Istri Kecil Tuan Ju

Bintang Kampus.



Bintang Kampus.

0"Hai Orlin! Kenalkan aku Qiara Putri Senja. Tapi, kamu bisa memanggilku Qiara. Aku juga kesini mau lihat-lihat. Oh ya, apa kamu juga menggunakan jalur mandiri? Apa kamu tidak lulus juga di jalur SNMPTN? Atau SBMPTN?" Tanya Qiara setelah memperkenalkan dirinya.     

"Bukan begitu. Aku kemarin ada kendala makannya tidak bisa ikut jalur itu. Untungnya aku masih punya kesempatan untuk masuk kampus ini melalui jalur ini. "Jelas Orlin sambil tersenyum.     

"Oh gitu. Oh ya nomer kartumu berapa? Aku ada di nomer 455. Dan ruanganku ada di ruang seni gedung B." Kata Qiara sambil memperlihatkan kartunya.     

"Wahhh ... Nomer dan kelas tempat kita ujian sama. Ini luar biasa. Kalau begitu, kita samaan ya lihat-lihat nya!" Kata Orlin dengan penuh semangat.     

"Oke." Jawab Qiara dengan antusias.     

Setelah itu mereka pun, bergandengan untuk menuju kelas itu. Entah kenapa Qiara merasa senang bertemu Orlin dan ia sangat cepat akrabnya. Namun, langkah mereka terhenti ketika melihat para mahasiswi dan mahasiswa berlarian menuju gerbang utama.     

"Itu ada apa rame-rame?" Tanya Orlin seraya menoleh kearah yang lagi ribut itu.     

"Kita lihat yuk!" Ajak Orlin sambil menarik lengan Qiara menuju tempat yang lagi ramai itu. Qiara pun tidak punya pilihan selain mengikuti Orlin karena dia juga penasaran. Dari balik kerumunan, Qiara dan Orlin melihat mobil mewah berwarna hitam memasuki pintu gerbang kampus yang megah dan bangunannya terlihat mewah tapi tetap klasik dengan konsep design bergaya Eropa sehingga kuliah di kampus itu membuat mahasiswanya merasakan seperti sedang kuliah di Eropa. Mobil itu mengambil parkir di sudut paling kanan, tepatnya di tengah-tengah antara mobil-mobil mewah seperti Volvo, BMW, Lamborghini, Mercedes Benz dan mobil mewah lainnya yang terparkir di sana. Semua mahasiswi langsung berlari mengerumuni mobil itu yang baru saja mengambil parkir.     

"Wahhh ... Itu Jhonatan si bintang kampus." Teriak salah seorang mahasiswi dengan antusias ketika melihat sosok tampan, tinggi dengan aura lembut dan cool, keluar dari mobil mewahnya. 'Jhonatan? Nama itu seperti aku pernah mendengarnya!' Batin Qiara seraya bertanya-tanya pada dirinya.     

"Iya, dia semakin mempesona. Sayangnya, dia di gosipkan pacaran dengan Siska. Si anak orang kaya yang belagunya minta ampun." Sahut mahasiswi lainnya. Telinga Siska yang sudah berdiri di depan pintu masuk gedung. Bisa mendengar kata-kata teman kampusnya itu. Ekspresinya pun berubah gelap rasanya dia ingin menyobek mulut mereka. Tapi, dia mencoba menahan emosinya demi terlihat anggun dan manis di depan Jhonatan. Untuk kesekian kalinya, Siska merasa terpesona melihat seorang Jhonatan yang berambut spike berwarna hitam, berjalan kearahnya seperti tahun-tahun sebelumnya. Aura dingin yang khas mampu meluluh lantahkan hati para gadis di kampus itu. Siska sendiri membuat gosip bahwa dirinya adalah pacar Jhonatan. Padahal bagi Jhonatan dia hanyalah teman kampus dan sekelas. Tanpa memperdulikan banyak mata yang memandangnya. Jhonatan terus berjalan diikuti oleh dua sahabat setianya yang baru saja bergabung dengannya menyambut kembalinya di di kampus itu.     

"Bagaimana pendapatmu tentang lelaki tadi?" Tanya Orlin seraya memperhatikan Qiara yang diam sedari tadi.     

"Ummm aku? Eee ... Biasa aja. He .. " Jawab Qiara sambil menggaruk lehernya.     

"Mereka berlebihan. Kalau begitu, kita lanjutkan saja yuk rencana kita!" Sahut Orlin seraya menarik Qiara lagi menuju kelas yang akan mereka lihat. Qiara pun langsung mengangguk dan merasa bersemangat pergi bersama Orlin.     

