Istri Kecil Tuan Ju

Hubungan Yang Rumit



Hubungan Yang Rumit

0'Situasi seperti ini lagi? Ya ampun ... Aku ingin melarikan diri. Tapi, naluriku sebagai wanita normal yang sedang dihadapkan dengan bibir selembut ini dan wajah setampan ini juga membuatku menyerahkan diri begitu saja.' Batin Qiara seraya mencuri sentuhan demi sentuhan dari manis dan lembutnya bibir Julian.     

Melihat tindakan Qiara yang ragu-ragu tapi mau itu, membuat Julian tersenyum lalu melepaskan sentuhan bibirnya.     

"Apa kamu berharap sesuatu yang lebih dari ini?" Tanya Julian sambil menatap Qiara yang terdiam dengan ekspresi mengejek.     

"Aku ... " Qiara kehilangan kata-kata dengan pipi memerah ia menunduk sambil mengumpulkan kekuatannya untuk mempertahankan harga dirinya.     

"Baiklah! Aku akan mandi sekarang lalu segera sholat subuh. Karena kita harus ke rumah sakit untuk melihat Mama. Soal sekolah, aku sudah memintakan izin pada gurumu." Ucap Julian sambil bangun dan membatu Qiara yang masih menunduk untuk duduk dengan benar.     

Sebelum Qiara berhasil mengumpulkan kekuatannya untuk berteriak lagi. Julian bergegas pergi dari kamar Vania sambil tersenyum. Setelah kepergian Julian. Qiara mengepalkan tinjunya lalu memukul bantal yang ada di dekatnya.     

"Aaaa ... Julian Alvero ... Aku membencimu ... Awas kamu. Aku akan membalas perbuatanmu pagi ini!" Kata Qiara sambil menggertakan giginya.     

Tidak lama setelah itu, mereka berdua langsung berangkat ke rumah sakit bersamaan menggunakan mobil Julian. Sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka pembicaraan sedikitpun hingga mereka sampai di rumah sakit. Qiara meras senang saat menemukan Renata sudah bangun dan sedang menikmati sarapan dengan disuapi oleh Papa Qiara.     

'Setiap kali melihat sikap Papa ke Mama. Aku selalu dibuat bingung dan penasaran dengan hubungan diantara mereka. Kenapa mereka harus berpisah sedangkan aku selalu melihat cinta dari balik tatapan Mama dan Papa. Buktinya, hingga usiaku 17 tahun. Papa dan Mama tidak juga mencari pasangan, mereka memilih hidup sendiri.' Batin Qiara seraya tersenyum memandang Mama nya yang sedang ngobrol sambil tersenyum itu.     

"Apa kamu tidak akan masuk? Bukankah Mama sudah sadar?" Tanya Julian yang masih berdiri di samping Qiara.     

"Sebaiknya kita tidak menganggu mereka. Aku sudah lega karena melihat Mama sadar dan tersenyum lagi."Jawab Qiara tanpa ekspresi.     

"Kalau begitu, ayo kita sarapan dulu!" Seru Julian sambil menarik lengan Qiara. Tanpa menentang Julian. Qiara pun mengikutinya dengan patuh karena ia juga sangat lapar habis teriak-teriak pagi tadi. Waktu berjalan begitu cepat. Renata akhirnya perbolehkan pulang. Mendengar kabar itu dari perawat, tentu saja Qiara berjingkrak kegirangan dan tanpa sadar ia memeluka Julian.     

"Alhamdulillah ... Mama sudah boleh pulang ... Aku senang banget. " Ucap Qiara seraya memeluk erat Julian.     

"Khem ... Aku juga ikut senang. Tapi, apa kamu harus memelukku seerat ini?" Ucap Julian. Mendengar perkataan Julian.     

Qiara langsung melepas pelukannya dengan salah tingkah.     

"Maaf! Aku tidak bermaksud melakukan itu. "     

Setelah mengatakan itu Qiara mengutuk dirinya karena lagi-lagi ia merendahkan dirinya pada Julian sehingga Julian suka-suka hati mengejeknya.     

'Ahhh ... Malu banget! Kenapa aku tidak bisa mengontrol diri sih? Harusnya aku bisa membedakan mata macan dan mana orang.' Batin Qiara dengan pipi memerah dan ekspresi yang buruk.     

"Sudahlah! Jangan menyalahkan diri sendiri! Lebih baik kita temui Mama dulu! Karena dia sudah lama menunggu kita." Kata Julian lagi.     

