Istri Kecil Tuan Ju

iPhon Princess.



iPhon Princess.

0"Hei ... Sepertinya kamu bukan anak kampus sini sehingga kamu berani sekali berkata begitu padaku. Tatapanmu sungguh menjengkelkan. " Kata Jhonatan sambil menatap Qiara dengan tatapan mengintimidasi.     

Untuk sesaat dia terdiam untuk mengambil nafas sebelum melanjutkan kata-katanya.     

"Bagaimana mungkin gadis kecil sepertimu tidak sopan denganku? Apa kamu ingin menggantikan dia untuk mengganti ponselku?" Kata Natan seraya menantang tatapan Qiara.     

'Ohhh ... Ponselmu harganya cuman 600 jutaan. Kalau begitu, akan ku ganti dengan ponselku yang harganya melebihi ponselmu. Bagaimana?" Sahut Qiara sambil tersenyum licik.     

"Ha ha ha ... Oke. Ponselku memang seharga segituan. Akan tetapi, bagaimana mungkin ponselmu lebih mahal dariku. Apa kamu anak sultan?" Kata Natan meremehkan Qiara.     

'Pantas Papa pusing dibuat oleh anak ini. Nyatanya keperibadiannya sangat buruk. ' Batin Qiara.     

"Qiara sudah! Jangan di ladeni! Kita tidak akan mampu menggantinya karena dia adalah putra ... " Belum sempat melanjutkan kata-katanya, Qiara malah menepuk tangannya meyakinkan Orlin kalau dia bisa mengurus masalah ini.     

"Serahkan semuanya padaku!" Ucap Qiara.     

Setelah itu ia kembali menoleh kearah Jhonatan. Lalu, dengan gampangnya Qiara mengeluarkan ponsel pemberian Julian.     

"Ini ponselku harganya lebih dari satu Miliar. Anggap kita impas setelah kamu menerimanya jika kamu butuh barang bekas. Bagaimana?" Kata Qiara sambil menjulurkan ponsel Princess nya.     

Natan tersenyum mengejek mendengar apa yang dikatakan oleh Qiara. Perusahaan ponsel terbesar di kota A ada di bawah PT Royal Grup. Dimana Presiden Direktur nya adalah Julian Al Vero. Setelah tersenyum. Natan terkejut dengan mata melotot ketika melihat ponsel yang di julurkan oleh Qiara.     

"iPhon Princess ... Bukankan ini produk terbaru dari CM iPhon. Bahkan belum di luncurkan ke pasaran. Serta hanya ada 10 biji untuk promosi. Bagaimana mungkin kamu bisa memilikinya?" Tanya Jhonatan sambil menatap heran kearah Qiara.     

Mendengar perkataan Jhonatan Orlin dan beberapa orang yang berlalu lalang melewati tempat itu berkumpul menyaksikan ponsel Qiara.     

'Itu memang Princess ... Apakah mungkin Qiara ini anak salah satu kolomerat kota A? Tapi, aku dengar 10 biji itu sudah di pesan sama orang-orang tertentu. Bagaimana mungkin dia bisa mendapatkannya? Siapakah Qiara?' Batin Orlin sambil melirik Qiara dengan ekspresi yang heran.     

"Wahhh ... Itu ponsel yang katanya seharga miliaran rupiah kan? Aku pernah baca di internet. " Kata salah seorang mahasiswa itu.     

"Iya benar. Aku juga pernah melihat nya dan sangat cantik didesain adengan berlian bertaburan. " Sahut yang lainnya. Qiara hanya tersenyum kecut mendengar apa yang dikatakan orang-orang. Karena dia tidak bermaksud untuk menyombongkan barang yang bukan miliknya.     

"Maaf ... Jika kamu tidak mau maka saya akan pergi sekarang!" Setelah mengatakan itu Qiara menarik Orlin pergi dari sana seraya memasukkan ponselnya.     

"Tunggu!" Natan menghalangi jalan Qiara karena dia masih penasaran dengan ponsel itu.     

"Kenapa kamu menghalangi kami? Bukankah aku sudah nenawarkan kepadamu ponselku sebagai gantinya? Juga, ku fikir kita sudah selesai ketika sahabatku mengatakan kalau dia tidak sengaja menabrakmu." Tanya Qiara tanpa ekspresi.     

Orlin hanya diam karena ia merasa tidak punya nyali untuk melawan Jhonatan.     

"Aku ingin tau siapa kamu?" Sahut Jhonatan sambil menarik lengan Qiara. Tepat saat itu Siska yang terkenal sebagai ratu kampus melihat adegan itu, seketika itu kepalanya terasa bertanduk.     

