Istri Kecil Tuan Ju

Merasa Sakit Dan Cemas.



Merasa Sakit Dan Cemas.

0Hati Qiano terasa sakit seperti di sayat-sayat oleh pisau dogma yang dak matis. Napasnya terenggah-enggah seketika itu fikiranya langsung semeraut dan gemetaran. Dia cinta pertamanya tapi ternyata sudah menjadi milik orang. Karena tidak sanggup melihatnya. Qiano bergegas meninggalkan tempat itu.      

Akan tetapi tepat saat itu, Qiara melihatnya dengan tatapan terkejut dan nafas yang memburu, jantungnya seakan meledak melihat cinta pertamanya pergi begitu saja dengan ekspresi yang gelap.     

'Bukankah itu Qiano? apakah dia mendengar perkataan Julian tadi? Ya Allah jangan biarkan Qiano salah faham' Batin Qiara seraya menunduk.     

"Iya dia istriku! Dan dia baru tamat SMA tahun ini. Sekarang dia masih berusaha untuk bisa masuk kuliah." jawab Julian dengan nada suara yang lembut penuh wibawa.     

"Maaf! Saya harus pergi dulu! kata Qiara dengan ekspresi yang rumit da memaksa senyumnya. Qiara tidak bisa menahan rasa khawatirnya pada Qiano.     

Karena ia sangat takut kalau Qiano sampai salah faham. Setelah mengatakan itu Qiara bergegas pergi tanpa memperdulikan Julian. Akan tetapi lengannya langsung di tarik kembali oleh Julian.     

Lion dan Nana mengerutkan keningnya melihat pasangan yang tidak terlihat akur itu. Sementara itu ekspresi Qiara berubah gelap. Ia pun berusaha melepaskan genggaman tangan Julian dari lengannya. Tapi, sayangnya Julian terlalu kuat.     

"Lepasin aku Julian! " teriak Qiara tanpa memperdulikan Nana dan Lion yang menatapnya dengan heran. Julian menahan dirinya agar tetap tenang. Setelah itu, tanpa menghiraukan Qiara dia berkata pada Lion.     

"Tuan Lion. Maafkan saya karena telah terlambat! Semoga Tuan memaklumi keterlambatan saya. Dan selamat atas pernikahan kalian, kadonya nanti sekretaris ku yang akan mengantarnya. Kalau begitu aku pamit dulu sebelum istri kecilku kabur!" Ucap Julian sambil tersenyum licik kearah Lion. Qiara bener-benar geram mendengar Julian yang berulang kali menyebutnya istri kecil.     

'Julian kamu brengsek! Kamu monster berdarah dingin. Ingin rasanya aku menyumpel mulutmu dengan mulutku .... Upsss ... Ada yang salah ... ' Batin Qiara. Namun, ia tidak mampu melanjutkan kata-kata nya ketika ia merasa ada ucapan yang salah. 'Eittt ... Tunggu dulu! Aku merasa tadi ada yang memang benar-benar salah. Ahh ... Iya aku salah ucap tadi. Harusnya menyumpel mulutnya dengan kain pel bukan mulutku. Hadehhh ... Ini efek kelamaan tinggal sama suami gila seperti Julian aku berubah mesum begini. ' Batin Qiara seraya ngedumel tiada henti.     

"Ah, iya ... Memang sebaiknya kamu segera bawa dia pulang! Karena sepertinya dia gak nyaman disini." Sahut Lion dengan tersemyum ramah.     

Melihat senyum Lion, Qiara tertegun karena ia bisa melihat dengan jelas pengantin lelakinya. 'Ya ampun ... Dia tampan banget. Senyumnya manis dan sangat ramah. Istrinya pasti bersyukur memiliki suami seperti dia. Orangnya pasti lembut dan tentunya cinta nya tulus sehingga ia mau menikahi pacarnya yang lumpuh, tidak seperti aku yang terjebak pernikahan paksa dengan lelaki tua yang mesum dan tidak begitu tampan ini. .' Batin Qiara seraya tersenyum manis.     

"Mbak, selamat ya atas pernikahannya! Semoga segera dapat momongan dan cepat bisa berjalan!" Walaupun kesal, Qiara tidak lupa bersikap sopan untuk mengucapkan selamat atas pernikahan Nana.     

