Istri Kecil Tuan Ju

Menikmati Indahnya Sunset



Menikmati Indahnya Sunset

0"Ya sayang! Hati-hati di jalan!" Ucap Papa seraya menatap kosong kearah putri satu-satunya itu yang keluar dari rumah sendirian.     

Padahal ia tidak mengenal kota itu dengan baik sehingga Papa sangat khawatir melepaskan Qiara sendirian. Untuk menghilangkan kekhawatirannya. Papa segera menawarkan diri untuk memanggilkan taxi. Qiara pun tidak bisa menolak tawaran Papa nya karena ia melihat raut wajah khawatir tergambar di wajah Papa.     

Tidak lama setelah itu. Qiara masuk ke dalam taxi. Setelah itu ia melambaikan tangannya dengan tatapan sendu. Papa melepas putri kecilnya dengan do'a yang tidak henti keluar dari mulutnya. Di tengah perjalanan. Qiara langsung membuka pesan yang baru masuk ke ponselnya. Ternyata itu adalah Qiano yang baru saja mengirim lokasi kepadanya. Tempat pertemuannya dengan Qiano cukup jauh dari rumah sehingga ia harus bersabar untuk bisa bertemu. Tidak lama setelah itu, Qiara pun sampai di lokasi. Dengan segera ia membuat panggilan kepada Qiano.     

"Hallo ... " Terdengar suara lembut dari seberang telpon yang membuat hati Qiara berdebar tidak karuan.     

"No ... Kamu dimana? Kenapa aku tidak bisa menemukanmu?" Tanya Qiara sambil melirik kesegala arah.     

"Aku ada di belakangmu."Jawab Qiano yang memang sudah berdiri dibelakang Qiara. Mendengar perkataan Qiano. Ia pun langsung menoleh ke belakang. Seketika itu hanti nya berdebar semakin hebat. Ia terdiam mematung seperti bukan Qiara yang biasanya.     

"Ra ... Kenapa kamu bengong? " Tanya Qiano seraya mematikan ponselnya.     

"Umm .. Aku? Ahhh ... Iya. Kamu sudah lama kah? He .. " Jawab Qiara dengan salah tingkah.     

"Tidak juga. Tunggu .... Sepertinya ada yang salah denganmu. Kamu pakai gaun? Apa kamu benar-benar Qiara? Atau kota A sudah berhasil mengubahmu. Iya kan?" Ucap Qiano seraya memperhatikan penampilan Qiara dari atas hingga bawah.     

"Apakah aku terlihat buruk?" Tanya Qiara sambil menunduk malu. Mendengar pertanyaan Qiara. Qiano pun memicingkan matanya sambil menahan senyum.     

Setelah itu, ia melangkah dan semakin dekat dengan Qiara.     

"Kamu cantik. He ... " Bisik Qiano sambil tersenyum manis.     

"Benarkah?" Tanya Qiara sambil mendongak menatap Qiano.     

"Tentu. " Jawab Qiano seraya menganggukkan kepalanya.     

"Terimakasih!" Ucap Qiara dengan salah tingkah.     

"Ya sudah ... Ayo ikut aku! Kita cari tempat yang enak untuk duduk. " Kata Qiano sambil memegang tangan Qiara.     

Seketika itu, Qiara merasa terkejut, meski begitu ia bahagia. Tanpa mengatakan apapun. Qiara mengikuti Qiano dengan patuh. Tidak lama setelah itu mereka sampai di pantai yang tidak jauh dari tempat Qiara turun.     

"Kenapa kamu mengajakku ke laut? Aku fikir kita akan jalan-jalan atau sekedar makan di restauran?" Tanya Qiara sambil menatap Qiano dengan heran.     

"Karena aku ingin menikmati sunset bersamamu. Selain itu, aku tidak mungkin mengajakmu ke restauran, karena aku belum memiliki banyak uang. Jadi, tunggu sampai aku sukses maka aku akan mentraktirmu di restauran." Jawab Qiano sambil melempar pandangannya kearah laut yang mulai memerah. Qiara pun tersenyum dan merasa jatuh cinta lagi pada Qiano. Ia pun mengikuti kemana arah pandang Qiano.     

