Istri Kecil Tuan Ju

Menggoda Qiara



Menggoda Qiara

0"Kenapa kamu tidak pernah bilang? Kita sudah menikah hampir setengah tahun. Tapi, kamu masih saja tidak mau jujur. " Kata Qiara yang mencoba mencari-cari kesalahan Julian.     

"Ummm ... Benarkah? Jadi, kamu mengakui kalau kita sudah menikah? Apakah begitu?" Goda Julian sambil tersenyum licik kearah Qiara.     

Mendengar pertanyaan Julian. Qiara terdiam karena kehilangan kata-kata.     

"Kenapa diam? Apa pertanyaanku salah?" Tanya Julian lagi.     

"Aku ... " Belum sempat menyelesaikan perkataannya ponsel Julian berbunyi. Julian pun langsung mengambil ponselnya di saku jas nya.     

"Sebentar! Aku angkat telpon dulu!" Setelah mengatakan itu, Julian langsung menggeser icon hijau di ponselnya. Qiara menghembuskan nafas lega karena berhasil lolos dari godaan Julian.     

"Hallo ... " Sapa Julian dengan nada dingin.     

"Bos ... Ada undangan yang datang dari Tuan Kim Lion." Jawab Asisten nya yang menerima langsung undangan dari Lion.     

"Kapan acaranya?" Tanya Julian yang sudah diberikan kabar oleh Alvin tentang acara pernikahan Kim Lion yang di selenggarakan di Indonesia.     

"Minggu depan!" Jawab Asisten itu. "Baik. Aku mengerti! Kamu bisa mengirim undangan itu ke WA ku! Oh iya, Apa kamu sudah menjemput Tuan Besar di Bandara?" Lanjut Julian.     

"Sudah bos. Tuan besar sekarang sudah ada di rumah besar keluarga anda! Soal Undangan saya akan segera kirim" Jawab Asisten itu lagi.     

"Bagus. Sebentar lagi aku dan istriku tiba di kota A. " Setelah mengatakan itu Julian mematikan panggilan itu secara sepihak karena begitulah gayanya dia yang dikenal betul oleh Asistennya.     

Karena Qiara terlihat asik memandang keluar mobil, Julian pun tidak berminat lagi untuk menggodanya. Oleh karena itu ia kembali fokus pada tab nya untuk memeriksa beberapa pekerjaan yang baru di kirim oleh Asistennya.     

Sementara itu, Qiano tengah sibuk mengemasi barang-barangnya karena ia harus segera berangkat untuk melakukan registrasi di kampus Maha University.     

"No ... Kamu jangan sampai tidak datang di pesta pernikahan kakak mu ya! Mama, akan sangat kecewa terutama kakakmu." Kata Juita sambil membantu Qiano memasukkan bajunya ke koper.     

"Tidak mungkinlah Ma. Aku pasti datang sesuai janjiku sama kakak Nana dan Kakak ipar. Selain itu, kakak ipar sudah sangat baik padaku dengan menawarkan aku untuk kuliah di luar negeri. Tapi, aku tidak mau merepotkannya. Makanya aku memilih kuliah di Maha University. Biar tidak begitu jauh dari Mama. " Jelas Qiano dengan suara lembut.     

"Bagus kalau kamu berfikir begitu. Ya sudah, kamu hati-hati di jalan ya! Bilang sama Mas Haris mu agar pelan-pelan. Nanti, kalau sudah sampai di rumah kakakmu, kamu harus menelpon Mama!" Lanjut Juita dengan nasehat nya sebagai Ibu yang tidak terbiasa jauh dari putra semata wayangnya itu.     

"Tentu. Aku pasti akan menelpon Mama. Oh iya, Mama akan datang ke Jakarta hari apa? Bukankah pernikahan kak Nana Minggu depan?" Kata Qiano seraya bertanya setelah nya. "Kata kakak Iparmu, dia akan mengirim mobil sehari sebelum acara akad. " Jawab Juita.     

"Alhamdulillah kalau begitu. Ya sudah aku berangkat dulu ya Ma! Karena Abang Haris sudah menunggu lama!" Kata Qiano seraya mengenakan ranselnya.     

"Iya sayang! Kamu harus belajar yang rajin ya! Jangan buat Abang Haris dan Kak Nayla kecewa padamu. Selama kamu tinggal di rumah mereka, bersikaplah baik-baik! Meskipun Abang Haris adalah kakak ipar yang baik kamu harus lebih baik lagi dari dia. Oky!" Lanjut Juita dengan nasehat yang tidak ada habisnya seraya meneteskan air mata.     

