Istri Kecil Tuan Ju

Membuat Kesal.



Membuat Kesal.

"Ha ha ... Gadis kecil, kamu bisa aja kalau bicara. Baiklah, lain kali Papa akan menantangmu untuk bermain di pagi hari." Kata Tuan Joshep sambil terkekeh. Tuan Joshep sangat senang bisa memiliki teman bermain yang menyenangkan seperti Qiara. Karena selama ini dia memiliki anak seperti tidak punya. Semuanya sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Tanpa sempat menemani Papa mereka main atau sekedar ngobrol.     

"Tentu saja. Tantangan saya terima. He he ..." Jawab Qiara dengan penuh semangat.     

"Tapi, Papa sedih bukan karena kalah dalam permainan. Melainkan sedih karena tidak bisa menimang cucu dengan cepat. " Lanjut tuan Joshep dengan ekspresi sendu.     

"Ukhuk ... Ukhuukk ... " Qiara dan Julian terbatuk bersamaan dengan ekspresi yang rumit.     

"Ha ha ... Kalian tidak perlu seperti itu atau merasa bersalah! Kalian bisa pelan-pelan saja! Lagi pula? Mama sama Papa punya anak setelah lima tahun menikah. Pas punya Jasmin, langsung dikasih lagi Julian, Jonathan dan Jihan, Sempurna. " Kata Tuan Joshep dengan penuh wibawa meskipun dia sedang bercanda.     

"Ya sudah! Kita sebaiknya bersiap untuk sholat magrib! Disini sudah mulai gelap dan dingin. Ayo masuk!" Seru Sarah seraya menggandeng lengan suaminya yang penuh keringat.     

"Kenapa lihat-lihat!" Tanya Qiara dengan ketus ketika menyadari Julian menatapnya dengan aneh.     

"Ayo masuk!" Setelah mengatakan itu Julian pun berbalik lalu menyusul Mama dan Papa nya. 'Uhhh ... Dasar lelaki muka datar tidak punya otak. Harusnya dia menggandeng lenganku seperti Mama. Ahhh ... Apa sih yang aku harapkan. Ya sudah, aku sebaiknya masuk juga karena tubuhku sudah mulai lengket. 'Batin Qiara. Setelah itu ia berlari mengejar Julian sambil tertawa karena ia juga senang mengusili Julian. Mihat Qiara yang mulai usil, Julian pun mempercepat jalannya sambil menoleh kebelakang beberapa kali.     

"Ehhh ... Tuan Ju! Tunggu aku! Aku bisa tersesat di rumah ini jika kamu meninggalkanku!" Teriak Qiara seraya mengencangkan larinya. Julian malah tersenyum dan berlari meninggalkan Qiara. Melihat Julian berlari, Qiara pun mempercepat larinya karena ia tau kalau Julian mulai mengerjainya. Tidak mau kalah, Qiara pun berhasil mengejar Julian lalu menarik bajunya agar Julian tidak lepas lagi.     

"Ha ha .. " Julian terkekeh melihat Qiara tampak ngos-ngosan dengan ekspresi yang buruk. "Dasar lelaki mesum ... Berani nya kamu menertawakan aku hanya karena kamu berhasil mengerjaiku. Tunggu pembalasanku!" Ucap Qiara sembari menatap Julian dengan sinis.     

"Oke. " Sahut Julian sambil memperlambat jalannya.     

Kini Julian tidak lagi bisa kabur karena bajunya di pegang erat oleh Qiara. Waktu bergulir begitu cepat. Selesai mandi, Qiara ikut sholat bersama Julian dan mertuanya. Tuan Joshep dengan senang hati menjadi imam mereka hingga sholat isya. Selesai melaksanakan ibadah wajib. Mereka pun makan malam bersama dengan gembira. Entah kenapa hati Qiara mulai merasa nyaman dan bahagia berada diantara keluarga Julian. Ia bisa merasakan indahnya berada ditengah keluarga utuh. Karena sedari kecil ia tidak pernah merasakan nya akibat perceraian orang tuanya sejak dia berusia lima tahun. Ia hidup serba kekurangan karena Renata tidak pernah mau menerima uang dari mantan suaminya akibat anak sulungnya di ambil dari pelukannya. Hingga pada suatu hari, demi anak-anak mereka pun berdamai sehingga Renata mau menerima uang dari Papa Qiara.     

