

"Qiara ... Sudah mau pagi ,ayo bangun!" Kata Julian. "UMmmmm ... " Qiara menggeliat.     

"Qiara ayo bangun! Kita harus kembali ke rumah!" Ucap Julian dengan suara yang meninggi. Dengan perlahan Qiara membuka matanya lalu melihat Julian berada tepat di depanya.     

"Kenapa kamu ada di kamarku?" Tanya Qiara dengan bingung sambil mengucek matanya.     

"Kita di penginapan bukan di rumah."Jawab Julian."Jadi tadi malam...? " Ucap Qiara sambil menggigit bibirnya.     

"Iya, semalam kita tidur di sini. Tapi tenang saja! Aku tidak melakukan apapun padamu. Sekarang cepatlah bangun karena kita harus segera pulang!" Jawab Julian.     

"Kenapa harus pulang cepat?" Tanya Qiara sambil mengucek matanya.     

"Karena kita harus ke London!" Jawab Julian sambil merapikan bajunya.     

"Hah??? Ngapain kita ke London?" Tanya Qiara dengan terkejut.     

Julian menarik nafas dalam karena kecerewetan Qiara yang tidak ada habisnya.     

"Kamu harus menemaniku ke acara resepsi pernikahan rekan bisnisku. Oky!" Jawab Julian.     

Qiara nampak berfikir tapi tidak mengatakan apapun, setelah itu dia bangun dan bersih-bersih karena ia berfikir kalau ia percuma jika menentang Julian. Lagi pula ia merasa senang karena ia bisa jalan-jalan lagi ke Negara lain. Beberapa saat kemudian, di depan penginapan sudah ada mobil yang menunggu mereka.     

"Ini kan mobilmu? Kenapa bisa ada di sini?" Tanya Qiara.     

"Aku meminta supir untuk menjemput kita. Jadi, masuklah! " Sahut Julian seraya meminta Qiara untuk segera masuk ke mobil. Qiara mengangguk dan segera masuk ke mobil di ikuti oleh Julian.     

Selama perjalanan, sesekali Qiara melirik Julian yang tampak sibuk dengan tabnya.     

'Cowok yang fokus itu seksi. Ahhh .. Aku jadi ingat Qiano yang kalau lagi belajar dia sangat fokus.' Batin Qiara sambil senyum-senyum sendiri.     

"Jangan menatapku begitu! Nanti, kamu bisa jatuh cinta. He ... " Perkataan Julian sukses membuat pipi Qiara merona menahan malu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.