"Maa ... Jangan menangis gitu! Qiano tidak pergi selamanya kok. Kalau Qiano libur, pasti aku akan pulang. " Qiano ikut sedih melihat Ibu nya meneteskan air mata yang merasa berat berpisah dengannya.     

"Iya. Mama hanya terharus saja karena dua anak Mama pergi dari rumah. Satu akan tinggal bersama suaminya, dan kamu akan tinggal bersama kakakmu di Jakarta. Mama dan Papa hanya berdua di rumah ini." Jawab Juita seraya menyeka air mata nya. Qiano menarik nafas dalam. Ia berfikir kalau Mama nya mulai manja. Bukankah Nana sudah lebih dulu meninggalkannya semenjak awal mula ke Korea hingga akhirnya dia di persunting oleh orang Korea. Namun, ia cukup faham kenapa Mama nya bersikap begitu, karena dia yang selama ini menemani Mama nya di rumah ketika dua kakak perempuannya tinggal di tempat lain.     

"Qiano mengerti kok Ma. Yukk ... Kita keluar!" Kata Qiano seraya menggandeng lengan Ibu nya.     

Juita pun langsung mengangguk dan mengantar Qiano keluar menuju halaman depan rumah, dimana Haris menantinya sudah menunggu dengan mobil kantor yang dia pinjam.     

Tidak lama setelah itu, Qiano pamit dengan mencium punggung tangan kedua orang tuanya. Dengan berat hati Juita melepas kepergian Qiano.     

Tepat saat Qiano sudah berada di perjalanan. Ponselnya berbunyi dan itu dari Kim Lion. "Siapa?" Tanya Haris seraya melirik Qiano di sampingnya.     

"Kak Lion ... Sepertinya dia ingin menanyakan apa aku sudah pergi atau tidak. Ya sudah, aku akan jawab dulu! " Jawab Qiano seraya menggeser icon warna hijau di ponselnya. Haris hanya mengangguk dan tidak bertanya banyak karena sebenarnya dia adalah lelaki pendiam.     

"Halo ... Kak!" Sapa Qiano setelah panggilan terhubung.     

"Halo ... Qiano kamu lagi dimana?" Tanya Lion dengan nada lembut. Mendengar pertanyaan Lion, Qiano yang sudah mulai terbiasa bicara dengan Lion itu pun langsung tersenyum karena merasa nyaman dengan perhatiaan Lion.     

"Aku lagi di jalan sama Abang Haris menuju Jakarta." Jawab Qiano dengan singkat.     

"Ohh ... Kakak kira kamu tidak jadi pergi hari ini. Oh iya, apa kamu mau langsung ke rumah keluarga kakak setelah mengurus berkasmu di Maha University? Atau bagaimana?" Tanya Lion.     

"Aku kurang tau kakak. Karena, aku ada acara di Malang setelah itu. Tapi, kakak tenang saja! Kalau aku pasti datang di acara akad nikah kakak tepat waktu. Tolong beritahu kak Nana biar dia tidak mengomeliku!" Jelas Qiano dengan suara memohon. Karena, tau betul bagaimana Nana sangat mengharapkan kehadirannya.     

"Baiklah! Kalau kamu butuh bantuan kakak, maka jangan sungkan untuk menelpon kakak. Oke!" Lanjut Lion dengan tegas.     

"Oke. " Setelah mengatakan kalimat terakhirnya, Qiano menutup telponnya.     

Seketika itu muncul foto Qiara yang menjadi latar ponselnya. Foto yang dia curi sewaktu Qiara sedang ngobrol dan tertawa bersama teman-temannya.     

Selain itu, ia juga mengambil beberapa foto dari facebook Qiara.     

'Ra ... Tunggu sampai aku selesai kuliah! Aku akan datang padamu. Semoga kamu bisa diterima kuliah di tempat yang kamu inginkan! Aku akan sangat merindukanmu. Karena ini adalah pertama kalinya kita sekolah ditempat yang berbeda.' Batin Qiano seraya senyum-senyum sendiri dengan bersembunyi dari Haris agar tidak dianggap gila.     

Setelah membatin, Qiano pun berfikir untuk mengirim pesan kepada Qiara, karena sedari semalam Qiara tidak menghubunginya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.