Istri Kecil Tuan Ju

Tidak Akan Di Pecat!



Tidak Akan Di Pecat!

0"Kenapa kamu malah tidak kerja? Apa kamu mau di pecat hah? Lagian kan, kita masih punya waktu banyak untuk belajar. Misalnya, sepulang mu kerja. Iya kan?" Tanya Qiara dengan sinis karena ia tidak mau Julian sampai di pecat.     

Entah kenapa Julian merasa bergidik ngeri mendengar apa yang Qiara katakan serta tatapan Qiara yang terlihat seperti istri galak yang lagi marah-marah membuat Julian semakin ngeri.     

"Aku tidak akan di pecat. Sekarang, lebih baik kamu siap-siap dan temui aku di taman belakang rumah! Ya sudah, aku akan keluar sekarang!" Setelah mengatakan itu, Julian pun melarikan diri dari kamar Qiara.     

'Apa? Dia yakin banget tidak akan di pecat. Awas saja dia kalau sampai di pecat, aku akan jual ponsel yang dia berikan ini untuk menopang kehidupan. Ahhh ... Entah kenapa aku merasa jadi istri yang sesungguhnya. Ya sudahlah! Aku sebaiknya segera menemui lelaki mesum itu.' Setelah membatin, Qiara pun melakukan persiapan untuk belajar bahasa Inggris.     

Setelah selesai menyiapkan buku catatannya. Qiara terdiam sejenak mengingat kejadian malam kemarin bersama Qiano. Karena sejak saat itu hingga kini ia tidak juga menghubungi Qiano. Karena merasa bersalah Qiara bangun dari duduknya lalu berjalan menuju pinggir jendela.     

'No ... Apa kabar denganmu? Apa kamu tidak membenciku? Aku fikir sih kamu membenciku. Maaf, karena hari itu aku meninggalkanmu. Aku tidak punya pilihan dari pada aku harus membohongimu lebih jauh lagi' Batin Qiara dengan ekspresi sendu. Tepat saat itu, suara ponselnya mengagetkannya. Qiara pun langsung berbalik meraih ponselnya. Karena dia tau betul siapa yang menelponnya, sebab kalau temannya itu tidak mungkin karena ia belum menyebar nomer barunya.     

"Halo ...!" Sapa Qiara dengan ketus setelah menggeser icon hijau di ponselnya.     

"Apa kamu belum siap? Kenapa kamu lama sekali?" Mendengar suara Julian, Qiara langsung teringat kalau dia memang harus segera menemui Julian untuk belajar bahasa Inggris.     

"Ahhh ... Iya. Maaf! Aku akan segera datang." Setelah mengatakan itu Qiara pun menutup ponselnya dengan segera. Setelah itu ia berlari menuju taman belakang.     

Tidak lama setelah itu ia sampai di taman dengan terenggah-enggah.     

"Maaf lama!" Ucap Qiara sambil memengang kertas dan polpennya. Tanpa mengatakan apapun. Julian menyerahkan kertas yang baru saja dia tulis.     

"Apa ini?" Tanya Qiara sambil meraih kertas itu dari Julian. Setelah itu ia memperhatikan tulisan tangan yang sangat rapi serta deretan kata berbahasa Inggris lengkap dengan artinya.     

"Apa ini tulisan tanganmu?" Tanya Qiara lagi dengan ekspresi tidak percaya karena tulisan tangan itu sangat bagus dan rapi.     

"Tentu. Memangnya kamu fikir siapa yang sudah menulisnya?" Jawab Julian dengan tatapan sinis.     

"Ohhh ... Pantas saja jelek. Jadi, aku harus apakan kertas ini?" Kata Qiara sambil duduk di dekat Julian.     

"Kamu makan saja itu, siapa tau kamu langsung bisa menghafalnya. "Jawab Julian seraya menahan senyumnya.     

Ekspresi Qiara berubah gelap mendengar apa yang dikatakan oleh Julian.     

"Apa kamu tidak bisa serius hah? Bagaimana mungkin aku memakan kertas?" Teriak Qiara dengan kesal.     

Julian menahan tawanya saat mendengar teriakan Qiara yang disertai dengan ekspresi yang sangat buruk.     

"Nah itu kamu tau, ngapain tanya lagi. Sekarang, kamu hafalkan seratus kata itu hari ini!" Sahut Julian tanpa ekspresi.     