Sementara itu di depan pintu utama, para gadis masih berkumpul dengan ekspresi yang tidak bisa terkontrol karena mereka merasa ngefens sama Jhonatan.     

"Siska ... Lihat itu ... Natan sedang berjalan kesini. Dia juga melihatmu dengan tatapan lembut. Sepertinya dia sudah lama merindukan mu. Aku tebak kalau dia pasti memelukmu." Bisik Aurel, yang tidak lain adalah sahabat baik Siska.     

Mendengar bisikkan Aurel. Siska tampak salah tingkah , pipinya menjadi memerah dan mendadak tingkahnya berubah centil seperti anak kecil yang baru saja merasakan jatuh cinta.     

"Kamu apa-apaan sih? Aku kan jadi malu, maklum sudah setahun tidak melihat Natan." Balas Siska sambil mengatur senyumnya dan menggesekkan kakinya seperti kuda sambil menyelipkan rambutnya yang menghalangi pipinya kebelakang telinga kirinya.     

Melihat Natan hampir mendekat melewati kerumunan mahasiswi yang mengidolakan nya. Aurel bergegas pergi meninggalkan Siska agar tidak menganggu mereka. Dia hanya ingin mengambil simpati Siska.     

"Rel Mau kemana? " Panggil Siska berpura-pura seolah Aurel pergi atas kemauannya. Aurel yang mengerti kode itu, seolah mengerti dan pergi atas kemauannya sendiri. Siska menunduk mengatur perasaannya dengan sedikit gemetaran.     

"Siska ... Kenapa kamu menunduk? Apa kamu baik-baik saja?" Suara itu membuat Siska mendongak dengan senyum yang di manis-manisin. Namun, senyumnya menghilang ketika melihat kalau yang bertanya itu bukan Natan, melainkan sahabat Natan. "Kenapa kamu? Mana Natan?" Tanya Siska dengan sinis. Tanpa mengatakan apapun. Sahabat Natan langsung menunjuk kearah belakang Siska. Dengan kesal Siska pun menoleh.     

'Natan .... Kenapa kamu mengabaikanku? Ahhh ... Sial ... Malunya aku!' Batin Siska dengan ekspresi yang buruk. Yang melihat pemandangan itu, langsung membuat mereka tertawa mengasihani Siska yang sudah berkoar-koar mengatakan kalau Natan adalah pacar nya.     

"Natan ... Tunggu!" Teriak Siska sambil berlari mengejar Natan. Seketika itu Natan berhenti tanpa menoleh kebelakang. Natan mengerutkan keningnya melihat Siska terenggah-enggah di depannya akibat ia berlari.     

"Kenapa kamu menghalangi jalanku?" Tanya Natan dengan ekspresi menakutkan. Karena sebenarnya dia dalam suasana hati yang kacau karena dari kemarin dia di omeli akibat tidak mau datang ke kampus. Mendengar pertanyaan Natan. Siska membulatkan matanya dengan ekspresi ketakutan.     

"Aku? .. Apa kamu tidak mengenalku?" Tanya Siska dengan ragu.     

"Apa aku harus mengenalmu?" Tanya Natan tanpa ekspresi.     

"Ummm ... Maksudku. Kita teman sekelas setahun yang lalu. " Jawab Siska dengan raut wajah yang buruk.     

"Apa itu penting? Jika tidak, menyingkirlah dari hadapanku sebelum aku kehilangan kesabaran!" Ucap Natan dengan suara dingin yang mengerikan.     

"Ohh ... Oke. " Kata Siska sambil memberi jalan buat Natan karena dia benar-benar tidak mau membuat masalah sama Natan.     

Tidak lama setelah itu, Natan melanjutkan perjalanannya. Ia melangkah menuju ruang rektor sesuai dengan perintah sang Papa. Tepat saat itu. Ia menerima telpon dari kakaknya. Dengan malas, Natan pun langsung mengangkatnya.     

"Ada apa kakak menelponku?" Tanya Natan dengan sinis.     

"Apa kamu sudah di kampus?" Tanya Julian dari seberang telpon dengan nada suara yang tidak kalah dingin dari Jhonatan.     

"Aku sudah di kampus sekarang. Apa kakak puas?" Sahut Natan dengan ketus.     

"Baiklah, kalau begitu aku akan tutup. Karena aku ada rapat hari ini. Ingat! Jangan kabur!" Setelah mengatakan itu Julian menutup telponnya. Natan menjadi geram karena sikap kakak nya yang semena-mena.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.