Istri Kecil Tuan Ju

Tidak akan Mengalah.



Tidak akan Mengalah.

0"Qiqi disini Ma! He ... "Mendengar suara Qiara, mereka berdua langsung menoleh dengan ekspresi yang rumit. Kali ini mereka yang tertangkap basah sedang membicarakan hal-hal sensitif dan itu sangat memalukan bagi Sarah.     

"Qi ... Kenapa kamu ada disini? Bukankah kamu sama Julian sedang ... " Belum sempat menyelesaikan kata-katanya. Qiara langsung menyelanya karena ia tidak mau Mama mertuanya itu sampai membahas yang tadi.     

"Ahhh ... Mama hanya salah faham tadi. Julian hanya membantuku. Oh iya, Aku sudah siap untuk bermain. Apakah kita bisa mulai?" Ucap Qiara seraya menoleh kearah Ayah mertuanya. 'Membantu dalam hal apa sampai Julian ada diatasnya?' Batin Sarah dengan bingung.     

"Baiklah ... Menantu kecilku! Mari kita bermain dan buktikan siapa yang paling hebat. " Sahut Papa seraya tersenyum kearah Qiara.     

"Wahhh ... Akan seru nih pertandingannya ... Kalau begitu aku akan minta para pelayan dan orang-orang di rumah untuk menonton dan menentukan siapa jagoan mereka." Kata Sarah dengan hati yang gembira.     

Setelah itu ia membuat panggilan menggunakan telpon umum yang sengaja disiapkan untuk memanggil pelayan yang ada di tempat tugas masing-masing. Telpon itu diletakkan tepat disamping lapangan.     

Sementara itu Qiara dan Ayah mertuanya sudah bersiap ditempat masing-masing. Karena terlalu bersemangat, Papa dan Sarah sampai lupa menanyakan dimana keberadaan Julian.     

"Menantu kecil ... Apa kamu sudah siap?" Teriak Papa sambil bersiap memukul bola kearah Qiara.     

"Aku sudah siap Papa mertua ... "Sahut Qiara dengan suara yang lantang. Tepat saat itu para pelayan dan beberapa pekerja lagi kecuali satpam sudah duduk di tempat penonton.     

"Ye ... Semangat Tuan besar! " Teriak para pelayan yang ada di pihak Papa mertuanya Qiara.     

"Wuuu ... Qiqi ... Kamu harus semangat agar kamu kalah dan berikan kami cucu ... " Ucap Sarah sambil bertepuk tangan dengan kegirangan. Mendengar teriakan Sarah. Qiara dan Papa mertuanya terdiam sambil menatapnya. Mereka bingung tentang siapa yang di dukung oleh Sarah. Dia menyemangati Qiara tapi berharap Qiara kalah.     

'Mama aneh ... Sebanarnya dia dukung siapa? ' Batin Qiara seraya bertanya-tanya pada dirinya.     

"Apa kamu memikirkan hal yang sama dengan Papa?" Tanya Tuan Joshep sambil tersenyum pada Qiara.     

"Aaa? Maksud Papa?"Bukanya menjawab Qiara malah bertanya balik karena ia bingung dengan pertanyaan Tuan Joshep.     

"Sudahlah! Jangan hiraukan Mama mu lagi! Dia memang begitu kalau dia tidak tau harus dukung siapa. Pada intinya dia mendukung kita berdua tanpa harus terlihat berpihak pada satu orang saja. " Jelas Tuan Joshep yang sangat faham dengan karakter istrinya.     

Mendengar penjelasan Papa mertuanya Qiara pun tersenyum karena mengerti apa maksud dari pernyataan mertuanya itu. Mereka berdua pun tertawa sambil menatap kembali kearah Sarah sebelum memulai permainanan.     

"Kenapa mereka belum mulai main? Kenapa malah menatap ku dengan tatapan aneh seperti itu?" Tanya Sarah pada dirinya sendiri ketika memperhatikan dua orang itu sedang memandang kearahnya.     

"Karena Mama tidak konsisten. Mama menyemangati Qiara, tapi memintanya untuk kalah. Apa Mama tidak sadar itu?" Kata Julian yang tiba-tiba sudah berada di dekatnya.     

"Ohhh ... Astaga ... Sayang ... Kenapa kamu mengagetkan Mama? ... " Ucap Sarah dengan ekspresi terkejut. Setelah itu ia mengatur nafasnya. "Maaf!" Sahut Julian tanpa ekspresi.     

