Istri Kecil Tuan Ju

Rumah Julian



Rumah Julian

0Setelah membatin, Qiano pun berfikir untuk mengirim pesan kepada Qiara, karena sedari semalam Qiara tidak menghubunginya.     

"Ra ... Aku sudah berangkat ke Jakarta. Bagaimana dengan kamu" Pesan singkat itu langsung terkirim ke nomer Qiara.     

Tidak lama setelah itu balasan dari Qiara pun datang dengan cepat.     

"Aku sudah sampai di Kota A. Oh ... Iya, Selamat menempuh hidup baru sebagai mahasiswa ya! Semangat!" Membaca balasan dari Qiara membuat Qiano merasa senang bukan kepalang. Ia pun dengan semangat membalas pesan dari Qiara.     

"Iya Terimaksih atas semangat nya! Kamu juga harus tetap semangat dan jangan nyerah sampai kamu bisa lulus di Kemas University. Dan, jika kamu butuh bantuan, jangan sungkan untuk menghubungiku!" Kata Qiano dengan kata yang tertata rapi dan langsung dikirim kepada Qiara.     

Di waktu yang sama, Qiara tersenyum kegirangan ketika membaca balasan pesan dari Qiano. Melihat itu, Julian mengerutkan keningnya. Ia yang baru saja selesai mandi dan menggunakan pakaian kaos putih longgar dengan rambut yang masih basah berdiri di belakangan tempat duduk Qiara. Mencium bau harum yang sangat akrab di hidungnya. Qiara pun langsung menoleh ke belakang.     

Seketika itu jantungnya berdebar, ia menelan ludahnya dalam-dalam sambil melotot menatap Julian yang terlihat bersinar dengan pesona yang luar biasa. 'Ya ampun .... Kenapa orang tua ini terlihat sangat tampan? Apakah mataku mulai konslet? Atau dia sedang memakai sihir untuk memperdayaku? Tunggu! Sekarang aku ada dimana? Ohhh Tuhan? Apa ini istana? Apa aku sedang berada di negeri dongeng? Sehingga aku melihat pangeran yang mirip Julian.' Batin Qiara dengan tatapan tidak percaya. Ia pun baru sadar kalau dia berada di tempat asing yang luas dengan perabotan mewah.     

Karena semenjak ia turun dari mobil, ia tidak memperhatikan rumah yang dia masuki karena sibuk chatingan sama sahabatnya, terlebih ketika Qiano mengirimkannya pesan, maka perhatiannya langusung berpusat pada Qiano.     

"Kenapa kamu masih duduk? Bukankah aku memintamu untuk mandi dari tadi? Apa kamu mengabaikanku?" Pertanyaan Julian membuyarkan lamunan Qiara. Ia pun langsung sadar dari keterkejutannya.     

"Aaa ... ? Mandi? Memangnya kita lagi dimana? Dan kenapa aku harus mandi? " Tanya Qiara dengan ekspresi heran.     

"Kamu lagi ada di rumahku. Bukankah aku sudah mengatakannya padamu? Dan, sore ini kita harus pergi ke rumah orang tuaku. Karena mereka ingin bertemu denganmu." Jelas Julian dengan detail sembari bingung dengan sikap Qiara yang seakan linglung.     

"Apa? Istana ini rumahmu? Apa kamu tidak salah? Memangnya siapa kamu? Dan apa pekerjaanmu sehingga bisa membuat rumah sebesar ini?" Qiara masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar dan apa yang dia lihat.     

"Aku hanya penjual. Untungku banyak makanya aku bisa menyicil untuk membuat rumah ini. " Jawab Julian seraya duduk di hadapan Qiara.     

"Penjual? Memangnya kamu jual apa sehingga bisa mendapatkan untung sebanyak ini?" Lanjut Qiara dengan pertanyaan yang tidak ada habisnya.     

"Hanya jual jasa. Ya sudah, jangan banyak bertanya lagi! Sebaiknya kamu mandi dan ganti bajumu! Kamarmu ada di sebelah kamarku yang berada di sana!" Kata Julian seraya menunjukkan dimana kamar Qiara.     

"Oke." Tanpa basa-basi dan pertanyaan yang lebih lanjut lagi, karena ia merasa tidak perduli lagi dengan Julian dan pekerjaannya, entah itu mau halal atau tidak dia masa bodo, yang penting dia tidak tau dan tetap bisa menikmati uang yang diberikan Julian.     

