Istri Kecil Tuan Ju

Ujian



Ujian

0Kenapa? Apa kamu masih punya pertanyaan? " Tanya Winda setelah berbalik kearah Qiara.     

"Ummm ... Sepertinya, Mbak ini bukan orang sini ya? Karena, wajah dan cara bicara Mbak beda." Tanya Qiara sambil menyelidiki Winda dari atas hingga bawah.     

Mendengar pertanyaan Qiara, Winda terdiam karena kenyataannya dia memang bukan dari kota yang sama, melainkan dikirim langsung dari kota A dengan bayaran mahal. Namun, ia harus menyembunyikan identitasnya agar Qiara tidak berfikir macam-macam padanya.     

"Kenapa anda diam? Apakah menyebut nama asal anda itu adalah sesuatu yang berat dan sulit? Atau anda ini hanyalah penipu?" Lanjut Qiara yang mulai tidak sabaran menunggu jawaban Winda.     

"Aku diam karena memperhatikan kamu yang sangat jeli dalam melihat orang. Aku memang bukan orang sini. Hanya saja, aku tinggal disini bersama nenekku. Tepat saat aku di tugaskan untuk mengajar di salah satu SMA di kota ini. " Jawab Winda dengan tenang sambil tersenyum manis. Melihat ekspresi Winda ketika menjawab pertanyaanya, Qiara pun langsung percaya dan mengangguk. Karena sebenarnya ia juga butuh guru untuk mengajarnya secara privat. Walaupun ia tidak tau kalau Winda suruhan siapa. Tapi, ia tidak perduli selama itu menguntungkan untuknya.     

"Baiklah kalau begitu. Saya mau diajari oleh Mbak." Kata Qiara sambil tersenyum dan menjulurkan tangannya. Winda pun langsung meraih uluran tangan Qiara.     

"Sampai ketemu besok!" Setelah mengatakan itu Winda pergi dari Qiara dengan perasaan lega.     

"Assalamualaikum ... Ra ..." Terdengar suara teriakan dari arah gerbang rumahnya setelah Winda tidak terlihat lagi. Mendengar suara itu, Qiara pun langsung menoleh sambil tersenyum karena ia merasa mengenal banget suara itu.     

"Aaaa ... Mia, Natasya. Kalian jadi juga datangnya, ayo masuk!" Sambut Qiara dengan ekspresi kegirangan, karena yang dia tunggu akhirnya datang juga. Mereka semua pun langsung masuk ke rumah Qiara dan di sambut oleh Renata dengan senyum yang mengembang karena ia cukup mengenal baik semua sahabat Qiara dan sudah sering menemaninya ngobrol. Waktu berjalan begitu cepat.     

Setelah hari perkumpulan mereka di rumahnya Qiara. Mereka semua pun tidak lagi bisa berkumpul karena detik-detik menjelang ujian sudah dekat. Selain itu, mereka semua dituntut belajar ekstra oleh orang tua mereka agar bisa masuk kampus idaman mereka. Qiara juga memiliki kampus impian. Awalnya, dia bermimpi untuk bisa kuliah di Maha University, dimana Vania pernah menjadi dosen disana. Tapi, dia merubah mimpinya itu ketika Ia harus tinggal di Kota A bersama Julian. Dan di kota A ada salah satu kampus yang tidak kalah terkenalnya dari Maha University. Qiara pun bertekad untuk bisa memasuki kampus itu. Sehingga ia juga berjuang keras dengan belajar bersama Winda. Untungnya Winda cukup sabar menghadapi ulah Qiara yang kadang menyebalkan dan malas menjawab soal yang dia berikan. Dua Minggu berlalu, semenjak Qiara mengikuti les yang diberikan oleh Winda. Ia pun bersemangat masuk sekolah untuk menjawab soal ujian yang dimulai hari ini. Dan dalam masa-masa berat itu, Julian tidak pernah mengganggunya lewat apapun. Sehingga Qiara tidak lagi tertekan.     

"Tampaknya ada yang sangat bersemangat nih untuk menjawab soal hari ini.     

" Fida Qiano yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Qiara.     

"Ohhh ... Astaga ... Qiano ... Kenapa kamu mengagetkanku? Tidakkah kamu melihat aku sedang gugup dan berdo'a agar aku bisa menjawab semua soal ujian dengan benar. " Ucap Qiara dengan cemberut.     