"Sudah lupakan! Oh iya, seperti biasa kamu selalu cerdas dalam memberikan dugaan. Begini, Mama memang mendukung Qiara karena itu pasti. Tapi, Mama juga ingin segera punya cucu makanya berharap dia kalah setelah melakukan yang terbaik. Apa itu salah?"Jelas Sarah seraya memandang kearah Qiara dan suaminya yang sudah mulai melakukan permainan yang di mulai dari Tuan Joshep.     

"Ohh ... Begitu. Berdo'a saja Ma!" Sahut Julian seraya menyilangkan tanganya ke dada sambil memperhatikan istri kecilnya yang tampak energik.     

"Itu sih sudah tentu. Ya sudah, Mama mau fokus menonton dua kesayangan Mama main." Setelah mengatakan itu, Sarah mengambil posisi duduk paling depan. Julia pun mengikuti Mama nya duduk.     

'Gadis kecil itu sangat lucu! Vania ... Apa benar dia adikmu? Kenapa sangat berbeda denganmu? Jika kamu membuatku selalu tenang dan merasa nyaman. Tapi adikmu berhasil membuatku merasa bodoh karena ulahnya yang menyebalkan serta ia sangat periang. Dan satu hal lagi yang membuatnya keren. Yaitu, dia bisa membuat Papa yang super sibuk tertawa seperti itu ' Batin Julian sambil duduk dengan tenang dan elegan.     

"Ahhh ... Itu Tuan muda Julian ... Dia sangat tampan dengan rambut basah dan rapi begitu. Sepertinya dia baru saja selesai mandi." Bisik para pelayan wanita yang fokus memperhatikan Julian dari pada permainan yang sedang berlangsung.     

"Iya. Anak Tuan Joshep memang cantik dan tampan semuanya. Buah memang tidak jatuh jauh dari pohonnya. " Sambut pelayan yang lainnya.     

"Nona muda Qiara beruntung sekali bisa menikah dengan tuan muda Julian. Meskipun membosankan dan bermuka datar. Tapi, dia sangat tampan dan lembut dalam bertutur kata." Kata pelayan yang tadi memulia pembicaraan tentang Julian.     

"Tapi, aku dengar-dengar dia adalah pembisnis yang penuh ambisi dan licik. Itu sebabnya perusahaan nya sangat berkembang hingga manca negara. Selain itu, aku dengar dia juga tidak segan-segan menyingkirkan orang yang menghalangi jalannya. " Bisik pelayan yang sudah lebih lama bekerja menjadi pelayan di rumah itu.     

"Tutup mulutmu! Kalau Ny. Besar mendengarnya, maka habislah kamu!" Tegur pelayan yang lainnya.     

"Aku kan cuma bilang pernah mendengarnya. Baiklah, aku akan menutup mulutku." Setelah mengatakan itu, sang pelayan langsung diam dan fokus pada pertandingan Qiara dan Tuan besar mereka.     

Sedang yang lain menatap sinis terhadap pelayan itu. "Ye ... Aku menang!" Teriak Qiara kegirangan.     

Setelah bermain beberapa ronde, tetap saja pemenang terakhir yang keluar adalah Qiara. Teriakan Qiara ditemani oleh suara riuh tepuk tangan para penonton.     

"Aisss ... Kenapa aku bisa di kalahkan sama gadis kecil ini?" Ucap Tuan Joshep dengan ekspresi lemas.     

"Tidak apa-apa sayang ... Yang penting kan skornya tidak jauh berbeda. 5 dan 6 Hanya selisih satu poin saja kok." Kata Sarah yang baru saja tiba di tengah lapangan bersama Julian yang ingin menjemput mereka karena waktu magrib sudah tiba. Para pelayan pun segera kemabali ke tempat mereka masing-masing. Terutama pelayan yang bertugas untuk masak makan malam.     

"Papa ... Tetap hebat meski di usia yang sudah setua ini. " Sambung Julian menyemangati Papa nya.     

"Betul itu Pa ... Qiqi banyak belajar gaya bermain luar biasa dari atlit nasional seperti Papa. Hanya saja, cuaca keburu gelap dan mungkin penglihatan Papa agak kabur, itu sebabnya Qiara yang menang. " Kata Qiara yang juga ikut menghibur Papa mertuanya.     

"Ha ha ... Gadis kecil, kamu bisa aja kalau bicara. Baiklah, lain kali Papa akan menantangmu untuk bermain di pagi hari!" Kata Tuan Joshep sambil terkekeh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.