Istri Kecil Tuan Ju

Apa kamu Gila?



Apa kamu Gila?

0"Aku punya satu." Kata Julian sambil menjulurkan ponselnya kearah Qiara tanpa ekspresi.      

"Ha ha ha ... Mana mungkin pedangang sepertimu bisa memilikinya. Ponsel yang kamu berikan padaku saja, masih tidak aku percayai harganya. Mungkin sama, namun siapa yang tau kalau itu tiruan." Kata Qiara sambil terkekeh mengejek Julian.     

"Apakah kamu mau menggunakannya?" Kata Julian sambil menjulurkan ponselnya kearah Qiara. Untuk pertama kalinya Qiara melihat ponsel Julian. Dan itu terlihat sangat cantik dan mewah. Sebelum meraih ponsel itu dari tangan Julian. Qiara melirik ponsel yang ada di pencarian goggle. Ia pun Shok lalu bersandar di sandaran tempat duduk di mobil Julian.     

'Ny. Muda sepertinya tidak mengenal suaminya dengan baik. Tidakkah dia tau kalau tuan muda adalah anak kolomerat kota A. Selain itu ia adalah Presiden Direktur perusahaan terbesar di kota A. Harusnya Ny. Muda merasa beruntung memiliki tuan Muda. Tapi, kenapa sikap nya tidak baik padanya?' Batin sang supir yang sudah lama menjadi supir Julian selagi dia ada di Jakarta.     

"Ada apa denganmu? "Tanya Julian dengan bingung.Mendengar pertanyaan Julian. Qiara langsung menoleh kearahnya.     

"Bagaimana mungkin kamu membeli ponsel semahal itu? Apa kamu gila memghambur-hamburkan uang segitu? " Tanya Qiara dengan tidak percaya. Julian hanya tersenyum karena ia benar-benar lucu melihat Qiara yang sepertinya sangat irit soal uang.     

"Kalau begitu, apa kamu ingin mengatur keuangan kita mulai sekarang? Karena aku adalah orang yang sangat boros. Dan aku sangat suka mengkoleksi barang-barang mewah." Kata Julian sambil memicingkan matanya.     

"Ngapain aku melakukannya? Kita akan segera bercerai. Ingat itu." Jawab Qiara dengan ketus. Julian merasa bosan dengan kata cerai. Ia pun kembali diam.     

"Aku memang wanita matre yang sangat suka sama uang dan barang-barang mahal. Tapi, aku tetap tidak bisa menerima ponselmu ini karena aku sudah punya ponsel." Kata Qiara sambil mengembalikan ponsel itu beserta kotaknya kepada Julian.     

"Ohh ... " Julian hanya menarik nafas dalam. Setelah itu, ia melirik Qiara sambil tersenyum licik. Tidak lama setelah itu, ia merebut ponsel Qiara dan melemparnya keluar mobil yang sedang berjalan kencang menuju Bandara.     

"Yaaaa .... Kenapa kamu melempar ponselku? Berhentikan mobilnya!" Teriak Qiara dengan histeris. Karena di ponsel itu ada foto dia dan kakaknya serta ada nomer teman-temannya.     

"Untuk apa kamu mengambilnya lagi?" Tanya Julian yang mencoba menahan Qiara agar tidak mengamuk.     

"Kamu brengsek ... Aku benci padamu. Tidakkah kamu tau kalau di sana ada nomer teman-temanku dan beberapa orang penting lagi. Juga, disana ada foto-foto kenangan ku sama kak Vania." Jawab Qiara dengan tatatapan yang mulai memerah.     

"Aku sudah memindahkan semuanya di ponsel barumu. "Kata Julian yang mencoba menenangkan perasaan Qiara.     

"Kapan kamu melakukannya?" Tanya Qiara dengan bingung.     

"Waktu kamu sedang mandi. Sebenarnya aku sudah datang. Tapi,aku melupakan sesuatu di rumahku makanya aku pergi lagi setelah memindahkan semua nomer dan foto-foto di ponselmu." Jelas Julian seraya melepaskan tangan Qiara yang mulai melunak. Qiara terdiam lalu kembali ke tempat duduk nya dengan tenang. .     

"Bagaimana dengan nomerku?" Tanya Qiara setelah lama terdiam.     

"Aku ganti." Jawab Julian tanpa rasa bersalah.     

"Apa? ... Jadi, hanya aku yang bisa menghubungi orang lain duluan? Ahhh ... Kamu benar-benar gila. Aku membencimu Julian. " Kata Qiara dengan kesal.     