Seketika itu hatinya menjadi damai dengan ditemani sentuhan angin lembut yang membelai wajahnya. 'Aku tidak pernah menyangka akan menyaksikan sunset seindah ini. Dan yang paling spesial dari sunset hari ini adalah dia. Iya, keindahan sunset ini kusaksikan syahdu bersama Qiano yang kini di sampingku sambil menggenggam tanganku dengan hangat. Siapa yang sangka jika kami memiliki waktu seperti ini setelah perdebatan, permusuhan dan pertarungan yang pernah kami lakukan dari TK hingga SMA. Dan yang paling aneh dan sulit aku fahami adalah merasakan cinta pada musuhku sendiri. Ku fikir, kalau benci jadi cinta hanya bualan belaka.' Batin Qiara sambil menggenggam erat tangan Qiano lalu bersama-sama menikmati detik-detik tenggelamnya Matahari. Hingga beberapa menit beralalu. Mereka masih berdiri menghadap Matahari terbenam.     

Tepat saat itu laut berhambur mengantar buih ke tepian membasahi kaki telanjang mereka. Deburan ombak yang menghantam karang terdengar begitu indah dan seirama dengan degupan jantung mereka berdua.     

"Besok aku kembali ke Kota A. "Kata Qiara membuyarkan kefokusan Qiano.     

"Iya." Jawab Qiano tanpa banyak ekspresi. "Boleh aku bertanya?" Lanjut Qiano sambil menoleh kearah Qiara.     

"Apa?" Tanya Qiara.     

"Apa kamu mau menungguku hingga aku sukses?" Tanya Qiano dengan harap-harap cemas.     

"Maksudmu?" Qiara benar-benar tidak faham dengan apa yang dikatakan oleh Qiano.     

"Aku menyukaimu. Tapi, aku tidak ingin mengajakmu pacaran karena pacaran hanya akan menghalangi jalan kita untuk sukses. Setidaknya itu yang aku fikirkan. Namun, kamu bisa menemukan lelaki lain jika kamu tidak mau menungguku. Sekarang, aku hanya ingin tau, bagaiamana perasaanmu? Apa kamu juga menyukaiku!" Ucap Qiano panjang lebar.     

Ia berusaha menyampaikan perasaannya sekaligus harapannya pada Qiara.     

"Aku juga menyukaimu. Tapi, aku tidak bisa berpacaran denganmu saat ini. Karena, ada mimpi yang harus aku raih. Aku ingin buktikan kalau aku tidak bodoh. Jadi, kita memiliki keinginan yang sama. Oleh karena itu, haruskah kita menamai diri kita teman tapi mesra?" Kata Qiara sambil tersenyum. Ia merasa lega karena sudah mengungkapkan perasaannya dan tau apa yang di fikirkan Qiano.     

"Bisa jadi. He ... " Sahut Qiano sambil tersenyum memperlihatkan tangan mereka yang masih menyatu dalam jemari yang saling bertautan.     

"Baiklah! Aku rasa sudah saat nya kita kembali. Karena aku sudah janji sama papa bakalan pulang di waktu Magrib." Kata Qiara dengan senyum yang di paksakan.     

Karena sebenarnya dia benar-benar berat mengakhiri pertemuan itu. Ada rasa tak rela melepas genggaman tangannya dari Qiano. Namun, ia harus segera merenggangkan tangannya dari tangan Qiano.     

"Apa kita tidak akan bertemu lagi?" Lanjut Qiara penuh penekanan.     

Mendengar perkataan dan pertanyaan Qiara. Kering mata Qiano berkilau bersamaan sinar sang jingga yang menerpa wajah tampannya yang berseri.     

"Percayalah kalau kita pasti akan bertemu lagi! Ini bukan akhir dari sebuah pertemuan, melainkan awal dari kehidupan yang lebih menarik lagi." Jawab Qiano sembari menatap Qiara dengan lembut.     

Sungguh Qiara merasa terpesona dengan tatapan lembut itu. Ia ingin memilikinya, namun ia harus berusaha menahannya karena tembok masih terlalu tinggi untuk dia panjat hingga sampai kepada kehidupan bersama Qiano.     

"Aku anggap perkataanmu ini adalah janji!" Ucap Qiara seraya menahan perih yang meluncurkan air mata sesal akan kehidupan rumit yang dia jalani sekarang. Terikat pernikahan yang tidak dia inginkan di usia belianya. Dan terpaksa menahan diri dari hubungan yang lebih jauh dengan orang yang dia cintai.     

"Aku berjanji padamu!" Setelah menegaskan hal itu. Qiano menautkan kelingkingnya dengan kelingking Qiara. Sebuah janji untuk bertemu lagi.     

"No ... " Panggil Qiara setelah lama terdiam. Kini, ia tidak mampu menahan air matanya karena merasa bersalah akan beberapa hal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.