Istri Kecil Tuan Ju

Setoran Hafalan.



Setoran Hafalan.

0"Aku sudah hafal dong! " Sahut Qiara dengan angkuh. Karena dia tidak ingin kalau Julian sampai meremehkannya lagi.     

"Ya sudah. Ayo setor! Agar aku bisa memperbaiki mana bagian yang salah. " Kata Julian sambil bersandar di kursi. Qiara menelan ludah nya dalam-dalam karena dari seratus kata, ia hanya bisa menghafal 5 kata.     

"Ummm ... Door pintu. Open buka. Close tutup. Eat makan. Drink minum ... Ummm ... Apalagi ya ... ?" Kata Qiara yang mulai menyetor hafalannya tanpa melihat kertas yang diberikan Julian.     

"Baru Lima sudah nanya apa lagi. Apa otakmu benar-benar lemot?" Tanya Julian sambil menyeringai kearah Qiara.     

"Siapa bilang kalau aku lemot? Kamu nya saja yang bodoh. Katanya mau ngajarin bahasa Inggris. Malah nyuruh menghafal kata-kata yang anak SD juga bisa hafal dengan cepat. Kata-kata ini sudah aku pelajari dari SD hingga SMA. Apa kamu tidak punya metode yang lebih baik dari sekedar menghafal?" Kata Qiara dengan sinis.     

"Wahhh ... Kalau memang kamu sudah mempelajarinya dari SD. Pastinya kamu sudah hafal. Jadi, sekarang setor semuanya! Berhubung kamu sudah mempelajarinya terlebih dahulu. " Lanjut Julian sambil tersenyum licik pada Qiara. Untuk sesaat Qiara terdiam karena ia merasa kalau dirinya sudah terjebak apa yang sudah dia katakan.     

"Ayo mulai! Jangan banyak protes lagi!" Kata Julian yang sudah tidak sabaran. Qiara menunduk sambil memperhatikan kertas itu. Lalu, ia mencoba menghafalnya berulang kali. Namun ia selalu mentok di angka 5. Kalau pun menarik paling naiknya cuma 5 kata. Tepat saat itu. Suara ponsel Qiara berbunyi dan itu dari Orlin. Dengan senang hati Qiara pun mengangkatnya karena ia merasa terselamatkan oleh telpon itu. Harga dirinya masih terjaga belum tergadaikan di depan Julian.     

"Halo Orlin!" Sapa Qiara duluan setelah menekan icon hijau di ponsel canggih serta mewahnya.     

"Hallo Qiara ... Apa kita bisa ketemu di kampus besok?" Tanya Orlin dengan nada suara yang lembut.     

"Ngapain kita ke kampus? Bukankah kita ujian minggu depannya lagi kan!" Jawab Qiara dengan heran. "Ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Sekalian, kita mengakrabkan diri sama calon kampus kita. Bagaimana?" Jawab Orlin dengan bersemangat.     

"Ummm ... Ide bagus tuh. Baiklah, sampai ketemu besok!" Setelah mengatakan itu, Qiara menutup telponnya.     

"Ada apa? Sepertinya kamu sangat senang?" Tanya Julian seraya memicingkan matanya kearah Qiara.     

"Rahasia ... " Jawab Qiara sambil tersenyum licik.     

"Simpan saja kalau begitu. Sekarang, kamu harus melanjutkan belajarnya lagi!" Lanjut Julian seraya menjulurkan kertas yang dilepas Qiara tadi. Dengan cemberut, Qiara pun mengambil kertas itu. Lalu, dengan serius ia memulai hafalannya dengan duduk tenang di samping Julian.     

"Kemarin aku dengar Papa menanyakan soal adikmu. Apa aku boleh tau siapa namanya?" Tanya Qiara setelah lama terdiam karena fokus menghafal. Saat itu juga ia tiba-tiba teringat akan cowok yang namanya pernah dia dengar dari Papa mertuanya.     

Julian yang lagi sibuk mengecek pasar saham dari internet, langsung menoleh kearah Qiara.     

"Adikku? Ohhh .... Jhonatan maksudmu?" Sahut Julian tanpa ekspresi. Qiara pun langsung mengangguk.     

"Kenapa kamu menanyakan soal Natan? Apa kamu sudah bertemu dengannya di kampus kemarin?" Tanya Julian lagi.     

"Jadi ... Dia benar-benar adikmu? Natan yang katanya bintang kampus itu adalah adikmu?" Tanya Qiara dengan terkejut.     

"Betul sekali. Apa kamu menyapa adik iparmu?" Jawab Julian sambil tersenyum.     

