Istri Kecil Tuan Ju

Menuju Kota A



Menuju Kota A

0"Mama ... Jangan lupa makan! Jangan terlalu keras bekerja! Juga, Mama harus sering menelpon Qiqi. Kalau Mama kangen bilang aja! Qiqi akan pulang menemui Mama. Ya!" Kata Qiara dengan deraian air mata sambil memeluk erat Ibu nya.     

"Sayang ... Jangan nangis! Kamu harus bahagia dan percaya kalau Julian adalah lelaki terbaik yang bisa membuatmu merasa nyaman dan aman." Lanjut Renata seraya menyeka air mata putrinya.     

"Iya Ma." Kata Qiara dengan kembali memeluk Ibu nya.     

"Ya sudah! Sudah waktunya kamu pergi. Ayok Mama temani sampai depan!" Lanjut Renata seraya melepas pelukan Qiara. Setelah itu ia menggandeng lengan Qiara menuju depan rumah dimana mobil dan supir Julian sudah menunggunya.     

"Maa ... Qiqi pergi dulu ya!" Kata Qiara seraya memasuki mobil dengan berat hati. Seluruh tetangganya pun ikut mengantar kepergiannya. "Hati-hati dijalan ya sayang! Jangan lupa telpon Mama kalau kamu sudah sampai! " Ucap Renata seraya melambaikan tangannya. Dari dalam mobil, Qiara pun menganggukkan kepalanya dengan air mata yang terus mengalir.     

"Re ... Qiqi mau kemana? Dia di jemput pakai mobil mewah segala?" Tanya salah satu tetangganya.     

"Ohh ... Dia mau kuliah di Kota A. Dan itu mobil Tante nya. Karena dia akan tinggal di rumah tantenya. " Jawab Renata dengan gugup sebab. Dia belum mau memberitahukan kebenaran kalau putrinya sudah menikah.     

"Bukanya Qiara itu selalu diperingkat terbawah ya? Lalu, universitas mana di Kota A yang mau menerima dia? Karena setauku kota A itu adalah kota yang besar dengan kampus-kampus terbaik." Mendengar perkataan tetangganya itu. Renata menjadi geram karena tidak rela kalau anaknya dihina begitu. Tapi, ia juga tidak bisa memungkiri kalau anaknya memang begitu.     

"Maaf Bu ... Saya masih ada kerjaan di dalam. Kalau begitu saya pamit dulu!" Setelah mengatakan itu Renata masuk ke dalam rumahnya karena tidak mau meladeni pertanyaan tetangganya yang tidak bisa di kontrol itu.     

Sementara itu, Qiara menatap jalan kenangan lewat jendela mobil. Kini dia harus pergi membawa semua kenangan yang pernah ada sewaktu SMA. Lebih tepatnya dia sudah menjadi istri dari lelaki yang tidak dia cintai. Qiara semakin meneteskan air mata setiap kali melewati tempat-tempat yang dulu pernah dia gunakan untuk nongkrong bersama sahabatnya dan juga segala kenangan bersama Qiano.     

'Selamat tinggal Bandung! Aku akan selalu menyimpan semua kenangan yang pernah kau berikan dari aku kecil hingga remaja. Dimana pun aku berada, aku akan selalu membawamu dihatiku. Sempai ketemu lagi sahabatku! Juga, selamat tinggal Qiano .... Aku harap kita punya harapan suatu hari nanti untuk bersama meskipun aku tau itu salah dan tidak mungkin.' Batin Qiara seraya menunduk dengan tangis yang terisak. Sang supir hanya diam membisu karena ia tidak mau ikut campur dengan urusan majikannya.     

"Kenapa kita berhenti disini?" Tanya Qiara ketika menyadari kalau mobil itu berhenti.     

"Maaf Non! Kita berhenti karena menunggu Bos. " Jawab supir itu seraya melirik Qiara dari balik cermin.     

"Bos? Siapa yang kamu maksud?" Tanya Qiara dengan heran.     

"Bos Julian." Jawab supir itu dengan singkat.     

"Apa? Jadi, bosmu ikut kesini? Tapi, dia tidak mau ikut menjemputmu ke rumah ataupun sekedar pamitan dengan Mama ku?" Tanya Qiara lagi dengan ekspresi gelap.     

"Maaf Nona! Saya kurang tau soal itu. Sebaiknya Nona tanyakan saja pada Bos nanti!" Jawab Sopir itu dengan lembut.     

