Istri Kecil Tuan Ju

Alasan Yang Masuk Akal.



Alasan Yang Masuk Akal.

0"Jangan? Maksud kalian Mama tidak boleh main ke rumah kalian apakah begitu?" Tanya Sarah dengan ekspresi bingung. Qiara terdiam karena tidak bisa berfikir. Ia khawatir jika Sarah tau kalau dia dan Julian tidur di kamar yang terpisah. Bisa jadi Sarah akan memberitahu Renata lalu penyakit Mama nya akan kambuh begitu saja.     

"Bukan begitu Ma. Kami hanya ingin menikmati hidup berdua tanpa ada yang mengganggu. Bahkan pelayan pun kami suruh pulang kalau sudah sore. Oleh karena itu, jika Mama mau bertemu kami, maka kami yang akan datang menemui Mama." Jelas Julian dengan alasan yang masuk akal. Ia juga tidak mau membuat Mama nya kecewa jika tau kalau dirinya tidur terpisah, terlebih belum bisa melupakan Vania.     

Qiara bernafas lega ketika mendengar penjelasan Julian yang cukup masuk akal.     

"Ma ... Sudahlah! Jangan ganggu kehidupan anak-anak! Biarkan mereka mengurus rumah tangga mereka sendiri. Apalagi mereka ini pengantin baru yang masih ingin hidup berdua. Oh iya, maafkan Papa ya kalau tidak bisa datang ke acara pernikahan kalian. Tapi, kalau kalian mau minta hadiah pernikahan maka Papa akan memberikannya dengan senang hati. " Ucap Tuan Joshep dengan ramah dan suara yang lembut.     

"Tentu. Tapi, tidak sekarang. Kami akan memintanya ketika kami membutuhkan sesuatu.     

" Jawab Julian. "Baiklah. Papa tunggu! " Sahut tuan Joshep seraya mengangguk-anggukan kepalanya. "Ya sudah. Ayo lanjutkan sarapan kalian!" Seru Sarah seraya menuangkan lauk ke piring suaminya. Julian dan Qiara pun mengangguk dan menyantap sarapannya.     

Setelah selesai sarapan. Julian dan Qiara pamit untuk pulang karena Julian harus berangkat ke kantor. Dengan berat hati Sarah melepas anak dan menantunya pergi.     

"Apa yang kamu pikirkan? Kenapa kamu diam saja dari tadi? Seperti bukan dirimu." Tanya Julian sambil melirik Qiara ketika mobilnya sudah jauh meninggalkan rumah besar keluarganya.     

"Apa urusanmu? Sejak kapan kamu perduli padaku?" Jawab Qiara seraya menatap Julian dengan ketus.     

"Aku tidak perduli padamu. Tapi, kamu adalah amanah dari Mama mu. Jadi, aku harus tau semua tentangmu termasuk apa yang kamu fikirkan. " Jawab Julian seraya menyebut mertuanya, karena Julian tau betul bagaimana Qiara akan bersikap jika sudah menyangkut pautkan dengan Mama nya.     

"Aku hanya sedang berfikir untuk mendaftar kembali. Karena kemarin aku sudah mencoba tes dua kali lewat jalur online. Tapi tetap tidak lulus." Jelas Qiara dengan ekspresi cemberut.     

"Tes ? Kamu mau tes apa? " Tanya Julian pura-pura karena dia ingin Qiara meminta bantuan padanya.     

"Aku ingin kuliah di universitas Kemas. Tapi, tes masuknya susah banget sehingga aku selalu gagal.     

" Kata Qiara. "Kamu yakin mau masuk Kemas? Bukankah kamu siswa yang selalu di peringkat terbawah. " Mendengar perkatan Julian yang terdengar mulai meremehkannya hanya karena predikatnya sebagai siswa dengan peringkat paling akhir.     

Ekspresi Qiara menjadi gelap.     

"Apa kamu meremehkanku?" Tanya Qiara dengan nada berat. "Aku tidak meremehkanmu. Aku hanya mengatakan apa yang aku tau. " Lanjut Julian tanpa ekspresi.     

"Ya ... Aku memang bodoh dan selalu berada di peringkat terbawah. Memangnya itu dosa? Apakah siswa dengan predikat buruk tidak di perbolehkan masuk Kemas?" Teriak Qiara dengan nada kesal dan ekspresi yang semakin buruk.     

