Istri Kecil Tuan Ju

Merasa Kesal.



Merasa Kesal.

0Setelah mengatakan itu Qiano menyingkirkan tangan Feny dengan kasar lalu segera berlari mengejar Qiara yang sudah hampir jauh meninggalkan lorong kelasnya.     

"Sial ... Kenapa Qiano tidak pernah berubah? Giliran berubah, kenapa dia malah bersikap baik pada musuhnya sendiri? Ini benar-bebar menyebalkan." Ucap Fenny seraya mengepalkan tinjunya sambil menghentakkan kakinya.     

"Ha ha ... Kasian banget sih ... Ternyata sang pangeran mengabaikan sang putri abal-abal. Sungguh tragis. " ejek Mia sambil terkekeh kearah Feny.     

"Ahhh ... Sepertinya aku mendengar suara anteknya si cewek biang masalah. Apa aku salah dengar" kata Feny seolah tidak melihat Mia dan berniat mengabaikannya.     

"Wahhh ... Aku baru tau kalau kamu buta dan mengalami gangguan pendengaran. Ya sudahlah! Percuma ngobrol sama orang tuli, pastinya tidak akan nyambung. Bay ... " Setelah mengatakan itu, Mia dan Natasya pergi melewati Feny yang masih berpura-pura tidak melihat dan mendengar mereka.     

Padahal sebenarnya, Feny sangat geram seakan ia ingin menjambak rambut Mia. Akan tetapi, ia tidak mau meladeni Mia yang terkenal tidak mau kalah dan selalu berakhir di ruang BP. Itu sebab nya Feny tidak meladeninya karena ia tidak mau namanya tercatat di buku kasus. Tidak lama setelah itu, Feny pun bergegas pergi meninggalkan kelas, karena ia juga harus pulang tepat waktu karena ia ada acara keluarga. Sementara itu di depan gerbang sekolah. Qiano menghalangi jalan Qiara.     

Seketika itu, Qiara menjadi geram dan turun dari sepedanya. "Ngapain kamu menghalangi jalanku?" Tanya Qiara dengan kesal.     

"Ra ... Bukankah aku sudah bilang kalau aku ingin bicara dengan kamu? Lalu, kenapa kamu malah pergi begitu saja? Ada apa? Tanya Qiano setelah turun dari motornya.     

"Tidak ada apa-apa! Aku hanya ingin cepat pulang. Itu saja!" Jawab Qiara tanpa ekspresi. "Aku tidak percaya. Karena tatapanmu mengatakan hal lain." Ucap Qiano seraya memperhatikan Qiara.     

"Apa kamu peramal? Aku rasa, kamu tidak tau apa-apa tentang aku. Jadi, menyingkirlah!" Kata Qiara dengan kasar.     

"Apa kamu marah karena aku bicara dengan Feny? Apakah begitu?" Tanya Qiano seraya mengerutkan keningnya. Tanpa menjawab pertanyaan Qiano yang begitu serius, Qiara pun langsung mengambil jalan lain lalu pergi begitu saja.     

"Ra ... Kamu kenapa?" Teriak Qiano dari gerbang agar Qiara bisa mendengarnya. Walaupun ia dengar, tapi Qiara tidak begitu menghiaruakannya karena ia sudah terlampau kesal.     

Melihat situasi buruk itu. Qiano pun akhirnya menyerah dan memilih pulang.     

'Aku tidak suka lelaki yang jelalatan. Dikira aku tidak bisa melihat bagaimana dia tersenyum kearah si Feny yang sok kecantikan itu. Ahhh .... Sepertinya semua lelaki sama. Pokoknya aku tidak akan pernah mau jatuh cinta atau menjalin hubungan dulu. Aku ingin fokus sama sekolahku dulu, terlebih aku harus bisa masuk ke universitas terbaik di kota A.' Batin Qiara dengan perasaan yang campur aduk antara tidak tega dan kesal.     

Tidak lama setelah itu. Qiara sampai di rumah dan menemukan Ibu nya sedang duduk di ruang tamu menunggunya pulang.     

"Qiqi ... Akhirnya kamu pulang juga. Kamu mau mandi dulu atau makan dulu?" Sambut Renata dengan lembut dan senyum yang merekah.     

"Mama ... Kenapa ada di luar? Harusnya Mama di kamar saja! Nanti, Qiqi yang masak atau kita pesan makanan saja." Kata Qiara dengan khawatir.     

