Istri Kecil Tuan Ju

Jatah Malam



Jatah Malam

0Mendengar perkataan sang Ayah dengan tawa yang nyaring. Julian serta Sarah terkejut karena mereka baru pertama kali melihat nya tertawa seantusias itu. 'Apa? Dia tidak marah? Dia malah menyukaiku? Apa aku tidak salah? Sepertinya dia orang terpelajar dan cerdas, bagaimana mungkin dia bisa bodoh dalam melihat mana gadis baik dan urak-urakkan sepertiku. Apa aku perlu mengubah cara dudukku layaknya lelaki?' Batin Qiara dengan ekspresi yang aneh.     

"Apa Papa serius menantang gadis kecil ini? " Tanya Julian seraya melirik Qiara dengan tatapan yang sinis.     

"Gadis kecil? Bagaimana dia bisa menjadi seorang gadis jika sudah bersuami. Kecuali kamu belum dapat jatah malam. Ha ha ... " Sahut sang Ayah menggoda putranya yang memiliki kehidupan monoton dan tidak menarik untuk diceritakan hingga tujuh generasi.     

Karena hidup Julian benar-benar membosankan.     

"Ukhuk ... Ukhuk ... " Julian terbatuk mendengar pertanyaan sang Ayah. Bagaimana dia bisa dapat jatah malam jika perempuan yang dia nikahi seperti kepiting yang belum siap di rebus. 'Jatah malam? Apa maksudnya? ' Batin Qiara seraya menggaruk lehernya.     

"Papa bisa aja ... Julian sampai terbatuk. Mana mungkin belum, mereka terlihat saling sayang satu sama lain begitu. Iya kan Qi?" Ucap Sarah sambil tersenyum seraya menoleh kearah Qiara.     

"Aaa ... ? Kenapa? " Tanya Qiara dengan bingung.     

Sebab dia benar-benar tidak paham apa yang sedang di bicarakan oleh semua orang di ruangan itu.     

"Soal jatah tadi ... Kamu sudah berikan ke Julian kan? Apalagi kamu kan sudah tamat SMA?" Jelas Sarah lagi yang mencoba memberi pengertian kepada Qiara.     

"Jatah? Apa maksudnya? Dan jatah apa?" Tanya Qiara dengan polosnya.     

"Ukhuk ... Ukhuk ... " Julian kembali terbatuk dengan ekspresi buruk dan malu mendengar pertanyaan istrinya yang begitu polosnya.     

"Ha ha ha ... Dia lucu sekali. Bagaimana mungkin dia tidak faham. Baiklah, lupakan soal jatah. Sebaiknya mari kita bermain di lapangan belakang rumah ini ... Jika Papa menang, maka kalian berdua harus segera berikan cucu buat Papa. Jika kalian kalah maka kalian harus menginap di sini. " Kata Papa dengan raut wajah yang bersemangat.     

"Wahhh ide bagus itu ... Sayang sekali Mama tidak bisa main dan hanya bisa memberikan semangat dan dukungan bagi Papa sewaktu pacaran dulu. " Kata Sarah dengan bersemangat. Karena ia juga ingin sekali memiliki cucu dengan segera.     

Ekspresi Qiara berubah buruk mendengar tantangan Papa mertuanya. 'Ahhh ... Meskipun aku tau kalau aku tidak mungkin kalah. Tapi, memikirkan akan memiliki anak bersama lelaki tua yang tidak aku cintai ini membuatku merasa geli. Sumpah demi apapun aku masih muda dan belum cocok untuk memiliki anak. ' Batin Qiara.     

"Qi ... Kenapa kamu malah diam? Apa kamu tidak setuju dengan peraturan Papa?" Tanya Sarah yang mulai khawatir melihat Qiara yang hanya diam.     

"Sudahlah! Lebih baik kamu menyerah dari pada membuatku malu! Karena orang yang menantangmu adalah atlit nasional yang sering memenangkan kejuaraan bulu tangkis tingkat dunia." Ucap Julian yang mulai ngompor-ngomporin Qiara. Karena dia tau kalau Qiara tidak suka di anggap remeh.     

"Oh ya? Mungkin pas muda Papa emang juara. Tapi, kan sekarang sudah tua, tentu ada perubahan. Aku terima tantangan Papa!" Ucap Qiara dengan ekspresi penuh semangat.     

