Istri Kecil Tuan Ju

Hanya Tinggal Harapan



Hanya Tinggal Harapan

0Ya ampun ... Qiano menelponku." Ucap Qiara seraya tersenyum melihat ID pemanggil. Seketika itu perasaan nya langsung membaik serta. Tanpa menunggu lama lagi, Qiara langsung menggeser Icon warna hijau di ponselnya.     

"Assalamualaikum ... Ra! Apa kabar?" Terdengar suara lembut Qiano yang terasa sudah begitu lama dia tidak mendengarnya. Sehingga ia merasakan rindu yang teramat sangat pada pemuda itu.     

"Waalaikumsalam ... Qiano ... Kabarku baik. Bagaimana dengan kamu?"Jawab Qiara dengan suara lembut sambil bertanya balik pada Qiano.     

"Alhamdulillah aku baik. Oh iya, apa kamu nyaman tinggal di lingkungan baru? Juga, sejauh apa persiapanmu untuk menghadapi tes jalur mandiri universitas Kemas?" Tanya Qiano lagi. Mendengar pertanyaan Qiano yang hanya membahas tentang kuliah. Qaira kecewa karena dia berharap Qiano mengatakan kalau dia rindu pandanya.     

"Ra ... Apa kamu masih ada disitu!" Tanya Qiano yang mulai cemas dengan kediaman Qiara.     

"Iya. Aku masih ada disini. Soal Kemas, aku masih mengusahakannya. Karen aku bukan kamu yang bisa bersantai-santai aja untuk bisa masuk di universitas impian. Oh iya. Bagaimana dengan kamu? Apakah lingkungan barumu menyenangkan? Juga, apakah kamu suka dengan suasana Maha University? Tapi, kamu pasti merasa senang berada di sana karena kampus itu kan tempatnya para orang kaya dan wanita cantik. " Kata Qiara dengan nada datar.     

Sesungguhnya ia sangat cemburu dan merasa tidak nyaman dan aman melihat Qiano kuliah disana.     

"Ha ha ha ... Apa kamu takut kalau aku jatuh cinta pada mereka? Atau jangan-jangan kamu cemburu ya? Tenang saja Ra! Aku kesini bukan untuk mencari pacar. Tapi, untuk belajar. Terlebih kau ini sudah memiliki cinta dihatiku yang tidak akan pernah aku hianati. " Jawab Qiano sembari terkekeh.     

" Ha ha ... Kamu terlalu kepedean. Bagaimana mungkin aku cemburu padamu. Itu kan hak kamu untuk memiliki pacar yang seperti apapun. Aku sih hanya bisa mendo'akan yang terbaik buatmu." Kata Qiara yang mulai menyangkal apa yang seharusnya tidak keluar dari mulutnya.     

"Tapi, kalau boleh tau, siapa wanita yang kamu cintai itu?" Lanjut Qiara dengan deg-degan. Ia mulanya tidak ingin bertanya, tapi ia tidak bisa menahan rasa penasarannya.     

"Dia teman sekaligus musuhku. " Jawab Qiano yang masih menggunakan ungkapan yang lain. Karena ia ingin Qiara menebak sendiri.     

"Ohh ... Begitu. Ummm ... Kamu lagi apa sekarang!" Sahut Qiara dengan cemburut. Mendengar respon Qiara. Qiano merasa frutasi karena Qiara belum juga bisa menangkap kode atau pun maksudnya.     

'Haruskah aku bilang kalau dialah wanita yang aku cintai? Tapi, aku khawatir akan mengecewakan nya. Selain itu jika cinta ini terbalas rasanya tidak enak kalau harus LDR.' Batin Qiano seraya menarik nafas berat.     

"Ahh ... Aku lagi di rumah temanku yang ada di luar kota. Besok aku baru kembali ke rumah kakak ku. Karena besok juga aku harus menghadiri pernikahan kakak keduaku yang di laksanakan di salah satu Hotel di Jakarta." Jelas Qiano.     

"Ohhh ... Begitu ya. Selamat untuk pernikahan kakakmu!" Ucap Qiara dengan suara yang lembut.     

"Terimakasih! Seandainya kamu bisa datang, aku pasti akan menyambutmu dengan senang hati. Kalau perlu aku yang akan mendampingimu. " Kata Qiano berandai-andai dengan menyelip harapan semoga kelak ia dan Qiara bisa datang bersama kesetiap undangan.     