"Aku fikir kamu harus mencari universitas yang cocok untukmu. Di kota A ini masih banyak kok universitas yang standar dan mau menerima siswa dengan predikat sepertimu. " Kata Julian lagi.     

"Aku akan buktikan padamu kalau aku pasti bisa masuk universitas Kemas. Belajar di kampus impianku dengan jurusan yang aku suka. Aku juga ingin menemukan cinta disana lalu berkencan dengan nya. Saling bergandeng tangan, serta makan di pinggir pantai bersamanya. Indahkan impian ku? He ... " Ucap Qiara dengan penuh percaya diri.     

"Baiklah. Aku ingin lihat bagaimana kamu bisa membuktikan dengan otak dan kemampuanmu yang standar bisa masuk Kemas." Kata Julian menantang Qiara.     

"Soal kencan, kamu tidak boleh melakukannya selama kamu masih menjadi istriku. Kalau tidak, kamu akan tanggung resikonya. "Lanjut Julian dengan ancamannya.     

"Dasar monster ... Tidakkah kamu bisa mensuport ku agar memcapai impianku? Suami macam apa yang suka sekali merendahkan istrinya. Semoga saja kelak istrimu tidak bernasib sama sepertiku. " Kata Qiara seraya menyeringai jijik kearah Julian. Tepat saat itu. Julian mendapat panggilan dari Lion. Ia pun mengabaikan Qiara lalu dengan segera menggeser icon warna hijau di ponselnya. Melihat Julian mengangkat telpon. Qiara pun mengeluarkan ponselnya untuk bermain game yang baru saja ia unggah.     

"Hallo Tuan Ju!"Terdengar suara berat dari seberang telpon.     

"Hallo Tuan Lion. Ada yang bisa saya bantu?" Jawab Julian dengan nada suara yang ramah karena Lion adalah rekan bisnis terbesarnya setelah MH Grup.     

"Saya hanya ingin memastikan kalau Tuan Ju akan hadir di acara akad saya besok lusa. Dan, jangan lupa membawa istri anda. Sebab saya penasaran ingin tau siapa dia yang bisa merebut hati anda. Mike juga ingin melihatnya setelah mendengar cerita dari anda. " Kata Lion dengan jelas.     

"Tentu aku akan hadir bersamanya. Sekali lagi selamat atas pernikahan anda. Maaf karena tidak bisa membantu anda melakukan persiapan, semua karena saya sedang berada di kota A. " Sahut Julian dengan rasa penyesalan yang tidak bisa ikut membantu seperti Alvin.     

"Tidak apa-apa. Tuan Alvin sudah mengurus semuanya. Yang penting, kehadiran anda." Lanjut Lion lagi.     

"Bagaimana mungkin saya tidak akan datang jika pengantin sendiri yang sudah mengundang saya. Tentu ini adalah sebuah kehormatan bagi saya. " Kata Julian dengan tulus.     

"Baiklah kalau begitu. Saya tunggu kehadiran anda besok lusa. Sekarang saya tutup dulu! Selamat beraktifitas!" Setelah mengatakan itu Lion menutup telponnya. Julian pun langsung memasukkan ponselnya ke saku jasnya lalu melirik Qiara yang tampak asik dengan permainan game nya. Sehingga Julian tidak mau menggangunya.     

"Aku akan mengantarmu pulang dulu baru aku akan ke kantor." Ucap Julian seraya melirik Qiara. Sayangnya, Qiara tidak menghiraukannya karena ia masih sibuk dengan game nya. Tidak lama setelah itu, mereka sampai di rumah. Qiara pun turun dari mobil lalu dengan segera masuk ke rumah tanpa memperdulikan Julian.     

"Bagaimana dia bisa masuk Kemas, jika dia sendiri hanya sibuk dengan game nya saja. Ya ampun ... Sepertinya dia bukan saudari kandung Vania.     

"Setelah berbicara dengan dirinya sendiri. Julian langsung meminta supir untuk mengantarnya ke kantor karena pagi ini dia ada rapat penting. Tepat saat Qiara sampai di kamarnya. Ia mendapat panggilan dari Qiano yang membuatnya terkejut.     

"Ya ampun ... Qiano menelponku." Ucap Qiara seraya tersenyum melihat ID pemanggil. Seketika itu perasaan nya langsung membaik serta. Tanpa menunggu lama lagi, Qiara langsung menggeser Icon warna hijau di ponselnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.