"Adik ipar? Bagaimana mungkin aku memanggilnya adik ipar? Dia terlihat lebih dewasa dariku. Selain itu, dia tidak boleh tau kalau aku adalah istrimu. Bisa jadi bual-bualan kampus aku nantinya. " Kata Qiara sambil bergidik ngeri. Karena di benar-benar takut sekali berita tentang pernikahannya tersebar di kampus. Mimpimnya untuk hidup bebas sebagai remaja akan hancur jika dia diketahui sudah menikah.     

"Kenapa kamu takut? Cepat atau lambat semua orang akan tau kalau kamu adalah istri Julian Al Vero. Terlebih ketika kamu lulus, pastinya kamu diminta mengumpulkan berkas. Sedangkan, di kartu keluargamu ada namaku dan namamu sebagai pasangan suami istri. "Jelas Julian.     

"Aku tidak akan mengunakan kartu kelurga yang kamu buat. Karena aku mendaftar menggunakan kartu keluarga lama ku." Jawab Qiara dengan bangga.     

"Benarkah? Ohhh ... Kemungkinan berhasil untuk mendaftar. Tapi, untuk pemberkasan selanjutnya tidak akan dong! Karena mulai dari KTP hingga identitas lainnya sudah aku ubah menjadi Kota A. Aku juga sudah mendaftarkan pernikahan kita di KUA sehingga kamu resmi menjadi istri dari Julian Al Vero. "Jelas Julian sambil tersenyum. Ekspresi Qiara berubah gelap. Ia tidak tau sebelumnya soal ini. Tanpa sepengetahuannya, Julian sudah melakukan hal sejauh ini.     

"Kapan kamu melakukannya? Dan kenapa kamu tidak memberitahuku terlebih dahulu? Juga, aku ini anak dibawah umur, bagaimana mungkin pendaftaranmu di loloskan pihak KUA." Tanya Qiara seraya menggertakan giginya.     

"Itu mudah bagiku. Selain itu, kamu sudah lulus SMA. Jadi, kamu tidak lagi anak dibawah umur. " Jawab Julian. Mendengar apa yang Julian katakan. Qiara terdiam karena tidak tau harus berkata apa. Ia bingung sekaligus kalut.     

"Aaarrrggg ... " Karena tidak tau lagi harus berkata apa. Qiara pun menangis dengan kencang. Seketika itu Julian menjadi panik. Meskipun di rumahnya tembok begitu tinggi dan jauh dari tetangganya. Namun, Julian tetap gusar melihat Qiara menangis.     

"Hei ... Kenapa kamu menangis?" Tanya Julian.     

"Aku tidak mau kuliah lagi! Aku mau mati aja." Jawab Qiara sesegukan.     

"Mati? Kenapa begitu? Bukannya kamu sudah mendaftar?" Tanya Julian lagi dengan polosnya.     

"Untuk apa aku kuliah jika semua orang sudah tau aku menikah. Tidakkah kamu tau kalau masa-masa kuliah dan menjadi mahasiswi baru itu adalah impianku. Aku harus bergaul layaknya remaja pada umumnya. Tapi, kamu malah merenggutnya. "Jawab Qiara lagi dengan perasaan yang semakin buruk.     

Melihat Qiara yang terus-terusan menangis. Julian, terlihat bingung karena sebenarnya dia bukanlah lelaki romantis yang pandai merangkai kata atau pun memperlakukan wanita dengan romantis.     

"Tolong berhenti menangis! Jangan bengini! Aku akan pastikan agar semua orang di kampus tidak tau kalau kamu sudah menikah. Oleh karena itu, belajarlah yang rajin terutama bahasa Inggris. Jika kamu lulus, aku akan mengurus berkas mu dengan aman. Kamu tinggal kuliah saja." Kata Julian setelah lama terdiam dan menyaksikan Qiara menangis.     

"Benarkah?" Tanya Qiara sambil mengedip-ngedipkan matanya.     

"Iya. Lagi pula, kamu kan akan tinggal di asrama. Jadi, semua akan aman. Asal, kamu juga pastikan agar Mama tidak tau kalau kita tidak hidup bersama. Selain itu, selama kamu dalam pernikahan ini, jangan dekat-dekat dengan lelaki lain! Apa kamu faham?" Sahut Julian menjelaskan apa yang harus dan tidak harus Qiara lakukan.     

"Setuju! Soal Mama aku pasti akan urus dengan baik. Asal, kamu juga tidak memberitahu Mama ku kalau aku tinggal di Asrama!"Jawab Qiara sambil menyeka air matanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.