Istri Kecil Tuan Ju

Aku Bukan Kak Vania.



Aku Bukan Kak Vania.

0"Ohhh ... Aku percaya padamu. Jadi, apakah kita bisa bertemu sore ini?" Balas Qiano.     

Membaca balasan Qiano. Qiara pun tersenyum lega karena ia tau betul kalau Qiano adalah orang yang paling mengenalnya.     

"Tentu. Kamu bisa kirim alamatnya nanti. Maka, aku akan datang menemuimu. Sampai ketemu nanti sore!" Balas Qiara dengan penuh semangat.     

Julian melirik Qiara dengan penasaran. Karena tadi Qiara yang dia lihat sedang manyun. Sekarang malah tersenyum.     

"Katakan apa maumu!" Mendengar pertanyaan Julian yang tadinya sunyi. Qiara langsung menoleh kearahnya.     

"Apa maksudmu?" Tanya Qiara dengan bingung. "Katakan apa rencana mu setelah ini!"Jelas Julian.     

"Aku ingin menginap di rumah Papa. Tapi, sendiri." Jawab Qiara dengan ketus.     

"Baiklah. Aku akan mengantarmu ke rumah Papa. Tapi, kamu hanya punya waktu malam ini untuk menginap. Karena besok kita harus kembali ke kota A." Lanjut Julian tanpa ekspresi. Qiara mengepalkan tinjunya karena di kasih waktu yang sangat sedikit. Padahal dia berencana untuk tinggal lebih lama di Jakarta. Tapi, dia tidak bisa menentang perintah Julian kalau soal ini.     

"Ini buat kamu!" Lanjut Julian seraya memberi sebuah kotak segi empat dan sudah di bungkus dengan kado.     

"Apa ini? Apakah ini sogokan? Atau, apa kamu punya maksud tertentu dengan memberikanku kado kecil ini?" Tanya Qiara dengan segala prasangka buruknya.     

"Auuu ... " Qiara terkejut sambil memegang kepalanya saat Julian ngerem mendadak.     

"Julian ... Apa kamu tidak bisa nyetir hah?" Teriak Qiara dengan tatapan buas. Mendengar teriakan Qiara, Julian menarik nafas dalam.     

Setelah itu ia menoleh kearah Qiara dengan ekspresi gelap.     

"Ada apa dengan tatapanmu itu? Apa ada yang salah? Kamu membuatku takut." Tanya Qiara dengan ekspresi ketakutan.     

"Apa kamu perempuan? Setauku, Vania adalah wanita super lembut dan sangat sopan serta bijaksana. Dia sangat menjaga tutur katanya. Tapi, kenapa dengan kamu? Apa kamu tidak pernah belajar tata kerama? Setidaknya belajar bagaimana bersikap kepada orang yang lebih tua darimu. Kamu ini wanita, tidak pantas untuk berteriak dan berkata kasar. Selain itu, aku ini suamimu. Wajar aku memberikanmu hadiah, karena apa yang aku miliki juga milikmu. Tapi, bisa-bisa nya kamu berfikir buruk pada suamimu. Apa kamu punya otak?"Teriak Julian dengan tatapan yang tajam dan mengintimidasi.     

Mendengar perkataan Julian yang lepas tanpa kontrol. Air mata Qiara terjun bebas begitu saja dengan derasnya. Jantungnya berdetak tidak karuan. Nafasnya memburu seakan kesulitan bernafas. Melihat ekspresi Qiara. Julian kembali bersandar di tempat duduknya seraya menutup wajahnya.     

"Astagfirullahalazim ... Apa yang sudah aku katakan? Mama memintaku sabar. Tapi, aku sepertinya sudah menyakiti hati Qiara. Akankah Vania marah padaku?" Ucap Julian seraya berbisik pada dirinya sendiri dengan penuh penyesalan.     

Qiara sesegukan sambil memahami dan berusaha mencerna apa yang baru saja di dengar dari mulut suami yang biasanya bicara sedikit itu, tau-taunya berbicara begitu banyak dan memojokkannya. "Qiara ... Aku tidak ... " Qiara menarik tangannya dengan ekspresi ketakutan.ketika melihat Julian menjulurkan tangannya.     

"Qiara ... Aku tidak bermaksud mengatakan itu. Maafkan aku!" Ucap Julian melanjutkan apa yang sempat terpotong tadi. "Jangan sentuh aku! Sekarang juga buka pintunya! Aku bisa ke rumah Papa sendiri. " Ucap Qiara tanpa melirik Julian.     