"Tidak apa-apa sayang! Kamu jangan memperlakukan Mama seperti orang sakit keras dong! Mama ini sudah baik-baik saja! Sekarang, lebih baik kita makan dulu baru kamu mandi ya sayang!" Sahut Renata sambil menarik lengan Qiara menuju meja makan.     

"Baiklah ... Kali ini Qiqi akan membiarkan Mama. Tapi, kalau Mama merasa tidak enak, maka Qiqi mohon agar Mama langsung istirahat! " Ucap Qiara dengan tegas.     

"Iya sayang!" Kata Renata dengan lembut. Setelah itu mereka bergegas ke meja makan untuk menyantap makan siang buatan Renata.     

Waktu berjalan begitu cepat, hari sudah semakin sore. Qiara belum juga melihat sahabatnya yang berniat mengunjungi Renata. Karena tidak ada yang angkat telponnya. Qiara pun keluar rumah dan berinisiatif untuk menunggu di depan rumah. Namun, yang dia lihat datang malah orang lain.     

'Siapa itu? Dia mau cari siapa?' Batin Qiara seraya memperhatikan gadis itu dari bawah hingga keatas. Yang lebih mirip Mahasiswa dan ia terlihat sangat cantik.     

"Selamat sore! Apa benar kalau ini rumahnya Qiara ?" Tanya gadis itu ketika berdiri di depan Qiara.     

"Aaahh ...Iya. Ini dengan saya sendiri. Ada apa ya?" Tanya Qiara dengan heran.     

"Wahhh kebetulan sekali. Aku Winda yang dikirim khusus oleh seseorang untuk menjadi guru les anda yang akan membantu anda untuk menghadapi ujian nanti. Agar anda bisa menjawab dengan benar." Jelas Winda sambil tersenyum lembut.     

"Benarkah? Siapa orang yang mengirim anda kesini? " Tanya Qiara dengan tatapan menyelidik.     

"Maaf! Saya tidak boleh memberitahumu tanpa sepengetahuannya. Yang jelas, dia bilang kalau suatu hari nanti kamu akan tau. Jika kamu bisa lulus SMA dengan nilai yang baik. Maka, dia akan memberikanmu hadiah yang banyak." Jelas Winda.     

"Tapi, saya tidak tau bagaimana caranya belajar dengan benar. Jadi, sebaiknya anda pulang dan tinggalkan saya sendiri karena teman-teman saya sebentar lagi akan datang. Kata Qiara dengan ketus.     

"Maaf! Saya hanya menjalankan tugas. Jadi, saya mohon kerjasama nya agar gaji yang saya terima tidak diambil lagi. Karena uangnya sudah saya pakai untuk biaya pengobatan adik saya. "Kata Winda dengan ekspresi memohon.     

Mendengar penuturan Winda. Hati Qiara pun tersentuh. Untuk sesaat ia terdiam untuk memikirkan keputusan apa yang ingin dia ambil.     

"Bagaimana Qiara? Apakah kamu mau les bersama saya? Jika kamu mau, maka kita bisa mulai dari sore besok. Bagaimana?" Tanya Winda sekali lagi untuk memastikan jawaban Qiara.     

"Baiklah! Aku akan les bersama anda. Tapi, jika anda tidak mampu sabar menghadapi saya. Maka, saya persilahkan anda untuk berhenti. Bagaimana?" Jawab Qiara seraya bertanya balik.     

"Tentu. Saya akan memberikan kenyamanan dan menjelaskan secara singkat dan jelas agar kamu bisa cepat faham." Lanjut Winda dengan percaya diri kalau Qiara memiliki semangat yang kuat dalam belajar.     

"Baiklah! Jika kamu begitu percaya diri. Maka aku akan memberimu kesempatan untuk mengajariku. " Sahut Qiara seraya tersenyum licik. Karena ia berfikir untuk membuat Winda tidak betah mengajarinya.     

"Terimakasih karena sudah mau berpartisipasi dengan saya. Kalau begitu saya pamit dulu! Dan, besok saya akan kembali kesini untuk memberikan pembelajaran kepadamu!" Lanjut Winda sambil tersenyum lega seolah ia baru saja lolos dari sebuah ancaman.     

"Tunggu dulu!" Kata Qiara seraya menghentikan langkah Winda yang buru-buru ingin pergi dari rumah Qiara setelah menyampaikan alasan kedatangannya.     

"Kenapa? Apa kamu masih punya pertanyaan? " Tanya Winda setelah berbalik kearah Qiara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.