"Bagus ... Anak muda sepertimu harus percaya diri dan energik. Terutama ketika kamu memberikan jatah kepada suamimu. Jadi, jangan sampai kamu seperti suamimu yang tidak bisa apa-apa selain bergelut dengan laporan kantornya atau buku yang dia peluk sebelum tidur." Kata sang Ayah dengan raut yang semakin segar sebab hari ini dia banyak tertawa dengan ulah Qiara.     

'Jatah lagi? Apa maksudnya? Kenapa tidak ada yang mau memberitahuku akan itu. 'Batin Qiara.     

Julian hanya menyembunyikan senyumnya karena ia bisa menebak diamnya Qiara pertanda sedang bingung dengan arti kata jatah. 'Gadis kecil ... Haruskah aku menagi jatahku malam ini agar kamu mengerti apa itu jatah? 'Batin Julian seraya memicingkan matanya kearah Qiara.     

"Sudahlah! Jangan tertawa lagi! Sebaiknya kita langsung ke lapangan. Qiara sebaiknya ganti pakaian agar leluasa mainnya. Kebetulan Mama punya pakaian zaman gadis yang bisa kamu pakai. Dan itu, hadiah ulang tahun pertama dari Papa mu sewaktu kami pacaran dulu. " Kata Sarah seraya mengajak Qiara untuk masuk ke kamarnya.     

"Ma ... Tunggu dulu! Dimana Kak Jasmin dan Jonathan?" Tanya Julian seraya menghentikan langkah kaki Mama nya.     

"Ahh ... Aku sampai lupa menanyakan kabar dua anak ku lagi. Dimana mereka?" Sambung Papa seraya melirik kesegala arah di rumah itu. Nathan mungkin masih di pesawat karena penerbangannya di undur kemarin. Kalau Jasmin tentu ada lagi shooting di luar kota. Makanya dia tidak bisa datang. "Jawab Sarah dengan detail.     

"Yang satu sibuk shooting sehingga lupa kalau dia adalah wanita dewasa yang harus segera menikah. Sedang yang paling kecil itu sibuk dengan hobinya berpetualang. Ya ampun" Ucap Papa dengan ekspresi yang rumit.     

"Julian ... Tolong atur agar adikmu segera mendaftar kuliah! Karena dia tidak boleh begini terus. Dan untukmu sayang! Tolong tanyakan siapa calon putrimu ketika dia pulang nanti! Jika tidak ada, maka aku yang akan mencarikannya. Baiklah aku akan ganti baju dulu!" Setelah memberi perintah dengan tegas, Papa pun meninggalkan ruang keluarga menuju kamarnya untuk berganti pakaian.     

"Baik Pa!" Sahut Julian setelah Papa nya pergi. 'Ohhhh ... Jadi, aku punya adik ipar dan kakak ipar? Tapi, kakak iparku cewek namanya Jasnin, Seperti nama salah satu artis terkenal.' Batin Qiara seraya menganggukkan kepalanya.     

"Sayang ... Kamu ikut Julian ke kamarnya sebentar ya! Mama akan mengambil pakaian buatmu di kamar Mama. " Setelah mengatakan itu Sarah pun bergegas menyusul suaminya masuk ke kamar.     

Qiara pun mengangguk patuh dan mengikuti Julian untuk masuk ke kamarnya.     

"Ehh ... Aku kira kamu anak tunggal." Ucap Qiara sambil duduk di atas tempat tidur dan tersenyum memandang Julian.     

"Oh ... " Julian hanya merespon datar karena dia memang tidak tertarik dengan pembahasan yang Qiara coba bahas dengannya. Sebab pembahasan itu baru saja di bahas.     

"Ehhh ... Aku boleh tanya lagi kah?" Tanya Qiara yang tidak suka di cuekin oleh Julian.     

"Katakan!" Jawab Julian seraya membuka lemari yang besar berisi pakaiannya yang sudah tersedia kalau dia mau menginap di rumah keluarga besarnya.     

"Yang di maksud jatah sama Papa mu itu apa sih? Aku bingung. Jatah malam apa yang dia maksud? Memangnya aku harus memberikanmu jatah malam? Tapi, berupa apa?" Mendengar pertanyaan Qiara yang begitu polosnya membuat Julian menghentikan kegiatannya. Dia benar-benar merasa tergoda mendengar pertanyaan yang sensitif itu.     

"Apa kamu benar-benar mau tau apa itu jatah malam?" Tanya Julian setelah menoleh kearah Qiara seraya tersenyum licik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.