Istri Kecil Tuan Ju

Pertarungan (Revisi)



Pertarungan (Revisi)

0Aamiin!" Jawab Julian sambil tersenyum manis.     

Sementara Qiara hanya menunduk malu melihat sikap Julian yang sok menjadi suami yang manis. Setelah selesai ngobrol. Mereka semua langsung menyantap hidangan yang sudah disiapkan sambil melihat pengantin yang tersenyum bahagia. Karena sudah sarapan. Qiara hanya mengambil sedikit itu pun tidak dimakan.     

Tidak lama setelah itu, Alvin mengajak Julian untuk menyapa beberapa rekan bisnis mereka, dan meninggalkan Qiara duduk bersama Ana.     

"Mbak ... Sudah berapa lama menikah dengan suami Mbak?" Tanya Qiara memulai pembicaraan karena ia merasa bosan melihat Julian meninggalkannya terlalu lama.     

Mendengar pertanyaan Qiara, Ana yang lagi sibuk menyantap makanannya itu pun langsung menoleh kearah Qiara.     

"Ohhh ... Saya, sudah menikah hampir 9 tahun."Jawab Ana sambil tersenyum. Mendengar jawaban Ana. Qiara pun terkejut.     

"9 tahun? Apa itu artinya Mbak menikah muda?" Tanya Qiara lagi.     

"Iya. Saya menikah di usia 17 tahun." Jawab Ana seraya mengangguk sambil tersenyum melihat Qiara. "Itu artinya, Mbak menikah di usia SMA?" Lanjut Qiara.     

"Iya, Saya memang menikah waktu semasih kelas tiga SMA begitupun suami saya yang seumuran dengan saya." Ucap Ana dengan bangga.     

"Luar biasa. Tapi, apa Mbak tidak merasa masa remaja Mbak direnggut oleh pernikahan muda yang Mbak jalani?" Qiara terus saja bertanya karena ia merasa memiliki kisah yang sama dengan Ana.     

Melihat ekspresi Qiara saat menanyakan hal itu, Ana menatap Qiara dengan ekspresi penuh arti.     

"Apa kamu masih SMA?" Mendengar pertanyaan Ana, Qiara tercengang. Tidak lama setelah itu, ia pun mengangguk malu. Seketika itu Ana mengerti perasaan Qiara. Ia pun menjulurkan tanganya lalu menggenggam tangan Qiara.     

"Aku tidak akan bertanya apa alasanmu menikah muda. Tapi, bagaimanapun juga pernikahan itu sakral. Itu artinya, setelah akad kita harus menjalankan tanggung jawab sebagai istri dengan baik." Ucap Ana dengan lembut.     

"Aku tau. Tapi, aku masih belum siap karena masih memiliki banyak mimpi dan harus menyelesaiakan sekolahku. " Kata Qiara dengan ekspresi yang rumit.     

"Aku tau. Oleh karena itu, kamu harus komunikasikan dengan baik bersama suamimu. Bagaimana solusi agar kalian bisa nyaman dan dia juga tidak akan kecewa. Karena, mengecewakan suami itu dosa. " Jelas Ana yang mencoba memberikan pemahaman kepada Qiara yang masih sangat muda. Qiara tersenyum mendengar nasehat Ana, setelah itu ia mengangguk setuja. Akan tetapi dia tidak mau memberitahu Ana kalau dia dan suaminya tidak saling mencintai dan pernikahanya pun atas dasar keterpaksaan.     

'Bagaimana aku harus berbakti? Sedang suamiku sendiri menikahi ku dengan paksa. Ini bukan pernikahan melainkan tahanan.' Batin Qiara sambil menyeruput minumannya.     

Sementara itu Alvin dan Julian ngobrol berdua setelah mereka selasai ngobrol bersama rekan bisnis mereka.     

"Aku kira istrimu Vania. Tapi, kenapa yang kamu kenalkan malah orang lain?" Tanya Alvin dengan heran. Raut wajah Julian menjadi berubah ketika mendengar Alvin menyebut nama Vania.     

"Kenapa kamu diam? Ada apa?" Lanjut Alvin dengan bingung.     

"Vania sudah meninggal beberapa bulan yang lalu. Dan yang menjadi istriku sekarang adalah adik kandungnya. " Jelas Julian dengan ekspresi sendu.     

