Istri Kecil Tuan Ju

Dandan Untuk Pesta



Dandan Untuk Pesta

0"Tunggu sebentar! Aku akan menelpon nya." Kata Qiara setelah lama terdiam.Dengan segera Qiara menggulir kontaknya untuk menemukan nomer Julian. Tidak lama setelah itu, ia membuat panggilan ke nomer itu.     

"Ada apa?" Terdengar suara berat Julian dari seberang telpon saat panggilan tersambung.     

"Kenapa kamu meminta orang untuk mendandaniku? Memangnya kamu mau bawa aku kemana? "Tanya Qiara dengan ketus.     

"Ke pesta. " Jawab Julian tanpa banyak kata.     

"Pesta? Aku tidak suka dengan pesta. Pokok nya aku tidak mau ikut. Titik." Lanjut Qiara sambil berteriak.     

"Baiklah! Kalau begitu aku akan minta Mama untuk memintamu ikut denganku." Kata Julian yang lagi-lagi mengancam Qiara dengan sesuatu yang dia sangat hindari.     

"Yaaa ... Tidakkah kamu keterlaluan? Beraninya kamu mengancam gadis kecil tidak berdosa sepertiku. Tapi, baiklah aku akan ikut kamu. Jadi, jangan telpon Mama." Teriak Qiara seraya mengeluarkan emosinya saking kesalnya terhadap Julian. Namun, di kalimat akhirnya ia terpaksa merendahkan suaranya karena memilih mengalah dari pada harus membuat Mama nya marah. Dia masih ingat pesan dokter kalau dia tidak boleh membuat Mama nya marah atau memiliki banyak beban fikiran.     

"Ya sudah! Sekarang juga ikuti kata mbak itu!" Ucap Julian seraya menahan senyumnya karena ia tau kalau ancaman seperti itu selalu manjur.     

"Iya." Setelah mengatakan itu. Qiara menutup panggilannya lalu menoleh kearah wanita dan dua aisistennya itu yang sedari tadi memperhatikannya dengan heran.     

"Tolong jangan tebal-tebal! Karena saya tidak mau kalau wajah saya seperti ondel-ondel. " Kata Qiara dengan ekspresi yang buruk.     

"Iya. Tentu kami akan membuat anda tampil secantik mungkin. Agar Tuan Ju terpesona melihat anda. " Sahut wanita itu seraya bersiap dengan membongkar peralatan make up nya.     

"Aku tidak perduli dia mau terpesona atau tidak. Yang penting, siksaan ini segera berakhir." Ucap Qiara dengan berbisik.     

"Anda bilang apa tadi Ny. Ju?" Tanya Wanita itu sambil menatap Qiara dengan heran. Karena ia mendengar apa yang Qiara ucapkan meskipun kurang jelas.     

"Aaa ... Mbak bisa mulai melukis saya sekarang!" Jawab Qiara seraya duduk dengan patuh di ujung tempat tidur. Tidak lama setelah itu, Qiara membiarkan wajahnya di lukis oleh wanita itu. Sambil menunggu make up-nya selesai. Qiara mengirim pesan buat Qiano.     

"Kamu dimana? Apa kita bisa ketemuan? Aku sedang berada di Jakarta sekarang. " Pesan Qiara itu langsung terkirim ke nomer Qiano. Qiara merasa tidak sabar menunggu balasan dari Qiano sehingga ia terlihat gelisah dan membuat tukang make up itu kewalahan mengikuti gerak wajahnya. Sesekali Qiara bersin ketika wanita itu menabur bedak di pipi Qiara. Setelah lama menunggu. Suara ponsel Qiara pun berbunyi, dengan cepat Qiara membukanya karena ia sudah bisa menduga kalau itu dari Qiano.     

"Benarkah? Wahhh ... Senang sekali kita bisa ketemu setelah beberapa Minggu. Tapi, kalau sekarang aku tidak bisa, karena aku harus menghadiri acara pernikahan kakak ku. Bagaimana kalau sore?" Balasan pesan Qiano membuat jantung Qiara berdetak tidak karuan setelah membacanya.     

"Aku juga tidak bisa sekarang. Jadi, kita sepakati untuk bertemu di sore hari nya. Oke." Balas Qiara dengan cepat dan penuh semangat.     

"Oke. Sampai ketemu Ra!" Pesan Qiano mengakhiri obrolan mereka via WA itu.     

