Istri Kecil Tuan Ju

Menyangka Bunuh Diri



Menyangka Bunuh Diri

0"Baiklah, kalau begitu aku akan tutup. Karena aku ada rapat hati ini. Ingat! Jangan kabur!" Setelah mengatakan itu Julian menutup telponnya. Natan menjadi geram karena sikap kakak nya yang semena-mena.     

'Apa dia pantas dikatakan kakak? Sudah menikah masih saja dia tidak punya perasaan. Aku fikir istrinya sama kejamnya dengan dia.' Batin Natan dengan kesal. Setelah ngedumel, Natan pun melanjutkan perjalanannya menuju ruang rektor.     

Waktu malam pun tiba. Qiara merasa senang karena dia sudah mendapatkan teman baru jauh sebelum dia diterima menjadi mahasiswi. Ia pun menikmati malamnya sambil cettingan bersama Orlin. Tanpa memikirkan dimana Julian.     

Sementara itu di Jakarta. Tepatnya di pinggir pantai dengan tiupan angin laut yang dingin ditemani dengan minuman seprit. Qiano menatap lautan yang indah di malam hari. Ia masih teringat bagaimana Qiara meninggalkannya tanpa pamit di pantai itu. Bahkan nomernya mati setelah hari itu.     

'Ra ... Ada apa denganmu? Apa aku ada salah padamu? Kenapa nomer mu juga tidak aktif?' Batin Qiano sambil membaca buku yang sengaja dia bawa. Belajar sambil menikmati angin malam.     

Tepat saat itu, Angin bersambut saling bertautan melepas aura dingin dan mencekik hingga membawa pandanganya kearah bangunan kecil yang cukup tinggi. Ia melihat seorang perempuan muda dan cantik berdiri sambil menatap jauh ke lautan. Qiano berfikir kalau perempuan itu akan bunuh diri karena air laut yang ada dibawahnya cukup dalam. Ia pun langsung berlari untuk menghentikannya.     

"Brengsek ... ! Beraninya kamu menghianati cintaku. Sekarang, apa gunanya aku hidup tanpa kamu. Karena kamu adalah tujuan hidupku. Padahal, aku jauh-jauh kesini untuk kamu. Tapi, yang aku dapatkan malah kenyataan dimana kamu sudah menikah." Teriak perempuan itu hingga suaranya hampir habis.     

"Hentikan!" Teriak Qiano dari bawah ketika ia melihat wanita itu akan melangkah. Perempuan itu pun menunduk melihat Qiano. Namun,ia kembali mengabaiakan Qiano karena dia merasa tidak mengenalnya. Menyadari dirinya di abaikan, Qiano pun tidak punya pilihan selain naik diam-diam.     

"Mbak ... Tolong jangan begitu!" Kata Qiano ketika ia sudah berada tepat di belakang wanita itu.     

"Itu bukan urusanmu! " Sahut wanita itu dengan Eskpresi gelap. Mendengar perkataan judes wanita itu, Qiano pun memilih mengabaikannya dan menikmati minuman seprit nya sembari menikmati langit malam penuh bintang dari tempat itu. Namun, sesekali dia melirik wanita itu untuk berjaga-jaga karena ia masih curiga kalau wanita itu mau bunuh diri. Merasa di awasi oleh Qiano. Wanita itu pun mencoba untuk berbalik pergi meninggalkan posisinya. Akan tetapi wanita itu salah perhitungan sehingga kakinya terpleset.     

"Aaa .... Tolong ... !" Teriak Wanita itu dengan sangat kencang sambil bergelantungan di pinggir tempat itu. Deburan ombak yang keras membuat semakin ketakutan setengah mati. Mendengar teriakan wanita itu. Qiano langsung mendekat setelah menarik nafas dalam.     

"Apa kamu mau bunuh diri?" Tanya Qiano sambil menatap wanita yang sedang ketakutan itu.     

"Apa kamu bodoh? Kalau aku mau bunuh diri, buat apa aku memegang pinggir tempat ini! Sekarang juga tolong aku! Jangan banyak bertanya! Aku mohon tolong selamatkan aku! Jika kau menyelematkan aku maka aku akan memberikanmu imbalan yang sangat besar. Atau, menjadi pacarku." Kata wanita itu sekuat tenaganya.     