"Innalilahi hirroji'un ... Maaf! Aku turut berduka cita. Tapi, bagaimana ia bisa meninggal secepat itu? Seingatku dia menjadi dosen di Maha Universitas. Tapi, aku tidak mendengar kabar dari kampus tentang kematian salah satu dosen mereka." Ucap Alvin dengan bingung. Meski Alvin tidak pernah bertemu Vania tapi dia sedikit tau tentang kisah cinta Julian dan Vania, karena Julian sering menceritakan tentang Vania pada Alvin.     

"Tidak apa-apa. Vania kecelakaan dan meninggal karena insiden itu. Soal informasi yang tidak sampai kepadamu, aku kurang tau." Ucap Julian sambil tersenyum pahit menyembunyikan kepiluan hatinya. Di tengah obrolan itu, David menghampiri mereka dan membawa kabar buruk, Julian dan Alvin langsung panik lalu segera menemui Qiara. Melihat Julian terlihat panik, Qiara langsung menatapnya.     

"Ada apa?" Tanya Qiara dengan heran.     

"Ada kekacoan. Aku harus memastikan keamanan mu." Jawab Julian seraya melirik kesegala penjuru.     

"Oleh karena itu. Sebaiknya kamu ikut Alvin dan yang lain untuk pulang duluan! Aku di sini akan membantu David." Lanjut Julian. Tidak sempat menjawab, musuh sudah datang menyerang, Julian pun berusaha melindungi Qiara namun orang yang dia lindungi malah maju melawan para ninja itu. Seketika itu Julian terkejut dan mengejar Qiara.     

"Aaahh .... " Qiara meringis ketika kakinya terkena satu pukulan. Melihat itu, Julian langsung memukul telak lawannya dan segera berlari menghampiri Qiara.     

"Qiara ... Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Julian seraya membantu Qiara untuk berdiri.     

"Aku baik-baik saja. Ayo kita lawan mereka lagi!" Kata Qiara sembari memasang wajah sinis lagi.     

"Tidak ... Aku tidak akan membiarkanmu untuk bertarung lagi. Sekarang kamu mundur dan bergabunglah dengan istrinya Alvin!" Kata Julian yang tidak mengijinkan Qiara untuk turut bertarung lagi.     

"Aku akan tetap maju! Karena aku masih kuat dan masih mau membantu." Kata Qiara seraya menggelengkan kepalanya.     

"Qiaraa ... Kali ini saja patuhi perintahku! Karena mereka bukan lawan mu! " Ucap Julian seraya menatap Qiara dengan sinis.     

Melihat tatapan Julian, Qiara langsung mundur dan segera ikut bergabung dengan Ana. Entah kenapa ia selalu merasa tidak berdaya melihat tatapan sinis Julian.     

"Ahh ... " Ringis Julian yang saat itu kena pukul. Qiara langsung bereaksi ketika melihat Julian kena pukul.     

"Julian ... " Teriak Qiara seraya berlari menghampiri Julian.     

"Apa kamu tidak apa-apa?" Tanya Qiara dengan khawatir.     

"Aku tidak apa-apa! Tunggulah! Aku akan menghabisi mereka!" Jawab Julian sembari melepas tangan Qiara.     

Tidak lama setelah itu ia segera melakukan serangan kembali. Akan tetapi Qiara mengabaikan perintah Julian dan maju kembali menyerang para ninja untuk membantu Julian. Melihat itu ekspresi Julian menjadi gelap. Julian langsung berlari menghampiri Qiara dan membantunya melawan para ninja, mereka bekerjasama untuk melawan para ninja dengan mengangkat tubuh mungil Qiara seolah melayang Qiara memberikan tendangan bayangan kepada para ninja, seketika itu mereka langsung tersungkur ke tanah. Qiara pun tersenyum sambil melingkarkan kedua tanganya di leher Julian.     

Tepat saat itu, tatapan mata mereka langsung beradu. Seketika itu jantung Julian terpacu lebih cepat, senyum lembut Qiara dan tatapanya yang teduh membuat hati Julian terasa nyaman. 'Gadis kecil ini membuat jantungku berdetak kencang, apa artinya ini?' Batin Julian. Sedang Qiara mendadak salah tingkah dengan tatapan Julian yang semakin dalam. Ia pun dengan segera melepaskan tanganya dari leher Julian lalu berbalik membelakangi Julian.     

'Ya ampun malunya. Ini situasi macam apa sih?' Batin Qiara. Tidak lama kemudian, musuh pun berhasil di taklukkan. Qiara dan Julian pamit pulang karena merasa orang luar yang tidak pantas untuk ikut campur dengan masalah keluarga besar Mahendra.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.