Qiara menjadi tidak sabaran untuk menunggu sore hari disaat pertemuan yang lama dia rindukan itu terjadi.     

"Sudah selesia! Ny. Ju bisa melihat ke cermin sekarang juga!" Kata Wanita itu sambil tersenyum. Tanpa banyak tanya, Qiara pun langsung menoleh ke cermin. Seketika itu ia terkejut menatap cermin.     

"Ohhh .. Astaga Mama ... Apakah itu benar-benar aku? Apakah wajahku sudah di ganti?" Tanya Qiara dengan heran sambil memegang pipinya.     

"Anda sangat cantik Ny. Ju!" Ucap wanita itu memuji Qiara sambil tersenyum manis menatap Qiara lewat cermin.     

"Cantik apa nya? Wajah palsu begini. Cantik itu alami baru bisa sempurna." Sahut Qiara dengan ketus. Mendengar komentar Qiara. Sang tukang rias merasa tersinggung karena ini kali pertama karya nya tidak diberi komentar bagus. Dia adalah perias paling terkenal di Kristal, namun ia merasa sedang diinjak-injak oleh ekspresi buruk yang disertai oleh komentar yang tidak menyenangkan dari Qiara. Tapi, ia tidak mungkin menunjukkan rasa kesalnya karena Qiara adalah klien pentingnya. 'Kalau saja wanita sinting ini bukan istri Tuan Ju. Aku pasti sumpel mulutnya menggunakan alas bedak ini. Kalau perlu aku jitak kepalanya. Ya Allah Gusti ... Ibu nya makan apa sehingga memiliki anak seperti ini? Kasian Tuan Ju harus menikah dengan wanita jadi-jadian ini. Kasar dan tidak ada manis-manisnya. ' Batin Wanita tukang rias itu seraya menggertakan giginya.     

"Sekarang sudah saatnya bagi anda untuk memilih gaun dan sepatu yang indah sesuai dengan stelan jas Tuan Ju hari ini. Karena anda berdua harus tampil serasi diacara pesta ini." Lanjut wanita itu setelah puas membatin untuk melepaskan kekesalannya.     

"Lalu, dimana gaun yang harus aku pilih?" Tanya Qiara seraya berdiri dengan tegak. "Silahkan ikuti saya Ny. " Kata Asisten wanita itu yang mulai turun tangan karena ia menyadari kalau bos nya tampak geram dengan tingkah Qiara.Tanpa banyak tanya lagi, Qiara pun mengikuti asisten itu menuju ruang ganti dimana semua gaun yang dia bawa sudah dia letakkan di ruang ganti sesuai perintah Julian. Tidak lama setelah itu. Qiara dan asisten itu sampai di ruang ganti. Seketika itu Qiara terkejut melihat sepuluh gaun yang cantik dan indah di pandang namun terlihat sangat mahal terpajang untuk dia pilih.     

"Apakah harus sebanyak ini yang kalian siapkan?" Tanya Qiara dengan heran.     

"Ini hanya sebagian Ny. Ju. Jadi, jika anda tidak menyukai satu pun dari sepuluh gaun ini. Maka kami akan mengambil gaun yang lainnya di mobil. " Jelas sang asisten dengan ramah.     

Mendengar penjelasan asisten itu. Tiba-tiba Qiara memiliki ide untuk membuat Julian kesal. Ia pun berjalan menghampiri sepuluh gaun itu dan berpura-pura untuk memilihnya dengan waktu yang cukup lama sehingga sang asisten mulai geram dan tidak sabaran.     

"Apakah anda sudah menemukan gaun yang pas untuk anda kenakan?" Tanya sang asisten dengan senyum yang di paksakan sebab sudah tiga puluh menitan Qiara belum juga menunjukkan gaun yang ingin dia gunakan.     

"Ahhh ... Ummm .. Sayang sekali. Setelah aku memperhatikan semuanya, ternyata tidak ada yang aku sukai. Oleh karena itu, bolehkah anda ambilkan aku gaun yang lain?" Jawab Qiara dengan ekspresi menyesal.     

"Ohhh ... Begitu. Baiklah Ny. Ju. Saya akan mengambilnya sekarang juga! Mohon kesabarannya untuk menunggu!" Kata Asisten itu dengan sopan.     

"Ohhh ... Santai saja! Anda tidak perlu terburu-buru karena saya akan menunggu dengan senang hati selama apapun anda pergi." Ucap Qiara dengan suara lembut seraya tersenyum licik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.