Nana langsung tersenyum dan berkata,     

" Aamiin, Terimakasih ya atas doamu! Aku juga berdo'a semoga kalian segera di karuniai anak!" Mendengar perkataan Nana, baik Qiara dan Julian terdiam.     

'Ha ha ... Gak salah tuh do'anya? Bagaimana bisa punya anak? Meski sudah menikah setengah tahun, tapi kami tidak pernah melakukannya. lagi pula, aku masih muda dan mau kuliah, kalau pun punya anak aku maunya sama Qiano bukan Julian si rubah brengsek ini.' Batin Qiara seraya menyeringai kearah Julian.     

Nana mendongak heran kearah Lion ketika melihat tamunya terdiam setelah memberi do'a balik. Meski heran, mereka tidak bertanya karena tidak mau ikut campur sama urusan rumah tangga Julian.     

"Baiklah Tuan dan Ny. Lion, kami akan pulang dulu;" Ucap Julian sesaat setelah dia terdiam.     

Lion pun mengangguk bisu sambil menatap Julian dan Qiara yang melangkah bersama menuju pintu keluar dengan heran. Setelah kepergian tamu terakhirnya, Lion langsung membawa Nana menuju kamar pengantin yang sudah disiapkan untuknya di Hotel itu.     

"Lepasin aku! Aku bisa masuk mobil sendiri." Ucap Qiara seraya menarik tangannya dari Julian.     

Setelah itu Qiara pun masuk ke mobil dengan raut wajah kesal. Tanpa mengatakan apapun, Julian masuk ke mobil menyusul Qiara. Di sepanjang perjalanan. Qiara dan Julian tidak membuka pembicaraan sedikit pun.     

Tepat saat itu, Qiara berfikir untuk menghubungi Qiano untuk memastikan apa yang terjadi.     

"No ... Tadi, aku melihatmu di pesta temannya paman ku. Apakah aku tidak salah lihat? Kalau itu kamu, kenapa kamu tidak menyapaku?" Setelah mengetik pesan itu. Qiara pun langsung mengirimnya dengan perasaan yang campur aduk. Tidak lama kemudian. Ponselnya berbunyi lagi. Ia pun segera membukanya karena itu balasan pesan dari Qiano.     

"Paman? Aku fikir dia suamimu? Karena, kakak ku mengatakan kalau dia suamimu. Jadi, mana yang benar?" Balas Qiano secara langsung karena ia juga terbakar cemburu dan merasa di bohongi oleh Qiara.     

"Dia pamanku. Aku hanya diminta untuk ikut ke acara pesta dan berpura-pura jadi istrinya. Semua karena dia tidak mau di ejek karena belum punya istri di usia tuanya. Selain itu, dia juga pernah ke sekolah kok pas aku di sekors waktu itu. Karena bantuan dia, makanya aku tidak jadi di skors." Jelas Qiara dengan perasaan yang aneh. Karena ini kali pertama dia melakukan kebohongan besar fikirnya.     

Dengan gemetar Qiara pun langsung mengirim penjelasannya itu.     

'Qiano ... Maafkan aku yang harus Membohongimu! Aku terpaksa, semua ini kulakukan karena aku tidak mau kehilangan kamu. Meskipun sekarang kita tidak memiliki hubungan yang jelas. Tapi, aku akan tetap menunggu sampai kamu menyatakan cintamu padaku. Karena, hanya kamulah yang aku inginkan menjadi pasangan hidupku. Tentunya, kita pasti bisa menjadi pasangan yang hebat, aku yakin akan hal itu.' Batin Qiara seraya menunduk lemas.     

Walaupun Julian menyadari sikap aneh Qiara. Tapi, ia tidak mau bertanya atau mengajaknya bicara. Karena ia juga dalam keadaan emosi. 'Apa aku kuat? Sampai dimana batas sabarku akan berakhir? Vania ... Tolong aku! Jika kamu memang merestui aku dan adikmu. Maka tolong bantu aku untuk membuatnya lebih lembut dan menerima pernikahan ini. Karena jika terus seperti ini, aku pun tidak bisa menghindari perpisahan dengannya.     

Secara, aku ini lelaki normal yang butuh seorang wanita untuk bersandar dan membuatku tentram.' Batin Julian seraya menatap lurus kearah jalanan tanpa melirik kearah Qiara.     

"Ohhh ... Aku percaya padamu. Jadi, apakah kita bisa bertemu sore ini?" Balas Qiano.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.