Istri Kecil Tuan Ju

Godaan Para Sahabat.



Godaan Para Sahabat.

0"Kenapa mereka bisa iri padaku?" Tanya Qiara dengan heran.     

" Karena yang Qiano sapa pertama kali adalah kamu. Aku harap, pulang nya Qiano bisa membuat kalian berhenti jadi musuh! Kalau bisa jadi pasangan he he ... " Ucap Natasya sambil nyengir.     

"Cie ... Cie ... Yang mau ketemuan ha ha ha ... " Sambung Mia yang juga tidak mau kalah untuk menggoda Qiara.     

Meskipun mereka tau betul seperti apa permusuhan Qiara dan Qiano dimasa lalu. Tapi, mereka malah merasa bangga melihat sahabatnya bisa dekat dengan idola sekolah itu. Qiara hanya tersenyum mendengar godaan Natasya dan Mia. Kedatangan Qiano yang kembali ke sekolah lagi, membuat Qiara melupakan konfliknya bersama Julian. Meski untuk beberapa saat. Tapi, Qiara merasa senang untuk itu.     

'Tuhan ... Apakah ini yang namanya cinta? Manis dan terasa begitu indah tanpa kecewa dan terpaksa? 'batin Qiara'.     

"Hayoo ... Ngelamunin apa?" Tanya Natasya sambil menyenggol bahu Qiara.     

"Apaan sih? Aku tidak melamun tau. Ya sudah, ayo masuk kelas! "Ucap Qiara dengan malu-malu.     

Setelah itu ia menarik lengan kedua sahabatnya itu untuk masuk ke kelas. Setelah itu mereka semua masuk ke kelas. Pembelajaran berjalan sangat tenang. Qiara si pembuat ulah tidak berminat untuk membuat ulah karena ia memang sudah bertekad untuk membuat Mama nya bahagia sebagai pengganti Vania. Waktu terus berjalan, jam pulang sekolah pun akhirnya tiba. Qiara, membereskan semua bukunya lalu di masukkan ke tas.     

"Ra ... Cepetan! Kamu sudah di tunggu sama Qiano tuh di depan pintu kelas." Kata Mia sambil melirik kearah Qiano yang berdiri di depan pintu.     

"Umm ... Apaan sih Mia? Aku belum selesai" Sahut Qiara sambil senyum-senyum sendiri.     

"Ehh ... Qiano ... Apa kamu sedang menungguku? Aku ingin menyapamu dari tadi, tapi aku tidak mau sampai tidak fokus mengikuti pebelajaran makanya aku urungkan niatku. Oh iya, sudah lama kita tidak ketemu, apa kamu mau makan siang bersama?" Sapa Feny dengan centilnya sekaligus membuat Qiara panas.     

"Tidak .. Terimaksih!" Jawab Qiano tanpa ekspresi.     

"Upss ... Di tolak ... Ha ha ... Biar tau rasa tuh perempuan sok cantik dan sok pintar. " Ucap Mia seraya menyeringai licik kearah Feny.     

Walaupun jarak tempat duduk Qiara dengan pintu masuk ke kelas. Tapi, Feny masih bisa mendengar apa yang dikatakan Mia. Ia pun memberikan tatapan sinis kearah Mia.     

"Sudahlah Mia! Jangan hiraukan nenek sihir itu!" Kata Natasya. Mia langsung diam dan mengabaikan Feny yang masih berusaha menggoda Qiano.     

Sementara itu Qiara hanya terdiam, entah kenapa ia merasa geram melihat Feny, karena ia tiba-tiba teringat Xi Xio yang memeluk Julian dengan nakal.     

'Cowok sama saja. Brengsek ... Tidak bisa melihat wanita cantik, langsung di ladeni saja.' Batin Qiara dengan ekspresi gelap seraya melirik kearah Qiano yang masih tampak asik ngobrol dengan Feny.     

Tepat saat itu, ponsel Qiara berbunyi. Ia pun langsung mengangkatnya karena itu dari Ibun nya.     

"Assalamu'alaikum ... Hallo Ma! Ada apa?" Sapa Qiara setelah menggeser icon hijau di ponselnya.     

"Waalaikumsalam ... Sayang, apa kamu sudah pulang?" Sahut Renata dengan lembut.     

"Ini sudah selesai Ma. Bentar lagi Qiara akan sampai di rumah. Mama mau dibelikan apa? " Ucap Qiara dengan nada suara yang lembut juga, seraya bertanya pada Ibu nya.     

"Mama ingin kamu cepat pulang. Karena, Mama sudah buat masakan enak buatmu." Jawab Renata.     