"Ahhh ... Aku lupa apa kamu masih punya uang untuk diberikan padaku? Karena sepertinya aku ingin jalan-jalan mengelilingi kota A, juga membeli banyak barang." Kata Qiara yang berhenti berjalan menuju kamar yang ditunjukkan Julian tadi. Lalu berbalik seraya bertanya pada Julian.     

Mendengar pertanyaan Qiara. Julian langsung menoleh kearah nya dengan ekspresi datar.     

"Berapa yang kamu butuhkan?" Tanya Julian.     

'Wahhh ... Ni orang sombong banget? Tidakkah dia takut aku akan meminta banyak? Ummm ... Sebaiknya aku minta banyak biar dia tau rasa, setelah itu menceraikan ku deh, karena dia tidak mungkin tahan memiliki istri matre sepertiku. He ' Batin Qiara seraya tersenyum licik.     

"Jangan banyak berfikir ataupun merasa tidak enak. Jika kamu ingin menjadi istri matre maka katakan saja! Kamu pun bebas menggunakan uangku. Jadi, sebutkan jumlah yang kamu mau!" Lanjut Julian dengan santai, karena ia bisa membaca apa yang difikirkan dan niatkan oleh gadis polos yang tidak suka shopping itu. Kalau pun dia mengatakan mau beli perusahaan game baru ia percaya kalau itu memang keinginannya. 'Sial ... Kenapa dia bisa membaca fikiranku? Apa dia dukun? 'Batin Qiara dengan cemberut.     

"Ahhh ... Satu lagi! Lain kali, jangan menatap cowok seperti kamu menatapku tadi, sampai ilermu keluar begitu. Karena aku pastikan akan membunuh lelaki itu!" Lanjut Julian tanpa melihat kearah Qiara.     

"Apa? Ileran? Aku tidak begitu ... Kamu salah lihat!" Teriak Qiara dengan pipi yang memerah karena malu. Ia pun segera mengecek ilernya di sekitar mulutnya. Melihat reaksi Qiara, Julian tidak bisa menahan senyumnya karena merasa lucu. Qiara menjadi geram melihat senyum Julian yang seakan mengejeknya.     

"Udah ah ... Aku tidak mau bicara sama kamu lagi! Sebaiknya kamu siapkan 10 juta buatku belanja nanti. Dan, kamu harus meminta supir untuk membawa kemanapun aku mau. Apa kamu mengerti?" Teriak Qiara lagi dengan ekspresi kesal.     

"Iya " Jawab Julian sambil menganggukkan kepalanya.     

Setelah itu, Qiara pun segera menuju kamarnya. Saking kesalnya ia masuk ke kamar yang salah. Tanpa memperhatikan dekorasi kamar itu yang lebih dominan dengan gaya lelaki, serta foto yang ada di kamar itu. Qiara langsung masuk ke kamar mandi dan melepas bajunya.     

Beberapa menit kemudian. Julian masuk ke kamarnya untuk beristirahat sejenak. Tepat ketika ia menutup matanya, ia mendengar suara orang bernyanyi dari kamar mandi. 'Siapa yang sedang mandi?' Batin Julian seraya bangun dari tempat tidur dan menatap kamar mandi.     

"Apa itu Qiara? Kenapa dia masuk ke kamarku? Bukanlah sudah jelas kalau aku menunjukkan kamar yang sebelah?" Tanya Julian pada dirinya sendiri. Karena penasaran, Julian pun memilih untuk mengetuk pintu agar ia tidak salah.     

"Qiara ... Apa kamu yang ada di dalam?" Tanya Julian setelah mengetuk pintu kamar mandi sebanyak tiga kali. Mendengar suara Julian. Ekspresi Qiara menjadi tegang, ia pun khawatir kalau Julian akan tiba-tiba masuk.     

"Yaaaa ... Kamu jangan masuk! Aku akan membunuhmu kalau kamu sampai masuk!" Teriak Qiara dengan suara yang kencang. Sampai telinga Julian terasa mau pecah saking kencangnya.     

"Baiklah! Aku hanya ingin memastikan kalau kamulah yang ada di dalam. Lagian, kenapa kamu masuk kamar mandiku?" Kata Julian dengan suara yang cukup keras sehingga Qiara bisa mendengarnya dari dalam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.