'Natan? Kenapa dia memegang tangan gadis udik itu? Siapa dia? Sepertinya dia bukan mahasiswi disini.' Batin Siska sambil mengepalkan tinjunya.     

"Suatu hari nanti kamu akan tau siapa aku. Sekarang aku harus pergi karena berurusan denganmu adalah hal yang menggelikan." Kata Qiara seraya menyeringai kearah Jhonatan tanpa takut. Ia pun jadi pusat perhatian karena dirinya adalah satu-satunya yang berani melawan Jhonatan.     

"Orlin ... Ayuk kita pergi saja! " Kata Qiara sambil melirik Orlin. Setelah mengatakan itu, Qiaara menarik lengan Orlin untuk segera kabur karena ia takut akan ada yang mengambil vidionya sehingga ia akan terkena masalah jika Julian sampai tau.     

"Natan ... Hentikan! Jangan mengejarnya lagi! Mereka sudah meremehkan dan menghinamu. Lupakan saja!" Kata Marion yang baru saja tiba di tempat itu sambil menahan Jhonatan yang hendak mengejar Qiara dan Orlin. Marion adalah sahabat yang sangat berbeda dengan Natan. Dia orang yang sangat baik, ramah, pintar, dan juga perhatian.     

Mereka bersama sejak kecil karena sama-sama berasal dari keluarga kaya raya.     

"Lepasin Marion! Aku harus tetap memberikan mereka pelajaran karena sudah merusak ponselku, juga menganggap ku remeh. Mereka tidak sopan padaku " Sahut Jhonatan yang tidak mau mendengar apa yang dikatakan Marion.     

"Ini hanya masalah kecil Natan. Tidakkah kamu merasa risih dengan tatapan teman-teman? Jangan sampai kak Julian datang menyeretmu!" Kata Marion lagi mencoba menahan tingkah konyol Jhonatan. Marion memang dikenal pengendali Jhonatan. Dia sahabat yang bisa mengimbangi emosi Natan, sehingga Julian sering kali meminta bantuannya untuk menasehati Natan.     

"Baiklah! Kali ini aku lepaskan mereka. Lain kali kalau bertemu lagi, aku akan mengurus mereka." Balasnya sambil meninggalkan tempat itu bersama Marion dan mengabaikan Siska sedari tadi     

"Qiara ... Apa kamu tau siapa orang yang aku tabrak tadi? " Tanya Orlin menghentikan Qiara yang terus mengajaknya berjalan tanpa tujuan.     

"Iya. Memangnya kenapa?" Jawab Qiara tanpa ekspresi.     

"Ya ampun ... Kau tahu tapi kau tetap melawannya? Tidakkah kamu tau kalau bermasalah dengannya, pasti akan menjadi masalah yang serius dan panjang. Dan, jika dia menggunakan kekuasaan orang tuannya serta kakak nya, sudah di pastikan kita tidak akan bisa masuk Kemas bahkan tidak bisa hidup tenang di kota ini " Jelas Orlin menurut apa yang sepupunya ceritakan padanya tentang sang Bintang Kampus.     

'Ha? Papa orang yang baik tidak akan mungkin melakukan itu. Dan si mesum itu lah yang perlu di khawatirkan. Dia masih berpura-pura lembut padaku padahal dia punya rencana busuk. Tapi, seperti apa pengaruh keluarga Julian yang tampaknya begitu di takuti.' Batin Qiara ketika mendengar penjelasan Orlin.     

"Qiara ... Kenapa kamu diam saja? Apa sekarang kamu menyesal? Apa mungkin kita akan di tolak sebelum ujian?" Tanya Orlin lagi dengan ekspresi penuh kekhawatiran. Karena, masuk Kemas adalah impian terbesarnya.     

"Ummm ... Menyesal? Tidak mungkin. Anak itu memang harus diberi pelajaran biar dia tidak begitu sombong." Sahut Qiara sambil tersenyum dengan tenang.     

"Ya sudahlah! Apa pun yang akan terjadi nanti, aku tidak akan takut. Yang penting aku sudah minta maaf padanya. Oh ya, apa kamu salah satu anak kolomerat kota ini?" Kata Orlin sambil mengedip-ngedipkan matanya kearah Qiara.     

"Ha ha ha ... Bagaiman mungkin aku ini menjadi anak kolomerat kota ini? Aku ini, hanya anak orang biasa. "Jawab Qiara sambil terkekeh.     

"Lalu, bagaimana bisa kamu punya ponsel Princess tadi?" Tanya Orlin lagi dengan tatapan menyelidik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.