Setelah itu Qiara tidak ingin bicara lagi, namun sebelum itu ia meraih ponsel barunya itu dari pangkuan Julian. Julian pun tidak berniat untuk menganggu Qiara yang tampak sangat marah padanya. Tidak lama kemudian. Mereka sampai di Bandara. Qiara tidak mau bicara atau menyaut saat Julian memanggilnya.     

'Satu nomer itu tidak boleh kamu hubungi Qi. Karena aku tidak ingin kamu mengambil tindakan yang salah. Sebagai wanita yang sudah menikah, kamu tidak pantas menghabiskan malam berdua bersama dengan lelaki yang bukan suamimu. Tunggulah, sampai saatnya kita akan berpisah. Maka kamu silahkan kembali padanya.' Batin Julian seraya mengingat apa yang dilakukan Qiara bersama Qiano. Kemarin Julian datang ke rumah mertuanya untuk menginap di rumahnya karena tidak ingin menimbulkan kecurigaan pada mertuanya. Namun, dia tidak sengaja melihat Qiara pergi menggunakan taxi. Dengan alasan khawatir, Julian pun mengikuti Qiara. Ia tidak menyangka kalau orang yang di temui Qiara ternyata seorang lelaki. Karena alasan khawatir juga, Julian memperhatikan Qiara dari kejauhan hingga subuh menjelang. Tidak lama setelah menunggu. Mereka pun akhirnya naik pesawat dengan tenang. Selama perjalanan, Qiara tetap tidak mau mengajak Julian bicara. Dia malah sibuk main game di ponsel barunya, karena Eny sudah mengisi ponsel itu dengan banyak game ciptaan One Soft Korea Selatan. Waktu bergulir sangat cepat. Mereka berdua pun sampai di rumah dan langsung memasuki kamar masing-masing untuk beristirahat.     

Keesokan paginya. Mereka menikmati sarapan berdua di meja makan, masih dalam keadaan tidak ada yang membuka suara. Mereka seolah sarapan sendirian. Hingga Julian merasa muak dan memulai pembicaraan terlebih dahulu.     

"Apa rencanamu hari ini?" Tanya Julian tanpa melirik Qiara.     

"Aku mau ke perpustakaan untuk belajar seni." Jawab Qiara dengan ketus. Julian mengerutkan keningnya karena bingung. Seingatnya, Qiara mengatakan kalau dia mau mengambil jurusan arsitektur. Taunya, ia malah ingin belajar seni. Tidakkah ini begitu aneh? Fikir Julian.     

"Mengapa kamu belajar seni? Bukankah kamu ingin mengambil jurusan arsitektur? " Tanya Julian lagi dengan ekspresi bingung.     

"Aku sudah memutuskan untuk mengambil jurusan seni. Aku tidak berbakat dalam jurusan arsitektur itu. Aku suka melukis. Oleh karena itu aku lebih cocok mengambil jurusan seni." Jawab Qiara lagi tanpa melihat kearah Julian.     

"Baguslah. Setidaknya, kamu sudah memutusakan apa yang kamu inginkan. Selanjutnya kamu harus mempertanggung jawabkan apa yang sudah kamu pilih. " Jelas Julian memberikan nasehatnya kepada Qiara.     

"Tentu. " Sahut Qiara dengan ketus lagi.     

"Ya sudah! Apa kamu ingin aku antar ke perpustakaan sebelum aku ke kantor?" Tanya Julian setelah menyesap minumannya.     

"Tidak perlu. Aku bisa menggunakan taxi nantinya. Selain itu, kamu tidak perlu khawatir karena sekarang aku adalah gadis banyak uang. Jadi, aku bisa membeli apa saja yang aku inginkan." Lanjut Qiara sambil berdiri setelah menghabiskan sarapannya. Julian hanya menghelai nafas panjang melihat sikap Qiara yang masih dingin padanya.     

Setelah itu, Julian pun meninggalkan ruang makan dengan segera karena dia harus membereskan masalah yang kemarin sewaktu dia tidak jadi datang. Sementara itu Qiara masuk ke kamarnya tanpa memperdulikan apakah Julian sudah berangkat atau tidak.     

'Pokonya ... Aku harus bisa masuk Kemas. Aku akan membuktikan kalau aku bisa meraih mimpiku meskipun kemungkinannya hanya 000, 1 persen.. ' Batin Qiara seraya duduk di meja belajar cantiknya sambil menuliskan beberapa patah kata untuk menyemangati dirinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.