'Wanita ini sangat aneh. Kalau dia gak mau bunuh diri, lalu buat apa dia berada di sini malam-malam?' Batin Qiano. Setelah selesai membatin, Qiano menarik nafas dalam lagi, kemudian dengan cepat ia meraih tangan kanan Wanita itu. Lalu, dengan seluruh kekuatannya, Qiano mengangkat tubuh wanita itu. Karena wanita itu berat Qiano pun sempat kesulitan, namun ia pada akhirnya berhasil membawa tubuh wanita itu keatas. Sayangnya, Qiano hilang keseimbangan sehingga wanita itu menubruk tubuhnya hingga akhirnya mereka berdua terjatuh ke kebelakang.     

"Ahh ... " Qiano meringis kesakitan saat sikutnya terasa sakit akibat terbanting di penghalang tempat itu. Sementara itu sang wanita terkejut saat membuka matanya lalu menemukan dirinya berada diatas dada bidang Qiano.     

"Bisakah Mbak bangun sekarang! Karena anda sangat berat. " Tanya Qiano sambil memalingkan pandangannya.     

"Aahhh ... Kamu mengambil kesempatan ya makanya kamu menarik ku agar jatuh di atasmu?" Teriak wanita itu dengan histeris setelah tersadar dari keterkejutannya ketika menemukan tubuhnya berada diatas tubuh Qiano.. Mendengar teriakan wanita itu, Qiano pun menyipitkan matanya tanpa ekspresi.     

Setelah itu ia bergegas bangun tanpa menghiraukan wanita itu lagi karena ia beranggapan kalau wanita itu mulai tidak waras.     

"Saya akan pergi sekarang! Tolong jangan bunuh diri lagi!" Ucap Qiano seraya berbalik untuk pergi tanpa memperdulikan apa yang ingin dikatakan oleh wanita itu.     

"Yaaa ... Aku tidak bunuh diri. Aahhhh ... Dasar peria tidak sopan main pergi begitu saja! Tapi, apa aku boleh tau siapa namamu?" Teriak wanita itu. Seketika itu Qiano berhenti lalu menoleh kearah wanita itu dengan ekspresi yang dingin.     

"Mbak bisa memanggil saya Qiano." Jawab Qiano tanpa ekpsresi. Setelah menjawab pertanyaan wanita itu, Qiano langsung berbalik melanjutkan langkahnya untuk turun karena dia tidak begitu tertarik berkenalan dengan wanita.     

"Namuku Rena ... Terimakasih!" Sahut Rena yang masih tau bagaiamna caranya berterimakasih.     

Qiano hanya melambaikam tangannya sambil melanjutkan perjalannya. 'Siapa pemuda tampan tadi? Ahhh ... Iya, namanya Qiano. Sangat indah, aku masih ingat wajahnya. Sebelum aku melupakannya, aku akan segera melukisnya. 'Batin Rena sambil berlari turun dari tempat itu menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari bibir pantai untuk mengambil alat lukis dan tempatnya menggambar.     

"Ahhh ... Kenapa aku tidak meminta nomernya? Aku kan harus kembali ke Kota A besok. Bagaimana dong? Tapi, kenapa aku memikirkannya sampai segini nya? Apa aku menyukainya secepat ini? Atau, ini efek dari patah hati yang baru saja aku rasakan?" Tanya Rena pada dirinya sendiri.     

Setelah lelah bertanya-tanya. Tiba-tiba, Rena mempunyai ide untuk mencari Qiano yang kemungkinan masih ada di pantai. Ia pun segera keluar dari mobil lalu berlari menuju tempat dia pertama kali bertemu. Meski dia merasa lelah karena tidak menemukan Qiano. Rena tidak menyerah begitu saja karena itu bukan dirinya.     

"Dimana lelaki itu? Kenapa dia tidak ada dimana-mana?" Tanya Rena sambil memutar pandangannya kesegala arah. Malam semakin larut, Rena pun akhirnya menyerah. Namun, ia berniat akan datang besok lagi sebelum dia kembali ke kota A. Sedangkan Qiano memang sudah pergi meninggalkan pantai itu menggunakan sepeda motornya. Di tengah perjalanan fikirannya terus-terusan tertuju pada Qiara.     

Ada rasa khawatir dan rasa bersalah. 'Ra ... Aku cemas dan khawatir padamu. Apa aku ada salah sehingga kamu meninggalkan aku diam-diam? Tapi, di satu sisi, aku takut kalau kamu tersinggung dengan kata-kataku kemarin.' Batin Qiano dengan tatapan sendu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.