Istri Kecil Tuan Ju

Kelulusan



Kelulusan

0"Ha ha ... Tentu saja aku tidak mungkin melupakan kalian semua. Lagi pula, aku akan sering pulang kok karena Mama aku tidak ikut ke kota A." Kata Qiara sambil terkekeh karena dia tidak mau membuat teman-temanya sedih.     

Meskipun kepergiaannya tinggal dua Minggu lagi sampai ia selesai mengurusi semua berkas kepindahannya dan menunggu ijazahnya keluar.     

"Bagus deh. Kalau kamu pulang, langsung hubungi kami saja ya!" Kata Mia dengan penuh semangat.     

"Oke. Sekarang, kita gabung lagi yuk sama teman-teman yang lain!" Seru Qiara seraya mengajak sahabatnya untuk kembali bergabung bersama yang lain merayakan kelulusan mereka. Disana juga ada Qiano yang lagi sibuk nulis di punggung teman-temannya.     

"Apa aku boleh menulis sesuatu di punggungmu?" Suara Qiano mengejutkan Qiara dan teman-temannya.     

"Aaa? Ummm ... Boleh kok!" Jawab Qiara dengan malu-malu.     

"No ... Kamu mau nulis apa? Jangan bilang kalau kamu mau menulis pusisi cinta? Ha ha ha ... " Ejek Mia sambil ngakak menggoda Qiano.     

Tanpa memperdulikan Mia. Qiano pun langsung menulis di punggung Qiara. Setelah itu ia pergi begitu saja tanpa memberikan kesempatan pada Qiara untuk menulis sesuatu kembali di punggungnya. "Jangan lupakan dan tunggu Aku!" Kata Natasya dan Mia membaca apa yang Qiano tulis di punggung Qiara secara bersamaan.     

"Wahhh ... Qiano menulis itu apa maskudnya? Apa dia sedang menembakmu? Apakah itu ungkapan cinta dengan gaya berbeda?" Ucap Lola seraya tersenyum.     

"Kalian apa-apaan sih? Kita kan temenan sudah lama. Jadi, wajarlah dia mengatakan itu karena kita akan berpisah sebentar lagi. Sudah ah! Aku harus pulang karena Mama sudah menungguku di rumah. Sampai ketemu lagi ya!" Sahut Qiara yabg berusaha menyangkal apa yang dikatakan oleh sahabatnya tentang tulisan Qiano. Sejujurnya dia merasa senang dengan godaan teman-temannya jika memang itu artinya. Waktu berlalu begitu saja.     

Di sebuah Taman yang indah di kota itu. Qiara duduk dengan lemas seraya memandang soal fisika yang begitu rumit, entah kenapa kali ini pikirannya tidak fokus untuk menjawab soal-soal itu. Sehingga dengan kasat ia mentup soal-soal itu. Setelah itu ia menatap sampul buku tentang Kiat Sukses Tempuh SBMPTN. Walaupun sudah mempelajarinya berulang kali dengan bimbingan Winda, ia tetap tidak diterima di kampus yang sudah ia pilih di kota A. Meski begitu, tekadnya untuk bisa diterima di Universitas itu tidak pernah padam. Ia tidak akam menyerah begitu saja agar bisa menjadi satu dari ribuan mahasiswa Kemas University yang sangat terkenal di kota A itu.     

"Aku akan tetap berjuang! Untuk tes selalnjutnya, Aku tidak boleh gagal lagi!" Ucap Qiara mencoba menyemangati dirinya sendiri.     

"Hai cewek! Apa aku boleh duduk sini gak?" Sebuah suara akrab mengagetkan Qiara dari lamunannya. Ia pun segera mendongakkan wajahnya.     

'Qiano? Bagaimana mungkin dia masih di kota ini? Bukankah ia lulus beasiswa di kota A? Tapi, kenapa hari ini dia terlihat ganteng banget. Atau cuman perasaanku saja?' Batin Qiara.     

"Jangan melihatku seperti itu? Aku khawatir kalau kamu akan jatuh cinta padaku! Hee .. " perkataan yang diikuti oleh suara kekehan itu membuyarkan lamunan Qiara. Ia pun tersipu malu.     

Seketika itu wajahnya merah padam. Karena takut Qiano melihatnya Qiara pun langsung berpaling.     

"Apaan sih? Aku hanya kaget saja melihat kamu. Sekarang duduklah!" Ucap Qiara dengan deg-degan.     