Mendengar jawaban sang sopir. Qiara pun terdiam dan menahan emosinya. Tidak lama setelah itu Julian datang dan masuk ke mobil lalu duduk di samping Qiara.     

"Jalan Pak!" Seru Julian pada sopir itu. Sang sopir pun langsung mengangguk lalu menjalankan mobilnya.     

Setelah itu Julian menoleh kearah Qiara yang sedang diam dengan ekspresi gelap.     

"Hai ... Apa kamu menunggu lama?" Tanya Julian dengan ramah.     

"Kenapa kamu tidak pamitan sama Mama?" Pertanyaan Julian langsung dibalas dengan pertanyaan karena Qiara adalah orang yang ceplas ceplos yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.     

"Aku sudah pamitan sewaktu kamu ada di kamar mandi. "Jawab Julian tanpa ekspresi.     

"Bohong ... Buktinya Mama tidak bilang apa-apa? " Sahut Qiara dengan ketus.     

"Tanyakan saja sama Mama. Bahkan aku tau isi kopermu karena aku sempat masuk ke kamar sewaktu kopermu belum di tutup." Jelas Julian.     

"Apa? Kenapa kamu lancang sekali melakukan itu hah?" Teriak Qiara sambil memukul bahu Julian dengan sangat kuat.     

"Aduhh ... Sakit! Kenapa kamu semakin nakal aja sih? Kamu terlalu kuat mukulnya. " Kata Julian seraya meringis kesakitan.     

"Biarin ... Agar lain kali kamu kapok dan tidak sembarangan memeriksa barang orang lain. " Ucap Qiara seraya memalingkan pandangannya dari Julian.     

"Ya sudah, aku minta maaf! Oh iya, apa kamu mau makan dulu?" Tanya Julian saat menyadari kalau Qiara belum sempat sarapan kata Renata sewaktu menelponnya tadi.     

"Enggak usah. Aku enggak lapar." Jawab Qiara. "Baiklah!" Kata Julian seraya menatap jam di pergelangan tangannya. Lalu memeriksa beberapa laporan pekerjaannya.     

"Ra ... Besok aku mau membawamu ke rumah keluargaku. Karena Mama mau memperkenalkan kamu sama Papa." Kata Julian setelah selesai memeriksa laporannya. Lalu ia menatap Qiara yang sedang sibuk bermain ponsel.     

"Jadi, kamu punya Papa?" Tanya Qiara tanpa menoleh kearah Julian. Mendengar pertanyaan Qiara. Julian mengerutkan keningnya karena baginya itu pertanyaan yang sangat konyol.     

"Ya iyalah aku punya Papa. Hanya saja, beliau orang yang sangat sibuk sehingga jarang di rumah. Dan sewaktu kita menikah, dia tidak bisa pulang dikarenakan tugas yang tidak bisa dia tinggal. " Jawab Julian.     

"Baiklah, lupakan soal Papa mu! Sekarang jawab pertanyaan ku lagi dengan jujur. Kamu habis dari mana tadi? Kenapa tidak menugguku keluar dan pergi bersama dari rumah?" Tanya Qiara dengan ketus.     

"Aku habis bertemu Klien ku. Makanya aku duluan pergi dan meminta sopir menjemputku ketika ia sudah bersamamu." Jelas Julian tanpa menyembunyikan apapun.     

"Jadi, malam ini kamu harus istirahat di rumahku. Agar besok kamu bisa tampil segar saat bertemu Papa. " Lanjut Julian mengingatkan Qiara lagi tentang acara mereka besok.     

"Tunggu dulu! Rumahmu? Bukankah rumahmu ada di kota lain? Tempat kita melangsung akad itu kan? Sekarang kamu bilang rumahmu. Sebenarnya kamu tinggal dimana sih hah?" Tanya Qiara dengan bingung.     

"Aku punya rumah dibeberapa kota. Jadi, jika aku sedang melakukan perjalanan bisnis di satu kota itu, maka aku akan tinggal di rumahku karena aku tidak suka tinggal di hotel. Soal akad kemarin, aku tidak memilih kota A karena itu permintaan Papamu. Dan sebenarnya aku berasal dari Kota A." Jelas Julian.     

"Kenapa kamu tidak pernah bilang? Kita sudah menikah hampir setengah tahun. Tapi, kamu masih saja tidak mau jujur. " Kata Qiara yang mencoba mencari-cari kesalahan Julian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.