"Apa? Menghafal seratus kata? Apa kamu gila? Bagaimana mungkin bisa hafal dama waktu sehari? Kemampuan menghafal ku sangat buruk." Qiara benar-benar kaget mendengar perintah Julian.     

"Lakukan saja dulu! Jangan banyak mengeluh!" Kata Julian sambil memasang handset nya, lalu bangun dari duduknya.     

"Eehhh ... Mau kemana kamu? Katanya mau ngajarin, kenapa malah pergi?" Tanya Qiara dengan kesal ketika melihat Julian yang hendak beranjak pergi.     

"Duduklah disini! Aku akan lari pagi sebentar keliling taman. Setelah puteran ketiga, kamu juga harus ikut lari sambil menyetor hafalan mu." Setelah mengatakan itu Julian pun berlari meninggalkan Qiara.     

"Yaaaa ... Guru macam apa meninggalkan siswa nya kayak begini? Aahhh ... Dasar lelaki mesum." Teriak Qiara sambil melempar polpennya kearah Julian berlari. Merasa lelah berteriak, Qiara pun jatuh ke bangku taman. Ia terduduk sambil menarik nafas.     

Tidak lama setelah itu ia menatap kertas yang diberikan Julian dengan kesal. 'Bagaimana ini? Aku harus menghafal kata sebanyak ini? Harusnya aku tidak mengiyakan untuk belajar bersamanya. ' Batin Qiara dengan ekspresi yang buruk.     

Setelah selesai ngedumel. Qiara pun akhirnya mulai menghafal karena ia tidak punya pilihan lain. Selang beberapa menit. Julian pun muncul kembali di hadapannya dengan berkeringat. Melihat bayangan Julian di tanah, Qiara pun mendongak. Seketika itu, ia terpesona melihat Julian yang bersinar di terpa matahari pagi dengan keringat yang bercucuran di wajah dan lehernya. 'Ohhh ... Seksi sekali. Kenapa lekaki mesum ini terlihat sangat tampan dengan berkeringat begitu? Upsss .... Jantungku kenapa berdetak tidak karuan?' Batin Qiara seraya menelan air liurnya dalam-dalam. Tiba-tiba teringat akan kata-kata Mia tentang ciri-ciri lelaki tampan dan seksi.     

'Ra ... Asal kamu tau. Lelaki seksi itu terlihat ketika ia selesai olah raga atau pun mandi. Aku selalu merasa ingin melemparkan diri ke pelukan mereka setiap kali melihatnya.' Kata-kata Mia berulang kali terngiang di benak Qiara yang membuatnya semakin melotot melihat Julian yang memang tampan dan bertubuh indah.     

"Kenapa ekspresimu mesum begitu melihatku? Apa kamu mau tidur bersamaku?" Tanya Julian sambil tersenyum lalu duduk di samping Qiara. Pertanyaan menggelikan dari Julian membuat Qiara tersadar dari lamunannya. Ia pun menoleh kearah samping dengan ekspresi kesal.     

'Ahhh ... Ini gara-gara Mia. Aku jadi berfikir mesum begini? Tapi, aku tidak bisa memungkiri kalau lelaki mesum ini sangat tampan dan menggoda.' Batin Qiara lagi yang merasa kacau karena memiliki perasaan mesum kepada Julian. Bagaimana pun juga Qiara adalah gadis remaja yang normal dan bisa tergoda dengan pesona cowok tampan.     

"Woeee ... Kenapa bengong lagi? Apa kamu sudah hafal seratus kata itu?" Tanya Julian lagi sambil menepuk tangannya untuk menyadarkan Qiara.     

"Yaaa ... Berisik! Aku dengar apa yang kamu tanyakan. Hanya saja, tidakkah kamu terlalu murahan dengan bertanya begitu pada gadis lugu yang tidak berdosa seperti aku?" Kata Qiara dengan kesal.     

"Ha ha ... Oke. Lupakan apa yang aku katakan tadi! Lebih baik sekarang juga kamu setor hafalan mu! Aku sudah menunggu sedari tadi dengan tidak sabar. " Kata Julian sambil terkekeh. Untuk sesaat Julian merasa ada yang berbeda dari dirinya. Setelah sekian lama, ia bisa tertawa lepas dan mengedepankan hal lain dari pada pekerjaannya. Padahal, sewaktu bersama Vania. Ia lebih mementingkan pekerjaan begitu juga Vania yang sibuk di kampusnya.     

"Aku sudah hafal dong! " Sahut Qiara dengan angkuh. Karena dia tidak ingin kalau Julian sampai meremehkannya lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.