Istri Kecil Tuan Ju

Kembalikan Bajuku!



Kembalikan Bajuku!

0"Ohhh ... Ya ampun ... Semua Ini baju siapa? Kenapa tidak satu pun yang aku kenal?" Ucap Qiara dengan ekspresi terkejut ketika melihat semua pakaian bermerek tertata rapi di lemari berukuran besar yang ada di kamarnya.     

Sadar dari keterkejutannya, Qiara meraih ponselnya lalu membuat panggilan ke Julian. 'Angkat dong lelaki mesum!' Batin Qiara seraya menggertakan giginya. Tidak lama setelah itu, panggilan tersambung.     

"Halo ... " Terdengar suara Julian dari seberang telpon.     

"Tuan Ju yang terhormat ... Dimana bajuku? Katamu tadi, kamu sudah meminta pelayan meletakkan bajuku di lemari. Tapi, kenapa tidak ada?" Tanya Qiara dengan suara keras.     

"Sudah aku buang!" Jawab Julian singkat. Mendengar jawaban Julian. Ekspresi Qiara menjadi gelap, nafasnya memburu bersiap untuk meneriaki Julian.     

"Yaaa ... Kenapa kamu buang? Itu baju terbaikku yang aku beli dengan keringatku dari bekerja paruh waktu?" Teriak Qiara. Julian menjauhkan ponselnya karena teriakan Qiara membuat telinganya serasa mau pecah.     

"Kembalikan bajuku! " Lanjut Qiara lagi seraya memohon.     

"Aku sudah berikan kepada orang yang membutuhkan. Jadi, segera pakai bajumu! Karena aku sudah lama menunggumu di meja makan." Seru Julian tanpa ekspresi.     

"Aku tidak mau. Pokoknya, aku tidak akan keluar kalau kamu tidak mau mengembalikan bajuku. " Sahut Qiara dengan ketus.     

"Kalau begitu, kamu ingin aku yang memakaiakan pakaianmu!" Tanya Julian seraya tersenyum licik karena ia sudah bisa menebak bagaimana ekspresi Qiara ketika mendengar kata-katanya. Qiara berlari mendekati pintu untuk menguncinya agar Julian tidak bisa masuk.     

"Apa kamu fikir aku tidak punya kunci duplikatnya? Jadi, percuma saja kamu kunci pintu kamarmu." Kata Julian lagi yang bisa menebak apa yang Qiara lakukan.     

"Bagaimana kamu tau kalau aku sedang mengunci pintu? Apa kamu mengintipku?" Teriak Qiara dengan geram.     

"Sudah! Jangan bicara lagi! Lebih baik kenakan pakaian yang sudah aku siapkan! Jika kamu masih berfikir maka aku tidak punya pilihan lain selain masuk membantumu. Tapi, jika kamu tidak suka modelnya, aku akan menggantinya sekarang juga. Kecuali bajumu." Ucap Julian yang mulai merasa capek menghadapi Qiara. Tanpa menimpali Julian. Qiara langsung menutup ponselnya dengan geram. 'Dasar bajingan ... !!! Belum lewat sehari aku di rumahnya. Dia sudah melakukan diskriminasi padaku. Aku tidak akan membiarkannya menginjak-injakku. Baiklah, kali ini aku akan mengaku kalah. Tapi, bersiaplah untuk hari-hari penyiksaan dariku sampai kamu menceraikan ku. Ha ha ha ... ' Batin Qiara sambil tersenyum licik seraya menggertakan giginya.     

Setelah membatin, Qiara pun segera mengenakan pakaian yang sudah disiapkan Julian untuknya. Qiara merasa frustasi pas mengenakannya karena pakaian yang dipilih Julian hanyalah gaun dan model peminim. Karena tidak punya pilihan, Qiara mengenakan gaun sampai lutut berwarna coklat muda karena ia tidak suka warna yang begitu terang. Dan Julian sudah tau akan itu, makanya ia hanya memilih pakaian yang berwarna kalem.Setelah selesai bersiap-siap. Qiara pun keluar dari kamarnya. Ia mengabaikan perlengkapan make up di depan cermin yang sudah disiapkan oleh Julian.     

"Mbak ... Tuan Ju ada dimana? Katanya dia menungguku di meja makan?" Tanya Qiara ketika ia sudah sampai di ruang makan.     

