Istri Kecil Tuan Ju

Rumah Keluarga Julian



Rumah Keluarga Julian

0"Tapi, aku takut pada Papa mu! Bagaimana kalau dia menamparku atau lebih dari itu? " Kata Qiara dengan ekspresi buruk.     

"Maka kamu yang harus tanggung sendiri. Oleh karena itu kamu harus menjadi anak baik. " Jawab Julian yang terus-terusan ngerjain Qiara.     

"Ahhh ...Begitu ya? Baiklah ... Aku akan coba jadi gadis baik. Tapi, gaun ini sangat tidak nyaman bagiku. Begitu juga sepatunya. Ini bukan gayaku. " Ucap Qiara lagi.     

"Jangan ngeluh lagi. Sebaik ya fikirkan apa yang akan kamu katakan pada Papa nanti, bukan malah ngurusin sesuatu yang tidak penting seperti itu. " Setelah mengatakan itu Julian kembali fokus pada tab nya.     

Melihat itu Qiara menjadi bosan dengan Julian yang lebih suka memperhatikan tab nya dari pada dirinya yang di samping. 'Apa sih yang menarik di tab nya itu, selalu di pantengin begitu? Apa dia punya pacar ya? Atau memang dia playboy?' Batin Qiara yang terus-terusan membuat dugaan yang tidak masuk akal. Karena Julian seperti patung Dania merasa seperti sedang duduk sendiri, Qiara pun memilih untuk menikmati pemandangan dari balik kaca mobil. Qiara benar-benar senang menatap pemandangan di luar sebab ini kali pertamanya dia ke Kota A.     

Setelah menempuh perjalanan jauh. Mobil Julian tiba di rumah orang tua Julian yang sangat megah dan luas. Qiara menganga melihat rumah itu. Ia tidak menyangka kalau Sarah mertuanya yang selalu terlihat sederhana dan apa adanya itu, ternyata istri dari orang kaya yang rumahnya lebih mirip istana itu.     

"Ayo keluar!" Kata Julian sambil membuka pintu mobil. Qiara pun tersenyum dan tetap diam. Karena ia fikir kalau Julian akan membukakan pintu untuk nya. Nyatanya, Julian tidak melakukannya. 'Dasar lelaki tidak romantis! Harusnya dia membuka pintu buatku. Ya sudahlah, emang gak ada yang bisa di harapkan dari lelaki tua itu.' Batin Qiara sambil membuka pintu mobil.     

Setelah itu, Qiara berjalan di samping Julian dengan perasaan yang berdebar-debar.     

"Assalamualaikum ... " Julian masuk ke rumah dengan mengucap salam. 'Ya ampun ... Ini rumah apa lapangan bola? Luas banget ... 'Batin Qiara seraya melirik ke beberapa sudut di rumah itu.     

"Waalaikumsalam ... Ohhh ya ampun. .. Ada menantuku yang cantik ... Ayo masuk sayang, Mama sangat merindukanmu ! Dan selamat datang di rumah Mama!" Sambut Sarah dengan ekspresi gembira karena ia benar-benar senang bisa ketemu Qiara yang tidak lain adalah menantu pertamanya.     

"Qiqi juga kangen sama Mama. Bolehkah Qiqi berdiri di samping Mama aja?" Ucap Qiara seraya memeluk Sarah dengan manja.     

"Boleh dong! Tapi, kenapa kamu mau berdiri didekat wanita tua ini? Bukankah kamu punya suami yang tampan dan tinggi seperti Julian? Atau dia menyakitimu, apa benar?" Kata Sarah dengan heran sambil membalas pelukan Qiara.     

"Qiqi cuma rindu sama Mama saja,makanya untuk sementara selagi Qiqi ada di sini, maunya di dekat mana terus. "Jawab Qiara dengan manja.     

"Ohhh .. Begitu. Ya sudah, ayo masuk! Mama kenalin kamu dengan Papa yang kemarin tidak sempat hadir di pernikahanmu." Ajak Sarah seraya menggandeng lengan Qiara.     

Dengan perasaan was-was ... Qiara memasuki ruang keluarga dimana Papa Julian sedang duduk dengan tenang menunggu mereka. Julian yang sedari tadi diam hanya mengikuti perintah dari Mama nya dengan patuh. 'Ngomong-ngomong ... Julian punya berapa saudara ya? Kenapa tidak ada foto keluarga disini? Apa Julian anak tunggal? Kenapa Mama mertuaku atau Mama ku tidak pernah menyebut tentang saudara iparku? Ya sudahlah! Aku tidak perduli, toh juga aku akan bercerai sama dia.' Batin Qiara seraya berjalan dengan tenang menuju ruang keluarga.     

