Istri Kecil Tuan Ju

Nasehat Mama



Nasehat Mama

0"A ... A ... Apa maksudmu? " Tanya Qiara dengan terbata-bata.     

"Bukankah kamu sedang terpesona padaku?"Bisik Julian di telinga Qiara seraya tersenyum licik.     

Seketika itu Qiara sedikit gemetar karena merasa geli merasakan nafas hangat Julian di telinganya.     

"Si ... Si ... Siapa yang bilang begitu? Ngarang saja kamu." Kata Qiara seraya menunduk malu.     

"Wajahmu yang sudah seperti kepiting rebus itu mengatakan semuanya." Kata Julian sambil tersenyum lagi ngetawain Qiara yang semakin salah tingkah.     

"Bukankah kamu lebih senang seperti ini gadis kecil? Ternyata kamu sangat sensitif he ..." Lanjut Julian yang merasa senang menggoda Qiara.     

"Dasar lelaki mesum ... " Teriak Qiara seraya mendorong tubuh Julian dengan sepenuh kekuatannya. 'Mereka kan suami istri. Kenapa mereka seperti tidak akur begitu?Ahhh ... Kenapa aku harus pusing memikirkan mereka. Mungkin seperti itu cara mereka menjalani rumah tangga mereka. Ini sebabnya aku belum berani menikah. Karena menikah itu katanya berat dan ribet.' Batin sang Sopir yang merasa heran dan bingung dengan hubungan aneh majikannya.     

"Ha ha ... Ya sudah! Sebaiknya kamu kembalikan tab ku! Agar aku tidak menggodamu lagi!" Kata Julian sambil menjulurkan tangan kanannya setelah terkekeh. 'Sial ... Dia berhasil lagi mengerjai aku. Awas saja! Lain kali aku yang akan balas dendam atas perbuatannya kali ini.' Batin Qiara seraya mengepalkan tinjunya dengan ekspresi gelap.     

"Kamu harus jawab dulu pertanyaanku!" Kata Qiara seraya menyembunyikan tab itu di belakang punggungnya setelah selesai membatin.     

"Pertanyaan yang mana!" Tanya Julian seraya mengerutkan keningnya.     

"Kenapa kamu tidak bertanya aku sedang telponan sama siapa tadi?" Kata Qiara mengulangi pertanyaan nya yang sebelumnya.     

"Kenapa aku harus bertanya kalau aku sudah tau?" Sahut Julian. "Kamu tau? Siapa yang ngasih tau?" Tanya Qiara dengan heran.     

"Aku tau dari cara bicaramu. " Jawab Julian tanpa ekspresi.     

"Apa? Jadi, sia-sia aku bertanya. " Kata Qiara seraya cemberut. Tepat saat itu suara ponsel Julian berbunyi dan ternyata itu dari Mama nya.     

"Orang yang menelponmu juga menelponku. Jadi, aku akan angkat dulu. Tapi, kamu harus mengembalikan tab ku setelah aku selesai nelpon." Kata Julian,     

setelah itu ia pun mengangkat telponnya dan mengabaikan Qiara.     

"Hallo Assalamualaikum ... Ma! "Sapa Julian setelah menggeser icon berwarna hijau di ponselnya.     

"Waalaikumsalam ... Sayang ... Kamu lagi bersama Qiara kan? "Tanya Sarah dengan lembut. "Ya Ma. Memangnya ada apa?" Lanjut Julian seraya melirik Qiara yang mulai membuka tab nya.     

"Mama cuma ngecek aja. Oh iya, tolonglah jangan cuwekin dia. Kamu harus berubah sayang! Karena kamu tidak hidup sendiri lagi. Mama tau kalau Qiqi mungkin kasar dan kekanakan. Mama nya sudah cerita banyak tentang dia. Oleh karena itu kamu harus maklum dengan sikapnya yang seperti itu. Dia dan Vania berbeda karena sejak bayi dia tumbuh tanpa Papa. Saat sudah jadi anak-anak yang aktif dia justru menyaksikan kebencian Mama nya terhadap Papa nya, yang tersisa hanyalah pertengkaran. Tidak seperti Vania yang menghadapi perceraian orang tuanya ketika ia sudah remaja. Jadi, sebagai orang dewasa kamu harus sabar menghadapinya. " Kata Sarah dengan nasehat yang lupa dia sampaikan. Mendengar penjelasan Sarah. Julian melirik Qiara lagi sambil menganggukkan kepalanya karena ia mulai mengerti kenapa sikap dan tingkah Qiara sangat buruk. "Sayang .. Jangan pernah kaku rubah dia agar bisa menjadi seperti Vania. Karen itu hanya akan melukai kalian berdua. Tapi, bantu dia untuk menjadi dirinya sendiri tanpa rasa minder dan penuh percaya diri. " Lanjut Sarah.     

