Istri Kecil Tuan Ju

Dianggap Pelayan.



Dianggap Pelayan.

0'Aisshhh ... Terserahlah, bagaimanapun nanti, aku akan tetap berada di pihak mu. Tolong percayalah teman!" Kata Orlin sambil tersenyum penuh semangat. Qiara hanya mengangguk lalu mengajak Orlin pergi setelah mengelilingi area kampus.     

Hari yang sudah menjelang siang. Orlin tidak membiarkan Qiara pulang terlebih dahulu. Ia malah menyeret Qiara pergi ke Restauran Milik orang Tua Orlin. Melihat wajah memelas Orlin yang membujuknya, Qiara tidak punya pilihan lain selain mengikuti Orlin ke Restaurannya.     

"Ayo masuk! Ini salah satu Restauran terkenal di kota ini, dan ini milik keluargaku !" Kata Orlin sambil membukakan pintu taxi untuk Qiara dengan penuh semangat.     

"Wao ... Cantik banget! Suasana Restauran ini sangat tenang. " Kata Qiara memberi pujian ke Restauran Orlin sebelum mereka memasuki Restauran.     

"Tentu. Ini selera Mama ku, yang suka dengan nuansa klasik yang menenangkan. Ayo masuk! Mama ku akan memberikan kita masakan yang paling enak dari Restauran ini. " Kata Orlin sambil memegang lengan Qiara.     

"Baiklah!" Sahut Qiara dengan ekspresi penuh semangat.     

"Pelayan!" panggil seorang wanita cantik yang duduk di dekat jendela bersama teman perempuannya. Tak sengaja Qiara yang masih berdiri sambil melihat tempat duduk yang di maksud oleh Orlin yang sudah meninggalkannya menuju dapur. Ia di minta untuk duduk di dekat jendela juga karena disana suasananya sangat indah.     

"Aku? " jawab Qiara dengan heran karena ia menyadari kalau panggilan itu tertuju padanya.     

"Iya kamu!" Jawab wanita cantik itu. Meskipun dia panggil pelayan. Tapi, Qiara tidak keberatan karena ia fikir itung-itung untuk membantu Orlin. Qiara pun berjalan menghampiri meja itu dengan senyum khasnya.     

"Selamat siang Nona! Ada yang bisa saya bantu?" tanya Qiara pada gadis cantik itu.     

"Aku mau pesan ice cappuccino satu dan jus Apple satu " jawab gadis cantik itu.     

"Bukankah kamu Qiara?" Mendengar suara akrab itu. Qiara pun langsung menoleh kearahnya.     

'Feny? Ngapain dia disini? Ahhh ... Aku lupa kalau dia berasal dari kota A ' Batin Qiara tanpa ekspresi.     

"Jadi, kamu mengadu nasib ke kota A setelah kita lulus? Pantas aku tidak pernah melihatmu.' Lanjut Feny dengan senyum yang mengejek.     

"Ada masalah!" Jawab Qiara tanpa ekspresi.     

"Tidak ada sih. Cuma heran saja melihatmu ada disini. Aku fikir kamu akan mengejar Qiano di Jakarta." Sahut Feny sambil tersenyum lagi.     

"Kamu kenal pelayan ini Feny?" Tanya perempuan cantik itu.     

"Dia teman SMA ku yang pernah ketemu dengan kita di pesawat. Kakak ingat kan?"Jawab Feny. Fanya langsung mengingat-gingat kejadian itu.     

"Ohhh ... Ya kakak ingat. Dia, yang memenangkan lotre dengan berada di kelas 1 kan?" Kata Fanya sambil tersenyum ramah.     

"Iya. Ingatan kakak masih bagus juga. Sayangnya, dia hanya gadis miskin yang tidak seberuntung kita. Kemungkinan dia tidak memenangkan lotre lagi!" Kata Feny.     

"Feny ... Jaga ucapanmu! Kamu tidak berhak menghina orang seperti itu. Baik dia kaya atau miskin. " Kata Fanya yang mencoba menasehati adiknya itu.     

"Maaf! Saya tidak tertarik untuk mendengarkan obrolan kalian. Lebih baik, katakan apa yang ingin kalain pesan sekarang! Biar aku bisa mengambilkannya." Kata Qiara dengan malas. Sebab ia tau karakter Feny.     

"Ahhh ... Aku lupa. Itu kan tugasmu sebagai pelayan. Ya sudah, sana ambilkan pesanan kami yang cuma air minum saja.! " Kata Feny sembari duduk kembali di kursinya karena dia tidak ingin membuat kakaknya merasa kesal lagi.     