'Tuhan ... Aku ini bukanlah hambamu yang baik. Tapi, engaku tempatkan aku ditengah keluarga yang hangat ini. Meski tidak mencintai suami yang datang terlalu cepat ini, aku tetap merasa senang karena dia membawaku bertemu orang tuanya yang penuh kehangatan. ' Batin Qiara seraya mengunyah makanannya. Setelah selesai makan dan ngobrol. Qiara pun mulai terkantuk-kantuk sehingga ia meminta izin untuk masuk kamar duluan meninggalkan Julian yang terlihat masih ngobrol serius bersama Tuan Joshep. Malam semakin larut. Julian pun langsung masuk ke kamarnya setelah mengobrol serius soal pencalonan Tuan Joshep sebagai perdana menteri yang baru.     

"Hei ... Ngapain kamu di kamarku? Pakai tiduran di tempat tidurku lagi. Pergi gak!" Teriak Qiara yang terkejut ketika keluar dari kamar mandi, ia malah menemukan Julian sedang bersandar di tempat tidur sambil memainkan ponselnya.     

"Ini kamarku. Jadi, aku akan tidur disini!" Jawab Julian tanpa ekspresi.     

"Apa? Pokoknya kamu tidak boleh disini! Jika kamu tidak pergi, maka aku yang akan keluar." Ancam Qiara dengan tatapan sinis.     

"Keluar saja!" Mendengar perkataan Julian dengan muka datarnya. Qiara mengepalkan tinjunya. 'Dasar lelaki kejam! Kenapa dia membiarkanku keluar di rumah yang bukan rumahku. Harusnya dia memperlakukanku dengan baik sebagai tamu. Bukankah tamu adalah raja?' Batin Qiara seraya menggertakan giginya. Tanpa mengatakan apapun. Qiara pun melangkah mendekati pintu keluar dengan perasaan kesal.     

"Jika kamu keluar! Tentunya Papa dan Mama akan bertanya padamu. Jika pun kamu mengatakan kalau kita sedang marahan, kemungkinan mereka akan memasukkan kita ke kamar hukuman yang dingin tanpa selimut. Sampai kita baikan. Bagaimana? Mau pilih tetap di kamar ini, atau di kamar hukuman?" Mendengar perkataan Julian.     

Kaki Qiara berhenti melangkah. 'Apa ...? Berada di ruangan dingin bersama lelaki mesum? Bukankah itu akan lebih mengancam kesucianku? Ahhh ... Dasar bajingan ... Lagi-lagi aku terperdaya olehnya. Baiklah, kali ini aku akan menggunakan jurus ayam terbalik sayap ... Agar dia mau tidur di bawah sedang aku tidur nyenyak di atas tempat tidur. ' Batin Qiara seraya berbalik dengan senyum licik.     

"Ummm ... Baiklah! Akau akan tetap berada di kamar ini. Tapi, aku akan tidur di bawah karena aku tidak enak mengganggu kamu si pemilik kamar ini. " Ucap Qiara dengan nada suara memelas, seolah dia sudah teraniayaya lalu menyerah begitu saja.     

"Baguslah! Tidur saja!" Kata Julian seraya melempar bantal kearah Qiara.     

"Huf ... " Dengan bodohnya Qiara menangkap bantal itu. "Jadi, aku harus tidur di bawah?" Tanya Qiara dengan ekspresi buruk yang tidak menyangka kalau Julian tidak punya belas kasihan padanya.     

"Bukankah kamu yang mau?" Sahut Julian sambil mengintip ekspresi Qiara dari balik ponsel nya yang sesekali menutup pandangannya dari Qiara.     

"Yaaaaa ... ! Apa kamu laki-laki sejati? Kenapa kamu malah mengiyakan perkataanku? Aku ini perempuan yang tidak seharusnya tidur di bawah. Tidak bisakah kamu mengatakan kalau kamulah yang tidur di bawah?" Teriak Qiara dengan raut wajah yang mulai memerah.     

"Aku ngantuk dan lelah, oleh karena itu aku akan tidur duluan! Selamat malam! Semoga mimpi indah! " Ucap Julian setelah itu ia meletakkan ponselnya di meja kecil samping tempat tidurnya.     

Tidak lupa dia menutup telinganya dengan kapas lalu menyelimuti tubuhnya dan terlelap tanpa memperdulikan Qiara. Qiara menjadi geram melihat Julian yang masa bodoh dengan nasibnya yang akan tidur di bawah. Tidak bisa dibiarkan! Aku harus mengambil tindakan ekstra. Kalau tidak, lelaki mesum ini akan bertindak semena-mena padaku. Wahai lelaki tua, terimalah serangan dariku.' Teriak Qiara dalam hatinya. Setelah itu ia berjalan menghampiri tempat tidur dengan ekspresi gelap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.