Tanpa menghiraukan Julian. Qiara pun langsung berlari seperti kilat untuk membebaskan dirinya dari rasa malu yang mengerikan. Julian hanya tertawa kecil melihat tingkah lucu Qiara.     

Setelah itu ia bergegas menyusul Qiara masuk ke ruangan mertuanya.     

"Sayang ... Akhirnya kamu datang." Kata Renata sambil memeluk Qiara. Sedang Papa nya hanya mengelus-elus rambut pendek putri satu-satunya itu setelah ia kehilangan Vania.     

"Iya Ma! Aku datang dengan Mas Julian." Ucap Qiara sambil menoleh kearah Julian yang baru saja masuk dari pintu. Julian terkejut mendengar Qiara memanggilnya Mas Julian di depan Mamanya. Sedangkan Renata tersenyum lebar dan merasa sangat bahagia melihat putrinya akur dengan suaminya.     

"Mama sangat bahagia melihat kalian akur begini. Oh ya, Nak Julian tidak bekerja? Kenapa bisa ada di kota ini?" Kata Renata dengan wajah yang berseri.     

"Aku sudah dari kemarin disini. Kebetulan aku tidak ada kerjaan makanya bisa cepat datang untuk menemui Qiara. Tapi, sore nanti aku harus kembali. "Jawab Julian sambil tersenyum kecil.     

"Ahhh ... Begitu. Terimakasih karena sudah menjaga Qiara disaat Mama sedang tidak sadarkan diri." Lanjut Renata dengan tulus.     

"Itu sudah kewajibanku Ma. " Sahut Julian.     

"Ya sudah! Sebaiknya, kita siap-siap untuk keluar dari rumah sakit ini! Karena Qiqi muak melihat Mama disini." Ucap Qiara sambil menggandeng lengan Mama nya yang sudah melepas infusnya itu.     

Renata pun langsung mengangguk dan mengikuti saran Qiara.Tidak lama setelah itu mereka pun pulang ke rumah menggunakan mobil Julian. Setelah makan siang bersama di rumah dengan makanan yang sudah di pesan julian. Ia pun langsung berpamitan untuk berangkat ke Kota A untuk kembali ke aktivitas biasanya, tidak lupa juga ia membawa Papa mertuanya untuk pulang ke Kota A bersamanya. Kepergiaan Julian membuat Qiara merasa lega karena ia tidak harus berpura-pura di hadapan Ibunya untuk bersikap baik pada Julian. Satu minggu sudah berlalu.     

Keadaan Renata kembali stabil. Qiara pun kembali sekolah dengan perasaan tenang. Menjelang Ujian sekolah. Qiano kembali ke sekolah. Wajahnya sahdu dan ekspresinya yang dingin memperlihatkan pesona tersendiri di pandangan para gadis di sekolahnya tidak terkecuali Qiara.     

"Ra ... ?"Sapa Qiano yang tiba-tiba sudah berada di samping Qiara. Merasa namanya di panggil, Qiara berbalik lalu terkejut melihat sosok tampan itu. Si jenius yang tidak lain adalah musuh bebunyutanya sejak TK itu.     

"Qiano ... Kapan kamu pulang?" Tanya Mia dengan ekspresi yang rumit. Sementara Qiara hanya tertegun karena tidak tau harus berkata apa.     

"Aku pulang kemarin!" Jawab Qiano seraya menatap Mia sambil tersenyum. Seketika itu ia merasa meleleh melihat Qiano tersenyum padanya untuk pertama kalinya.     

"Ohhh astaga ... Apakah kamu sedang tersenyum padaku?" Tanya Mia dengan heran.     

"Mia, tidak usah lebay gitu dong!" Ucap Qiara yang merasa malu dengan tingkah konyol sahabatnya itu.     

"Tidak apa Ra! Aku malah terhibur dengan tingkah Mia."Sahut Qiano.     

"Selamat datang kembali di sekolah ini tuan Jenius!" Ucap Natasya menyela obrolan yang sedang berlangsung itu.     

"Terimkasih! Kalau begitu saya ke kelas dulu! Dan untuk Qiara ada yang ingin aku bicarakan. Tapi, nanti setelah pulang sekolah." Kata Qiano sambil tersenyum.     

Setelah itu Qiano segera masuk kelas dengan senyum yang mengembang di wajahnya. Jantung Qiara berdetak saat mendengar kalau Qiano mengajaknya bertemu setelah pulang sekolah. Tanpa sadar Qiara pun senyum-senyum sendiri.     

"Ra ... Kamu membuat para gadis iri. " bisik Natasya sambil tersenyum licik.     

"Kenapa mereka bisa iri padaku?" Tanya Qiara dengan heran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.