"Iya Ma. " Jawab Julian dengan singkat. "Ahhh ... Malas banget Mama bicara sama kamu. Mama bicara panjang, kamu malah pendek-pendek. Dasar membosankan. Ya sudah, Mama tutup dulu!" Setelah mengatakan itu Sarah menutup panggilannya karena mulai kesal dengan sikap Julian.     

"Apa yang kamu lihat?" Tanya Julian setelah memasukkan ponselnya ke saku jasnya lalu memperhatikan Qiara.     

"Aku sedang mencari game yang kemarin kamu kasih main ke aku itu. Apa kamu masih menyimpannya? ?" Tanya Qiara dengan polosnya.     

"Apa kamu sangat menyukai game?" Tanya Julian sambil memicingkan matanya.     

"Iya. " Jawab Qiara seraya mengangguk dengan kegirangan.     

"Kalau begitu aku bisa memperkenalkan mu dengan game generasi terbaik ciptaan salah satu teman rekan bisnis ku dari Korea Selatan. Apa kamu tertarik?" Kata Julian seraya menawarkan game yang dia kenal paling bagus dan terkenal di Korea.     

"Wahhh ... Aku mau. " Kata Qiara dengan kegirangan.Mendengar jawaban Qiara. Julian langsung mengambil ponselnya lalu membuat panggilan.     

"Hallo bos!" Jawab Sekretarisnya setelah telpon tersambung. "Siapkan tab keluaran terbaru dari perusahaan ponsel terbaik yang berada di bawah perusahaan MH Grup. Setelah itu, unduh semua game produksi One Soft dari Korea Selatan milik Tuan Park Jeha!" Seru Julian dengan tegas dan to the poin.     

"Apa bos mau merambah ke dunia game? " Tanya Eny dengan bingung karena tumben bosnya memerintahkan hal konyol yang tidak sesuai dengan keperibadiannya.     

"Jangan banyak tanya! Aku ingin, tab itu sudah ada di rumahku yang di Jakarta hari ini juga. Kepala pelayan ku yang akan menerimanya seperti biasa. "Jawab Julian dengan tegas.     

"Ahhh ... Siap bos." Setelah mengatakan itu, Eny menutup telponya lalu melaksanakan tugas dari bosnya.     

"Kamu akan bisa memainkan game itu saat kita sampai di Jakarta. " Kata Julian setelah bicara dengan Eny.     

"Oke." Sahut Qiara sambil mengembalikan tab Julian. Setelah itu, Julian kembali mengecek pekerjaannya yang sempat tertunda gara-gara Qiara.     

Tidak lama setelah itu, mereka sampai di Bandara. Qiara pun mengikuti Julian dengan patuh. Ia tidak banyak bertanya tentang siapa Julian dan apa pekerjaannya karena itu sudah tidak penting. Yang dia tau kalau pekerjaan Julian itu halal. Selama di pesawat. Qiara tertidur dengan nyenyak karena ia merasa kecapek an dan juga bosan melihat Julian yang terus-terusan bekerja tanpa lelah. Merasa lelah. Julian melirik Qiara yang sedang tertidur pulas dengan tatapan yang rumit. 'Ummm ... Apakah maksud Vania memintaku menikahi adiknya karena ia ingin aku membuatnya bahagia? Atau apa? Kalau hanya membuatnya bahagia aku pun bisa melakukannya dengan mengikuti semua keinginannya. Akan tetapi, soal cinta tampaknya itu mustahil. Karena seluruh cintaku telah habis ku berikan padamu Vania. 'Batin Julian seraya menyelimuti Qiara dengan jasnya. Setelah membatin. Julian menikmati minuman yang sudah disiapkan untuknya.     

Setelah beberapa saat berlalu, pesawatnya pun mendarat.     

"Qi ... Ayo bangun! Kita sudah sampai!" Kata Julian seraya membangunkan Qiara dengan menepuk-nepuk pipi Qiara.     

"Ummm ... " Qiara malah menggeliat tanpa membuka matanya. Melihat itu, Julian menarik nafas dalam karena Qiara sepertinya sangat nyenyak tidurnya. Julian pun tidak tega untuk membangunkannya lagi. Oleh karena itu ia memilih untuk mengangkat tubuh Qiara turun dari pesawat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.