"Tenang saja! Jika kamu sudah mempersiapkan semuanya maka kamu pasti bisa menjawabnya. Tapi, kenapa kamu tiba-tiba berhenti belajar bersamaku?" Kata Qiano sambil tersenyum. Setelah itu ia bertanya dengan ekspresi heran.     

"Aku tidak mau merepotkanmu lagi. Oleh karena itu selama dua Minggu ini aku berusaha mengambil waktu les makanya aku selalu pulang lebih cepat. " Jawab Qiara dengan cemberut.     

"Ohhh ... Begitu. Bagus deh! Setidaknya kamu mau belajar. Kalau begitu ayo masuk! Sepertinya kita berada di ruangan yang sama karena nama kita selalu berurutan. " Kata Qiano seraya mengajak Qiara masuk ke kelas yang sudah disiapkan oleh para guru khusus untuk ujian yang berisi beberapa orang. Qiara menarik nafas dalam, setelah itu mengangguk dan mengikuti Qiano masuk kelas.Tidak lama kemudian, waktu ujian di mulai. Suasana kelas sangat tenang. Tapi, Qiara yang tidak bisa tenang. Keringat pun mulai membasahi wajahnya.     

Tepat saat itu ia melirik kearah Qiano yang terlihat tenang.     

"Semangat ... !" Ucap Qiano sambil memberi isyarat agar Qiara yang duduk tidak jauh darinya itu bisa percaya diri. Melihat senyum dan semangat dari Qiano, mampu membuat hati Qiara berdebar hebat, lalu tersenyum dan kembali tenang. Qiano pun merasa senang ketika melihat Qiara mengangguk menanggapi semangat yang dia berikan.     

'Walaupun aku sudah mengabaikannya beberapa hari kemarin, juga tidak mau bicara dengannya. Tapi, Qiano tetap baik dan menyapaku, hatiku pun merasa senang dan terbawa suasana. Apakah itu artinya aku sudah jatuh cinta padanya?' Batin Qiara.     

Setelah membatin, Qiara pun membaca do'a yang diajarin Renata sebelum ia berangkat sekolah tadi pagi. Tepat saat itu, layar monitor sudah menunjukkan soal ujian yang harus di jawab secara online. Dan pelajaran pertama adalah Kimia, karena Qiara dan teman-temannya mengambil jurusan IPA. Melihat soal-soal yang muncul tidak membuat Qiara gentar. Ia percaya dengan apa yang dikatakan Qiano. Kalau mau menjawab soal maka harus tenang. Sebuah keajaiban pun terjadi ketika Qiara mulai menjawab soal itu. Ia berfikir cinta yang tidak berumus saja bisa membuat logikanya terasa jungkir balik. Dan sekarang dia harus berhadapan dengan pelajaran Kimia yang dipenuhi oleh rumus. Namun, ia tetap tenang dan menjawab semuanya dengan mudah. Beberapa hari berlalu, Qiara yang sibuk belajar bersama Winda untuk menghadapi Ujian bisa bernafas lega, karena dia dan semua teman kelasnya di nyatakan lulus ujian. Meskipun hasilnya tidak begitu memuaskan tapi Qiara tetap bersyukur karena bisa lulus SMA. Sedang Qiano menjadi siswa dengan peringkat pertama dengan nilai tertinggi se kota Bandung.     

Prestasi itu mengharumkan nama sekolahnya serta keluarga besarnya.     

"Ra ... Kenapa kamu harus pindah ke Kota A sih? Kenapa tidak kuliah disini saja bersama kita?" Tanya Mia dengan sedih sebab dia hanya bisa mendaftar di kampus yang biasa di kota itu.     

"Maafkan aku! Aku terpaksa melakukannya karena ada hal yang tidak bisa aku jelaskan. " Sahut Qiara dengan sedih.     

"Ya sudah deh ... Semoga kamu tidak lupa sama kami ketika kamu memiliki banyak teman yang tentunya berbeda dengan kita karena Kota A sangat besar dan kebanyakan orang kaya disana." Kata Lola dengan penuh harap.     

"Ha ha ... Tentu saja aku tidak mungkin melupakan kalian semua. Lagi pula, aku akan sering pulang kok karena Mama aku tidak ikut ke kota A. "Kata Qiara sambil terkekeh karena dia tidak mau membuat teman-temanya sedih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.