"Aku akan mengantarmu!" Kata Julian yang tidak mungkin melepaskan Qiara untuk pergi ke rumah Papa nya sendiri.     

"Julian ... Kamu tau aku bukan seperti Kak Vania. Tapi, kenapa kamu tidak mau menceraikan ku? Kalau kamu begitu mengagumi kakak ku kenapa kamu tidak menikahi nya di kuburan. Karena aku, tidak akan pernah mungkin bisa seperti Kak Vania. Aku ini bodoh dan tidak punya otak. Aku juga tidak secantik kak Vania. Jadi, kamu tidak punya alasan untuk mempertahankan aku. Sebaiknya lepaskan pernikahan ini sekarang!" Ucap Qiara sesegukan setelah mengumpulkan dirinya ketika Julian tidak mengijinkannya untuk pergi sendiri.     

"Karena kamu adalah amanat yang diberikan untukku. Jadi, aku tidak akan melepaskanmu begitu saja. Kecuali, kamu bisa menunjukkan kepadaku kalau kamu bisa hidup mandiri dan lebih baik lagi. Maka, aku akan melepaskanmu saat itu juga." Kata Julian dengan kalimat yang bisa di fahami oleh Qiara. Mendengar perkataan Julian. Qiara terdiam untuk sesaat. Tidak lama setelah itu ia membuka mulutnya.     

"Baik. Aku akan buktikan kepadamu setelah aku berhasil masuk Kemas. Aku akan tinggal di Asrama putri. Aku ingin kita tidak tinggal bersama agar aku bisa fokus pada studyku. Selain itu, aku tidak mau lagi ada yang tau kalau aku ini adalah istrimu karena aku juga ingin menikmati masa remajaku tanpa harus di bayangi oleh status seorang istri."Jelas Qiara dengan percaya diri.     

"Apa kamu yakin kalau kamu bisa masuk Kemas? " Tanya Julian sambil tersebyum licik. Karena ia tau betul bagaimana sulitnya masuk Kemas.     

"Apa kamu meremehkan aku? Tidakkah kamu tau kalau aku memang kura-kura yang bodo, tapi tidak mudah menyerah. Aku percaya, dengan tekadku yang besar, aku pasti bisa masuk Kemas. Entah di jurusan arsitektur atau jurusan seni lukis. "Ucap Qiara dengan bersemangat.     

"Aku tidak meremehkan mu."Jawab Julian tanpa ekspresi.     

"Buktinya kamu tersenyum tadi. Apa itu tidak mengejek namanya?" Sahut Qiara seraya menyeka sisa air mata di pipinya.     

"Ya sudah. Buktikan kalau kamu bisa masuk Kemas. Jika kamu berhasil maka aku akan mengabulkan permintaanmu kecuali bercerai karena aku belum tertarik untuk menduda di usia semuda ini. " Kata Julian seraya menyalakan mesin mobilnya.     

"Baik. Aku terima tantangan mu. Jadi, bersiaplah untuk kehilangan banyak uang! Karena mungkin aku akan meminta uang yang banyak padamu." Ucap Qiara dengan penuh percaya diri selain itu ia ingin membuat Julian merasa gentar.     

"Mintalah sebanyak yang kamu mau. Karena uangku adalah uangmu. Aku tidak akan jatuh miskin hanya karena kamu menghabiskan uangku. Akan tetapi, kamu harus fikir kan terlebih dahulu apakah itu yang kamu inginkan." Jelas Julian dengan angkuh. Apa yang dia katakan memang benar, kalau hartanya tidak akan habis begitu saja. Ia adalah Presedir PT Royal Grup yang nomer satu di kota A. Selain itu, ia juga memiliki beberapa hotel dengan fasilitas bintang 5. Belum lagi, ia sedang mengerjakan proyek besar dari KI Grup. Yaitu, pembuatan Hotel termewah dengan fasilitas paling lengkap dengan nuansa Korea Selatan dan Indonesia yang indah. Karena Hotel itu akan menjadi hadiah pernikahan untuk istrinya. Namun, Hotel itu tercatat atas nama Nana Khalila.     

"Dasar sombong. Baiklah, aku akan memikirkan apa yang akan aku minta!" Sahut Qiara sambil menatap keluar jendela. Pemandangan yang sudah lama tidak dia lihat membuatnya rindu pada Vania karena terakhir kali ke Jakarta bersama Vania, waktu dia masih SMp. Hati Qiara pun berubah sedih karena ia mulai merindukan sosok Vania.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.