Istri Kecil Tuan Ju

Tidak Berselera(Revisi)



Tidak Berselera(Revisi)

0Setelah bicara dengan Eny, Julian langsung bergegas masuk ke kamar mertuanya. Dia terkejut ketika melihat Papa Qiara duduk di samping Renata dengan sedih, sedang Qiara masih duduk termenung dengan deraian air mata di sofa tanpa menghiraukan Papa nya.     

"Ra ... Aku kembali!" Ucap Julian sambil duduk di samping Qiara. Namun, Qiara hanya meliriknya tanpa suara.     

"Tidak apa! Aku bisa mengerti." Lanjut Julian sambil mebelai rambut Qiara karena ia faham bagaiman perasaan istri kecilnya itu.     

"Papa juga makan dulu! " Julian juga tidak lupa memperhatikan ayah mertuanya yang terlihat begitu terpukul melihat ibu mertuanya yang belum juga sadarkan diri.     

"Letakkan saja di situ! Nanti, Papa akan memakanya!" Jawab Papa dengan lembut dan lemah. Mendengar jawaban Papa. Julian kembali fokus pada Qiara, melihat Qiara tidak bergerak sedikitpun, Julian menarik nafas dalam, dengan pelan dia membuka kotak nasi dan membantu Qiara untuk makan.     

"Qi ... Kamu makan ya! Agar Mama senang melihatmu sehat ketika sadar nanti!" ucap Julian sambil menyodorkan sendok yang berisi nasi ke hadapan Qiara.     

Qiara kembali melirik Julian, tanpa di bujuk lama Qiara langsung mengaga. Melihat itu, Julian tesenyum lalu menyuapi Qiara dengan pelan-pelan, namun baru beberapa sendok Qiara tidak mau melanjutkanya lagi, dan Julian tidak bisa memaksa Qiara.     

"Julian sebaiknya kamu bawa istrimu pulang! Karena ini sudah hampir magrib, dan dia juga butuh istirahat. Biar Papa yang menunggu Mama di sini" Seru Papa. Julian mengangguk pun langsung mengangguk. Setelah itu, dia kembali menatap Qiara.     

"Qi ... Kita pulang dulu ya! Nanti kita balik lagi" Kata Julian membujuk Qiara.     

"Aku mau di sini." Jawab Qiara datar.     

"Qi ... Kalau Mama tau kamu tidak patuh padaku, dia akan marah dan tolong kali ini saja dengarkan aku!"Julian mencoba mendesak Qiara, karena dia sudah tidak tega melihat kondisi Qiara. Mendengar perkataan Julian Qiara terdiam sejenak, setelah itu dia mengangguk. Dan Julian pun langsung bernafas lega.     

"Papa aku akan membawa Qiara pulang dulu!" Ucap Julian. Papa langsung mengangguk. Setelah itu, Julian memapah Qiara keluar dari rumah sakit menuju parkiran Sepanjang perjalanan Qiara hanya terdiam seperti mayat hidup, melihat itu Julian semakin khawatir dengan kondisi Qiara, dengan cepat dia menjalankan mobilnya agar segera sampai rumah tidak lama setelah itu, mereka sampai di rumah Qiara. Karena tidak mendapat respon dari Qiara, Julian mengangkat tubuh Qiara dan menggendongnya masuk ke kamar meski begitu Qiara tidak bergeming sedikitpun.     

Di dalam kamar Qiara. Julian mendudukan Qiara di pinggir tempat tidur lalu Julian berdiri di depan Qiara sambil berkata dengan lembut,     

"Qi ... Kamu mandi dulu ya baru tidur! Aku akan menemanimu di sini. Setelah kamu istirahat kita akan kembali ke rumah sakit!" Ucap Julian. Namun, Qiara tetap tidak merespon perkataan Julian. Tatapanya kosong dan tubuhnya kaku. Melihat itu, hati Julian semakin pilu, hingga akhirnya dia berinisiatif untuk membantu Qiara mandi, toh juga di sudah halal dan berhak melihat bagian tubuh istrinya.     

"Maaf, aku harus melakukan ini. Selain itu kamu istriku jadi halal bagiku melihat semuanya. "Ucap Julian, setelah itu dia mengambil handuk Qiara, dan dengan pelan dia membuka seragam sekolah yang Qiara gunakan dari pagi. Untuk sesaat Julian merasa tergoda melihat tubuh Qiara yang tanpa busana. Namun, dia kembali menyadarkan dirinya dan segera membungkus Qiara.     