"Terimakasih.!" Sahut Qiano seraya duduk di samping Qiara.     

" Umm ... Apa kamu sedang belajar?" Lanjut Qiano seraya melihat buku yang di penggang oleh Qiara.     

"Iya. Tapi, sepertinya percuma saja kau belajar karena aku tidak juga lulus " Jawab Qiara sambil menunduk dan cemberut.     

"Memangnya kamu mendaftar di mana?" Tanya Qiano dengan penasaran.     

"Kemas University. "Sahut Qiara denhan suara lemas.     

"Ohhh Kemas ... Kemarin aku diterima lewat jalur undangan di Kemas dengan jurusan Arsitektur. Tapi, aku menolaknya karena aku ingin mengambil di Maha university dengan jurusan Teknik Kimia. Alhamdulillah, aku juga dapat undangan dari sana." Kata Qiano yang terlihat nyaman berbagi cerita sama Qiara tentang rencana study nya.     

"Apa? Kamu menolak kuliah di Kemas University? Apa kamu bener-bener tidak waras? Banyak orang yang ingin Lilian di Kemas karena ia dijuluki kampus terbaik Perta di Indonesia. Setelah itu baru Maha University." Qiara terkejut mendengar cerita Qiano. Ia benar-benar tidak habis pikir melihat Qiano yang berani menolak kuliah Kemas.     

"Ha ha ha ... " Qiano tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi terkejut Qiara.     

"Kenapa kamu malah tertawa? Apa ada yang lucu?" Tanya Qiara dengan ekspresi kesal.     

"Bukankah begitu. Dari awal, aku memang tidak tertarik untuk kuliah di Kemas. Soalnya, aku diberi pilihan sama kakak ku kalau aku harus kuliah di Maha University atau di luar Negeri. Karena, kakak iparku siap memasukkan aku di universitas mana pun. Tapi, aku tidak mau keluar dari Indonesia. Begitu." Jelas Qiano.     

"Ohhh ... Jadi. Kakak mu mau kamu kuiah diamana selain di Maha university?" Tanya Qiara lagi dengan ekspresi penasaran.     

"Sebanrnya yang ingin itu adalah kakak iparku yang dari Korea itu. Dia tau kalau prestasiku bagus, sehingga ia merekomendasikan agar aku mendaftar beasiswa di Jerman. Atau masuk dengan biaya dari dia. " Jawab Qiano.     

"Ohhh ... Jadi begitu. Kamu kok senang banget ya! Pujya otak cerdas dan bisa masuk universitas mana aja yang kamu mau. Sedang aku harus berjuang keras untuk itu. Terlebih kamu punya kakak ipar yang sebaik itu." Kata Qiara dengan sendu.     

"Itu tidak seperti yang kamu fikirkan. Ya sudah lupakan saja! Oh iya, kamu mau kuliah di Kemas mau ambil jurusan apa?" Tanya Qiano mengalihkan pembicaraan agar Qiara tidak lagi merasa semakin rendah diri.     

"Aku mau mengambil jurusan Aku Arsitektur, karena sesuai dengan bakat ngelukisku." Jawab Qiara seraya tersenyum kecut karena jurusan yang dia pilih malah bertolak belakang dengan Qiano.     

"Hahaha .... Ternyata, kita masih saja berbeda keinginan. Apa aku perlu ngambil Jurusan Arsitektur itu di Kemas agar bisa satu kampus dengan kamu? Jadinya, dari TK hingga kuliah kita di tempat dan kelas yang sama. Bagaimana? Seru kan?" kata Qiano disela tawanya.     

"Tidak perlu. Biarlah kali ini kita berpisah agar kita tau apa artinya kebersamaan. " Ucap Qiara sambil tersenyum geli. Walaupun sebenarnya dia ingin banget mengatakan Iya agar dia bisa satu sekolah lagi dengan Qiano. Tapi, dia juga tidak ingin Samapi ketahuan oleh Qiano kalau dia sudah bersuami.     

"Baiklah. Tapi, aku mau membantumu untuk masuk Kemas. Apa kamu mau belajar denganku lagi?" Kata Qiano seraya menawarkan diri lagi.     

Mendengar tawaran Qiano. Qiara pun langsung bersemangat. Jika tidak bisa lulus jalur pertama maka masih bisa menggunakan jalur mandiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.