"Tuan memang menunggu anda Ny. Muda. Tapi, ada telpon yang datang sehingga tuan harus bicara di ruang kerjanya. Dia hanya mengatakan agar Ny. Muda makan saja duluan, setelah itu anda diminta istirahat. Karen selesai sholat asyar nanti, anda akan ke rumah Tuan besar. " Jelas kepala pelayan itu. 'Sialan ... Kenapa aku merasa sedang diatur? Kenapa aku merasa hak-hak ku untuk bersuara hilang begitu saja. Kalau begini caranya aku bisa gila.' Batin Qiara seraya mengepalkan tinjunya ketika mendengar penjelasan kepala pelayan.     

"Baiklah. Saya akan makan sendiri. "Sahut Qiara seraya duduk di kursi lalu mengambil nasi dan lauk yang sudah disediakan untuknya. Selesai makan, Qiara pun kembali ke kamarnya tanpa perduli lagi dengan Julian yang sudah makan atau tidak dan sedang melakukan apa. Tanpa sadar, Qiara tertidur hingga sore menjelang.     

"Qiara ... Ayo sholat! Kita harus ke rumah Mama dan Papa" Kata Julian seraya mengetuk pintu kamar Qiara. Lelah memanggil sebanyak tiga kali. Julian menjadi geram, ia pun membuka pintu kamar Qiara menggunakan kunci duplikat.     

"Qiara ... "Panggil Julian tepat di telinga Qiara.     

"Ummm ... Mama .. Qiqi masih ngantuk. Bisakah Mama jangan ganggu?"Ucap Qiara tanpa membuka matanya karena terlalu ngantuk.     

"Qiara ... Aku Julian bukan Mama ... Jadi, jika kamu tidak mau aku menyentuh tubuhmu dari atas hingga bawah, maka cepatlah bangun!" Kata Julian seraya berteriak di telinga Qiara.     

"Aaa ... Berisik .... " Teriak Qiara seraya bangun dari tidurnya. Saat melihat Julian duduk di dekatnya, Qiara langsung terkejut bukan main.     

"Aaa ... Ngapain kamu disini? Apa yang kamu lakukan?" Tanya Qiara seraya menutup dadanya dengan kedua tangannya menyilang.     

"Ummm ... Bangunlah! Ambil air wudhu sekarang juga! Aku tunggu di ruang sholat! Jika tidak, aku akan menghukum mu dengan memberimu satu ciuman. Bagaimana?" Seru Julian seraya mengedipkan matanya yang sebelah kearah Qiara.     

Mendengar perintah Julian yang menurutnya semena-mena. Qiara langsung menoleh, namun ia malah terjebak dengan pesona Julian yang terlihat berseri dan bercahaya dengan kopiah hitam melekat di kepalanya. Sedang bajunya berwarna putih lengkap dengan sarungnya. 'Ya Allah ... Dia tampan banget ... Tapi, benarkah kalau dia adalah suamiku? Ahhhh ... Kenapa kita tidak hidup diwaktu yang sama dan saling jatuh cinta di waktu yang tepat bukan di waktu yang salah seperti sekarang. 'Batin Qiara seraya mengedipkan matanya berulang kali.     

"Sebelum matamu melompat dari tempatnya lebih baik kamu segera ambil wudhu cepat!"Kata Julian sambil tersenyum diam-diam.     

"Iya ... Ini juga mau ke kamar mandi. " Sahut Qiara seraya turun dari tempat tidur.     

Sementara itu, Julian keluar dari kamar Qiara menuju tempat sholat yang dia buat khusus. Qiara cukup deg-degan melihat Julian menjadi imam sholatnya. Ia tidak pernah menyangka kalau seorang Tuan Ju bisa menjadi imam dengan bacaan yang benar. Tidak lama setelah itu, mereka selesai sholat lalu segera bersiap-siap karena Sarah sedari tadi menelpon mereka karena tidak sabaran melihat anak dan nenantunya datang.     

"Apakah Papa mu menyeramkan?" Tanya Qiara dengan ekspresi yang takut.     

"Papa sangat galak. Bahkan lebih galak dari kamu. "Jawab Julian seraya menatap jalanan dari dalam mobilnya yang hampir sampai di rumah besar keluarganya.     

"Aku tidak mau bertemu dengannya kalau begitu. Karena, aku takut. " Ucap Qiara seraya memohon pada Julian agar mengurungkan untuk datang menemui Papa nya.     

"Kita sudah hampir sampai. Jadi, jangan berfikir untuk kabur!"Kata Julian sambil tersenyum licik.     

"Tapi, aku takut pada Papa mu! Bagaimana kalau dia menamparku atau lebih dari itu? " Kata Qiara dengan ekspresi buruk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.