Setelah itu dia mengangkat tubuh Qiara ke kamar mandi, meski canggung tapi dia tidak punya pilihan selain membantu Qiara yang tidak bergerak sedikitpun untuk membersihkan tubunya. Julian semakin merasa kepanasan ketika memberikan sabun ke seluruh tubuh Qiara.Tapi, lagi-lagi dia melakukannya dengan cepat dan berusaha menghilangkan keinginannya, secara dia tidak ingin menjadi orang yang merenggut hak-hak istrinya dengan meminta hak nya di saat sang istri tidak memiliki cinta untuknya.     

Setelah selesai memandikan Qiara, Julian langsung membungkus Qiara kembali dengan handuknya, kemudian membawanya kembali ke tempat tidur.Seusai membantu Qiara memakai baju tidurnya, Julian menidurkan Qiara dan menyelimuti tubuhnya, dengan pelan Julian naik ke tempat tidur dan duduk di samping Qiara seraya membelai rambut Qiara dengan lembut sampai Qiara merasa nyaman dan memejamkan matanya.     

'Gadis kecil yang imut ini adalah istriku. Wajahnya begitu polos saat tetidur. Aku tidak menyangka tubuh kecil yang tingginya hanya sampai bahuku ternyata bisa karate dan dengan berani melawan para lelaki bertubuh besar.' Batin Julian sambil tersenyum memandang wajah Qiara, setelah itu dengan lembut dia mencium kening Qiara. Merasa Qiara sudah tertidur lelap, Julian juga merasa lelah akhirnya dia merebahkan tubuhnya di samping Qiara, dengan posisi memeluk pinggang Qiara, sesekali Qiara bergerak dan membenamkan wajahnya di dada bidang Julian.     

Qiara tertidur dengan damai dan nyaman di pelukan Julian. Jam dinding menunjukkan pukul 7:00, Julian terbangun karena suara adzan magrib. Ia menoleh kearah Qiara yang masih tertidur pulas, dengan pelan dia turun dari ranjang, dan memeriksa handphonya Seketika itu dia kaget melihat 10 panggilan masuk dari Eny Sebelum mengambil air wudu, Julian langsung membuat panggilan kembali ke Eny. Setelah lama berdering Eny akhirnya mengangkatnya.     

"Kenapa kamu menelponku lagi?" Tanya Julian dengan kesal.     

"Syukurlah bos mengangkatnya" Ucap Eny seraya bernafas lega.     

"Tadi aku tertidur, dan sengaja mematikan mode senyap jadi tidak dengar kamu menelpon, sekarang katakan ada apa?"Lanjut Julian.     

"Begini bos, tuan Xi Chang beserta istrinya ternyata masih mau menjalin kontrak dengan kita, dan mereka meminta saya untuk membawa mereka untuk menemui bos di Bandung, apakah bos mengijinkan saya membawa mereka?"Jelas Eny.     

"Baiklah! Aku akan mengirim alamatnya ke kamu. "Jawab Julian.     

"Baik, kalau begitu saya akan langsung menghubungi tuan Xi Chang. "Sahut Eny.     

Setelah itu Julian menutup telponya, untuk sesaat dia termenung dan sedikit kaget melihat klien besar bela-belain mencarinya hanya untuk menandatangani kontrak dan ini kejadian pertama buat Julian selama menjadi Presiden Direktur Setelah selesai melaksanakan shalat magrib, Julian kembali ke kamar dan kaget karena tidak menemukan Qiara di kamar. Ia pun segera mencari Qiara karena khawatir Qiara akan melakukan hal nekat. Namun, hatinya lega ketika menemukanya Qiara ada di kamar ibunya.     

"Qiara?" Panggil Julian sambil duduk di samping Qiara.     

"Kenapa?" Tanya Qiara tanpa ekspresi.     

"Apa kamu sudah shalat magrib?" tanya Julian dengan lembut. Qiara pun langsung mengangguk. "Kalau begitu kita makan dulu ya! Aku sudah memesan makan untuk kita!" Lanjut Julian.     

"Kamu makan aja dulu! Aku akan segera menyusul!" Ucap Qiara.     

"Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Julian dengan sedikit khawatir. Qiara mengangguk lagi, setelah itu Julian langsung keluar dan meninggalkan Qiara di dalam kamar karena ia fikir kalau Qiara memang butuh waktu sendiri.     

Tidak lama setelah itu, Julian kembali cemas karena Qiara tidak kunjung keluar. Sambil mengecek pekerjaanya di leptop, sesekali Julian menatap kamar mertuanya berharap Qiara segera keluar. Merasa tidak fokus, Julian akhirnya menyerah dan kehilangan kesabaran. Ia pun membawa makanan yang sudah di pesanya masuk ke kamar. Ketika membuka pintu, Julian melihat Qiara masih berada di posisi semula sambil menatap potonya dengan Renata.     

"Makan dulu biar kamu punya tenaga! Setelah itu kita akan segera ke rumah sakit!" Kata Julian setelah duduk di samping Qiara. Qiara melirik Julian dengan sedih seraya berkata,     

"Aku malu ketemu Mama" Melihat ekspresi Qiara, Julian meletakkan makanan itu di meja, setelah itu dia menarik tubuh Qiara kepelukanya.     

"Tapi, Mama pasti ingin bertemu denganmu. "Ucap Julian.     

"Tapi Qiqi, sudah membuat Mama marah. Qiqi takut kehilangan Mama! Sama seperti aku kehilangan kakak yang sangat aku cintai." Ucap Qiara dengan terisak.     

Mendengar perkataan Qiara, hati Julian mulai meringis, dia juga terluka sangat parah ketika tau Vania pergi tanpa pamit padanya.     

"Mama tidak pernah marah padamu! Juga, aku berjanji akan mengembalikan kebahagiaanmu!"Jelas Julian sambil membelai kepala Qiara dengan lembut. Qiara tidak mampu membalas perkataan Julian, dia hanya bisa memeluk Julian dengan erat. Tepat saat itu, terdengar suara bel berbunyi. Julian pun langsung melepas pelukanya dan menatap Qiara dengan lembut.     

"Istirahatlah dulu! Aku akan membuka pintu." Ucap Julian.     

Setelah mengatakan itu Julian membaringkan tabuh Qiara dan segera keluar membuka pintu .     

"Bos saya kesini membawa tuan Xi Chang beserta anak gadisnya yaitu nona Xi Xio!" Kata Eny dengan penuh hormat. Julian mengerutkan keningnya dan menatap Eny dengan penuh tanda tanya.     

"Bukankah kamu bilang dia datang dengan istrinya? " bisik Julian.     

"Maaf bos saya salah!"Jawab Eny dengan perasaan bersalah. Setelah bisik-bisik dengan Eny. Julian langsung mempersilahkan tamunya masuk ke ruang tamu. Sedang Eny segera ke dapur untuk membuatkan minuman sesuai perintah Julian dan petunjuk arah dimana dapur berada.     

"Terimaksih sudah menerima kami di rumah mertua anda tuan Julian,!" Ucap Xi Xio dengan lembut.     

"Anda bisa bahasa Indonesia?" Tanya Julian dengan bingung.     

"Ibuku orang Indonesia, dan aku pernah tinggal di Indonesia dari SD sampai SMP makanya aku bisa berbahasa Indonesia. "Jelas Xi Xio.     

"Oh ... Pantas saja." Sahut Julian seraya menganggukkan kepalanya.     

"Tuan Julian, saya datang ke sini mencarimu semua karena keinginan keras putriku, dia benar-benar mau menjalin kerja sama denganmu selain itu dia mengagumimu karena sikapmu pada istrimum"Jelas Tuan Xi Chang. Sementara itu Xi Xio menatap Julian penuh arti, bibirnya yang merah merona , bola matanya yang jernih, pipinya yang putih dan lembut serta postur tubuhnya yang seksi mampu memikat lelaki manapun yang melihatnya terlebih dia seorang gadis kaya pewaris perusahaan besar. Tapi, itu tidak berlaku bagi Julian. Melihat tatapan Xi Xio, Julian mulai merasa tidak nyaman.     

"Khemmm ... Tanda tangan kontraknya bisa kita mulai sekarang? Soalnya istri saya lagi sakit dan dia sangat membutuhkan saya." Kata Julian dengan tidak sabar. Karena ia khawatir akan terjadi sesuatu pada Qiara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.