"Apa? Mama masak? Bukankah Qiqi sudah bilang kalau Mama istirahat dulu untuk sementara?" Kata Qiara dengan sinis.     

"Mama sudah sehat sayang. Dan, Mama bosan di kamar terus makanya Mama masak. Hanya saja, karena terlalu lama tiduran di kamar. Otot Mama terasa lemas. Tapi, kalau sudah biasa pasti akan kembali bugar lagi." Jelas Renata yang mencoba membuat putrinya tidak khawatir terhadapnya.     

"Apapun alasannya, Mama tidak boleh melakukan apapun. Qiqi sekarang juga akan pulang. Tunggu sampai Qiqi pulang ya Ma!" Setelah mengatakan itu Qiara langsung mematikan ponselnya dan dengan cepat ia siap-siap untuk pergi.     

"Ra ... Kok buru-buru? Ada apa? Apa Tante sakit lagi?" Tanya Mia dengan khawatir.     

"Aku harus cepat pulang. Karena, aku khawatir dengan Mama yang kondisinya belum pulih benar. " Sahut Qiara dengan ekspresi yang sedikit cemas.     

"Oh begitu. Ya sudah, kamu pulang saja! Nanti sore, kami akan ke rumahmu untuk jenguk Tante, karena kemarin kami tidak sempat ke rumah sakit. " Lanjut Mia sambil tersenyum.     

"Iya. Aku akan menunggu kalian dan tentunya menyiapkan makanan dan minuman yang enak. Oh iya, apakaha Lola masih sakit?" Ucap Qiara yang baru sadar kalau salah satu sahabatnya tidak ada diantara yang lainnya.     

"Lola itu tidak sakit. Lebih tepatnya, dia sedang patah hati karena pacarnya sudah berangkat ke Jerman lagi! Maklum, pacarnya kan berdarah bule gitu. " Jawab Mia sambil tersenyum.     

"Ada-ada saja anak itu. Hanya karena cowok dia rela tidak masuk padahal ujian sebentar lagi. " Sahut Natasya dengan kesal terhadap sahabatnya yang lemot itu.     

"Sudahlah! Jangan ganggu dia. Setiap orang berhak mengambil keputusan sendiri. Asal sudah di nasehati, maka selebihnya itu urusan nya. Lagi pula, kita tidak bisa menduga seseorang. Baiklah! Aku akan pergi sekarang. Sampai ketemu besok!" Kata-kata Qiara cukup bijak, dan itu untuk pertama kalinya terdengar ditelinga para sahabatnya. Mia dan Natasya sampai lupa kalau Qiara akan bertemu Qiano.     

Sayangnya, Qiara harus pulang cepat. Lalu, bagaimana dengan Qiano?     

"Qiara aku ... " Belum sempat Qiano melanjutkan kata-katanya. Qiara malah mengabaikannya, lalu pergi melewatinya begitu saja.     

"Ra ... " Teriak Qiano yang berusaha menghentikan Qiara. Sayangnya Qiara berpura-pura tuli karena ia merasa kesal dengan Qiano yang meladeni Feny.     

"No ... Kenapa kamu cuwekin aku? Aku ada disini kenapa malah memanggil Qiara? Apa bagusnya sih gadis itu? Dia tidak begitu cantik, pintar enggak bahkan kasar. Tentunya dia tidak akan bisa menyamai aku dalam segala hal." Kata Feny seraya menarik lengan Qiano yang hendak berlari mengejar Qiara.     

"Singkirkan tanganmu dari lenganku! "Seru Qiano dengan sinis dan ekspresi yang sangat dingin.     

"Jawab dulu pertanyaanku! Baru aku akan melepaskanmu!" Kata Feny seraya mengeratkan pegangan tangannya.     

"Apa yang perlu aku jawab? Bukankah sudah jelas kalau, Qiara tidak akan pernah bisa menyaingi?" Ucap Qiano.     

"Itu kamu akui. Lalu, kenapa kamu mengabaikanku lalu berniat mengejar Qiara. Apa kamu gila?" kata Feny dengan angkuh.     

"Karena dia tidak akan mampu menyamai kamu makanya aku mengejarnya. Aku juga lebih menyukai gadis apa adanya seperti Qiara, daripada perempuan yang lebih suka bersembunyi dibalik topeng pencitraannya." Jawab Qiano dengan sinis.     

Setelah mengatakan itu Qiano menyingkirkan tangan Feny dengan kasar lalu segera berlari mengejar Qiara yang sudah hampir jauh meninggalkan lorong kelasnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.