Tidak lama setelah itu, Qiara tertegun melihat lelaki paruh baya yang tampak gagah dengan garis wajah sempurna, ia terlihat sangat energik dan cerdas duduk di sofa sambil menonton pertandingan bulu tangkis.     

"Suamiku ... Menantu dan putramu sudah datang! Tidakkah, kau ingin menyambutnya?" Ucap Sarah dengan suara yang lembut sambil duduk di dekat suaminya. 'Serasi ... Mereka terlihat romantis seperti pengantin baru. Kenapa ada orang tua segagah dia? Apa Julian mewarisi kegagahannya?' Batin Qiara seraya mengukir senyum di bibirnya di depan ayah mertuanya itu.     

"Ayah ... Kapan kau kembali?" Tanya Julia mendahului Papa nya yang baru saja menoleh kearah Qiara yang masih berdiri.     

"Julian ... Tidakkah kau mengajak istrimu duduk terlebih dahulu sebelum bertanya pada Papa mu? " Kata Sarah dengan ekspresi heran menatap putranya.     

"Ahhh ... Tidak perlu dipersilahkan olehnya Ma! Karena Qiqi hanya ingin duduk di dekat Mama. " Ucap Qiara dengan segera melangkah menuju tempat duduk mertuanya sebelum Julian menarik nya untuk duduk di sampingnya. Namun, Qiara mulai merasa tidak aman dengan tatapan aneh Ayah mertuanya itu, dia seakan menggerogoti seluruh tubuhnya sehingga Qiara merasa semakin tercekik. Sedang Julian memilih duduk di seberang orang tuanya seraya menahan senyumnya ketika melihat ekspresi Qiara yang tidak enak ketika melirik Ayah nya. 'Tamat riwayatku! Apa aku sudah melakukan kesalahan? Tapi, haruskah dia menatapku seperti itu? Mam ... Qiqi takut. 'Batin Qiara seraya mengeratkan pegangan tangannya di lengan Sarah.     

"Sayang ... Kamu membuatnya takut! Jadi, bisakah kamu melunak padanya?" Ucap Sarah sambil memegang bahu suaminya agar tidak menatap Qiara seperti itu, karena Sarah paham betul karakter Qiara dari bayi sudah dia kenal.     

Sarah sangat sering pulang ke Bandung karena suaminya gila kerja sehingga sering bepergian ke luar negeri. Terlebih sekarang dia sedang mencalonkan diri untuk menjadi perdana menteri.     

"Apa kamu bisa main bulu tangkis?" Tanya Papa Julian tiba-tiba. Seketika itu Sarah tertawa mendengar pertanyaan suaminya yang sangat konyol. Menurutnya Qiara tidak mungkin bisa main bulu tangkis secara posisi dia sekarang sudah menjadi Ny. Ju yang di tuntut menjadi kalem dan mempelajari beberapa hal yang tidak menguras keringat.     

"Dia tidak bisa Pa. " Jawab Julian mendahului Qiara yang sedari tadi diam karena mengatur nafasnya.     

"Siapa bilang? Aku ahli dalam bermain buku tangkis. Tapi, jika harus melawan Papa mertua, aku khawatir akan mengalahkan ya. " Kata Qiara dengan nada kesal menatap Julian. Qiara berharap dengan sikapnya dan kebiasaan buruk nya bisa membuat sang Ayah mertua meminta anaknya untuk segera menceraikannya. 'Satu ... Dua ... ...' Qiara berhitung dalam hatinya menunggu perkataan sang Ayah yang dia harapkan.     

"Ha ha ha ... Sepertinya putraku menemukan perempuan yang bisa membuat hidupnya lebih berwarna. Bagus itu ... Istriku memang yang terbaik dalam memilih menantu. Baik, kalau kamu sesombong itu, maka mari kita buktikan sebelum fajar menyingsing! " Ucap Papa sambil terkekeh menantang Qiara.     

Mendengar perkataan sang Ayah dengan tawa yang nyaring. Julian serta Sarah terkejut karena mereka baru pertama kali melihat nya tertawa seantusias itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.