"Wahhh ... Romantis banget. Tapi, sayang sekali itu tidak mungkin. " Sahut Qiara dengan ekspresi sendu. Sebab dia juga berharap bisa menghadiri acara seperti itu bersama Qiano.     

"Suatu hari nanti pasti bisa kok. Oh ya, aku tutup dulu ya Ra! Karena aku masih ada acara bersama temanku. Bay ... Ra!" Setelah mengatakan itu Qiano langsung menutup telponnya. Dengan lemas Qiara duduk di tempat tidur nya dengan perasaan bimbang. 'Tuhan ... Kenapa aku bisa terjebak dalam pernikahan yang tidak aku inginkan sama sekali? Aku masih ingin bermain bersama temanku, aku juga ingin menggapai mimpiku menjadi pelukis terkenal.     

Selain itu, aku juga ingin menjadi pencipta game terbaik wanita.Tapi, lihatlah diriku ini yang hanya terkurung di rumah tanpa kegiatan. Ingin belajar tapi rasanya malas banget. 'Batin Qiara sambil menunduk sedih. Malam ini Julian tidak pulang ke rumah karena dia masih ada pekerjaan yang harus dia selesaikan. Qiara tidak perduli dimana Julian berada sehingga ia lebih memilih tidur setelah bermain game tanpa menanyakan apakah Julian akan pulang atau tidak. Keesokan paginya. Qiara terbangun oleh sinar matahari yang menyelinap dibalik cenda kamarnya.     

"Ummm ... Ternyata sudah pagi? Ehhh ... Apakah Julian sudah pulang?" Ucap Qiara setelah terbangun dari tidurnya. Karena penasaran ia pun bergegas turun dari tempat tidur lalu keluar untuk memastikan keberadaan Julian.     

"Pagi ... " Sapa Julian yang ternyata sedang duduk menikmati secangkir kopi di ruang makan. "Apa kamu pulang semalam?" Tanya Qiara seraya mendekat kearah Julian.     

"Aku pulang jam 2 pagi. Kenapa? Apa kamu menungguku? Tapi, kenapa kamu tidak menelpon? Bukankah harusnya kamu bertanya dimana suamimu?" Jawab Julian setelah menyesap kopi paginya.     

"Ha ha ... Justru aku merasa senang kamu tidak ada di rumah. Aku kan jadi bebas malakukan apa saja. "Kata Qiara seraya menyilangkan kedua tangannya ke dada.     

"Baguslah! Sekarang lebih baik, kamu segera mandi dan perbaiki rambutmu yang sudah seperti singa itu. Karena kita harus segera terbang ke Jakarta. "Kata Julian tanpa ekspresi.     

"Ngapain kita harus ke Jakarta? " Tanya Qiara dengan heran.     

"Aku akan memberitahumu kalau kamu sudah siap. " Jawab Julian.     

"Aku tidak mau pergi jika kamu tidak memberitahuku kemana kita akan pergi. " Qiara mulai keras kepala karena ia tidak suka main rahasia-rahasiaan.     

"Kalau kamu tidak patuh padaku, maka aku akan memberitahu Mama kelakuanmu terhadapku. Bagaimana?" Julian pun tidak kehabisan akal dan tentunya tidak semudah itu untuk mengalahkannya.     

"Dasar lelaki mesum ... Kamu selalu mengancam dengan hal yang sama. Apa kamu sudah kehilangan akal dan ide untuk membujukku? Kamu memang brengsek. " Ucap Qiara dengan ekspresi gelap.     

Setelah mengatakan itu, ia pun segera kembali masuk ke kamarnya untuk melakukan persiapan sebelum Julian melaksanakan ancamannya. Melihat tingkah Qiara. Julian hanya tersenyum sambil menikmati secangkir kopi manis pahit yang dia buat sendiri sesuai dengan seleranya. Tidak lama kemudian. Qiara keluar dari kamarnya menggunakan gaun lagi karena hanya itu yang tersedia di lemari pakaiannya.     

"Aku sudah siap!" Kata Qiara setelah berdiri di depan Julian yang sedang sibuk dengan tab nya.     

"Ohhh ... Kalau begitu ayo kita berangkat! " Sahut Julian seraya menutup tab nya lalu berdiri setelah itu.     

"Tunggu!" Ucap Qiara yang tidak mau bergerak ketika mengingat janji Julian yang akan memberitahunya kemana mereka pergi kalau dia sudah selesai bersiap-siap.     

"Ada apa lagi?" Tanya Julian sambil memicingkan matanya kearah Qiara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.