"Iya. Saya akan segera mengambilnya!" Kata Qiara seraya undur diri. Setelah itu ia melangkah menuju dapur menemui Orlin yang masih sibuk menyiapkan makanan spesial untuk mereka makan.     

"Ini pesanan untuk meja nomer 5 yang berada di dekat Jendela. Bisa siapkan! Saya akan mengantarnya." Kata Qiara pada pelayan yang ada di tempat pengambilan pesanan.     

"Qiara ... Ngapain kamu melakukannya? Kamu ini bukan Pelayan." Kata Orlin ketika melihat Qiara bersikap seperti pelayan.     

"Tidak apa. Aku hanya akan melayani dua orang itu saja! Tolong izinkan aku!" Jawab Qiara sambil tersenyum. Melihat niat baik Qiara. Tanpa curiga Orlin pun mengangguk lalu mengambil pesanan Qiara.     

Setelah siap, Qiara langsung mengantarkannya ke meja Feny dan Fanya. Melihat Qiara datang. Feny melirik kakaknya lalu tersenyum licik dengan sengaja merentangkan kaki kanannya untuk mencegat Qiara. 'Qiara ... Kamu boleh saja bisa karate dan aku takut akan hal itu sebab aku tidak mampu mengimbangi mu. Tapi, soal otak, akulah yang paling cerdas. Sekarang, terimalah hiburan sebagai ucapan selamat datang di kota ku untukmu.' Batin Feny sambil tersenyum geli.     

"Aaaarrrggh .... " Teriak Qiara ketika ia tersandung kaki Feny. Sekuat tenaga Qiara menahan dua gelas minuman itu agar tidak tumpah. Kalau pun terpaksa tumpah, setidaknya jauh dari orang-orang.     

"Auu ... " Fanya kaget dan langsung berdiri karena takut terkena air jus itu. Namun, ia lupa sama laporan penting yang baru saja dia periksa. Alhasil, laporan itu terkena percikan air jus. Qiara pun terjatuh kelantai dengan air jus semuanya jatuh menimpa tubuh dan wajahnya. Melihat kejadian itu, semua orang di Restauran kaget lalu menoleh ke arah tempat kejadian. Feny hanya tersenyum licik seolah tidak bersalah sama sekali.     

"Qiara ... Astaga!" Orlin kaget dan menutup mulutnya. Orang tuanya pun ikut keluar melihat kejadian memalukan itu. Seketika itu raut wajah mereka menjadi buruk.     

"Kenapa pelayan itu sangat ceroboh? Siapa dia? Ahhh ... Ini bisa merusak citra dari Restauran kita. Aku akan mengurusnya." Ucap Mama Orlin seraya melangkah mendekati tempat tujuan. Orlin pun segera menyusul Mama nya agar tidak marah pada Qiara.     

"Ohhh ... Ya ampun. Laporan penting perusahaanku. Bagaimana ini? Ahhh basah ... " kata Fanya dengan ekspresi buruk. Setelah itu ia menoleh kearah Qiara yang masih duduk sambil menyeka wajahnya dari air jus itu.     

"Apa kamu punya mata? Tidakkah kamu bisa berhati-hati hah? Gara-gara kamu kerja kerasku semalaman hancur begitu saja." Teriak Fanya kearah Qiar dengan sinis. Qiara hanya menunduk membersihkan bekas tumpahan air jus itu tanpa memperdulikan Fanya yang mengamuk. 'Mampus kamu!' Batin Feny sambil ngakak didalam hatinya.     

"Aku akan menuntut Restauran ini karena sudah memperkerjakan pelayan sepertimu! " Lanjut Fanya dengan sangat kesal.     

"Maaf Nona! Gadis kecil ini bukan pelayan disini! Jadi, anda tidak bisa menuntut Restauran ini." Kata Mama Orlin dari balik kerumunan.     

"Lalu ... Siapa yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini? Apakah pelayan ini punya cukup uang untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya yang merusak laporanku? Sedang aku harus menyerahkannya sekarang!" Tanya Fanya dengan sangat kesal. Qiara langsung mendongak ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Fanya. Semua orang pun menatap Qiara dengan sinis.     

"Aku yang akan bertanggung jawab!" Suara itu terdengar berat yang berasal dari balik kerumunan. Seketika itu mereka semua menoleh kearah sumber suara yang masih di tertutup kerumunan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.