Istri Kecil Tuan Ju

Merasa Malu



Merasa Malu

0Setelah menemukan ponselnya, tanpa melihat ID pemanggil Qiara pun langsung menggeser icon warna hijau di ponselnya.     

"Haloo ... " Ucap Qiara dengan malas tanpa membuka matanya karena ia masih merasa terkantuk-kantuk.     

"Apa kamu sudah bangun?" Tanya Julian dari seberang telepon. Mendengar suara akrab itu, Qiara pun segera membuka matanya sambil duduk karena ia mengingat apa yang terjadi sebelum ia tertidur.     

'Ahh ... Malunya, kenapa aku melakukan hal bodoh seperti itu? Pasti dia berfikir aku ini lemah, dia pasti juga berfikir kalau aku ini cengeng dan mudah ditindas lalu sangat membutuhkannya. Ini benar-benar menyebalkan.' Batin Qiara dengan ekspresi buruk dan penuh rasa penyesalan.     

"Halo Qiara ... Apa kamu masih di situ? Kamu baik-baik saja kan?" Tanya Julian lagi yang mulai khawatir karena Qiara tidak menjawab pertanyaannya.     

"Ya ... Aku masih ada disini! Ada apa kamu menelpon sore-sore begini?" Sahut Qiara setelah selesai membatin.     

"Aku cuma mau memastikan keadaanmu. Apa kamu sudah makan?" Jawab Julian. Mendengar kata makan, perut Qiara pun berbunyi karena dari siang perutnya keroncongan.     

"Aku baru bangun. Juga, aku lapar karena dari tadi siang aku belum makan." Kata Qiara sambil cemberut. Mendengar jawaban istri kecilnya yang polos itu. Julian tersenyum karena merasa gemas pada Qiara. Dia tidak berniat untuk memberi perhatian karena itu tanggung jawabnya. Hanya saja, membuat Qiara merasa kesal sampai berteriak adalah hiburannya ditengah ketegangan dan riuhnya dunia bisnis dan politik yang sedang ia hadapi.     

"Keluarlah! Pelayan Mu sudah menyiapkan hidangan kesukaanmu. Juga, bersihkan dirimu terlebih dahulu biar tidak sakit dan bau. Malam ini aku akan pulang telat." Seru Julian dengan lembut.     

"Oke. Aku akan mandi dulu baru keluar makan. Soal kamu mau pulang kapan pun aku tidak perduli. Ya sudah, aku akan tutup dulu." Setelah mengatakan itu Qiara menutup telponnya tanpa menunggu apa yang akan di katakan Julian.     

Sementara itu di ruangannya. Eny dan asistennya terlihat bingung melihat bos mereka tersenyum menatap ponselnya seolah tidak menghiraukan keberadaan mereka.     

"Apa kamu tau apa yang terjadi dengan bos? Biasanya bos sangat jarang senyum bahkan ketika kita memenangkan tender besar dia tetap tanpa ekspresi." Bisik Eny pada asisten Julian.     

"Diamlah! Kita akan bahas nanti. Sekarang kita diam saja sampai bos memberi perintah." Sahut Asisten Julian tanpa menoleh dan tetap memperhatikan Julian yang ada di depannya. Eny pun mengangguk mengikuti apa yang dikatakan sang Asisten karena dia tidak ingin mendapat kemarahan Julian. Walaupun cara Julian marah adalah diam. Tapi, dia memberi hukuman yang tidak terduga bagi kariyawannya yang malas.     

"Kenapa kalian masih di sini?" Tanya Julian setelah menyadari dua bawahannya itu masih berdiri di depannya.     

"Aaa ... ?" Sang asisten dan Eny kaget dan bergidik ngeri melihat tatapan serta suara dingin dan berat Julian.     

"Ada apa?" Tanya Julian lagi, yang merasa bingung melihat dua bawahannya itu saling pandang dengan tatapan bingung.     

"Ummm ... Bukankah bos sendiri yang meminta kami untuk tunggu?" Tanya sang asisten dengan ragu.     

"Iya bos. Anda meminta kami untuk tunggu sebentar. " Sambung Eny menguatkan jawaban sang asisten.     

"Oh iya. Apa kalian sudah mencari tau apa kegiatan kakak ku sekarang!" Tanya Julian setelah mengingat kenapa dia meminta dua bawahannya itu menunggu.     

"Tentu sudah bos. Nona Jasmin sekarang sedang mengikuti siaran langsung atas kemenangannya meraih piala sebagai pemain utama wanita terbaik sekaligus terfavorit. " Jawab asistennya.     

"Oh ... Baiklah aku mengerti! Lalu, bagaimana denganmu? Apakah kamu sudah membuat reservasi di Restauran hari ini untuk acara besok?" Lanjut Julian sambil menoleh kearah Eny.     

"Semua sudah beres bos. Akan tetapi, apa kita perlu mengundang wartawan? Dan apakah Nona Jasmin akan datang? Karena, ketenarannya bisa membuat sorotan banyak ke manapun dia pergi. " Jawab Enny dengan tegas dan cekatan. Julian tau betul kalau Eny adalah sekretaris yang bisa dia andalkan.     

"Itu urusanku. Kalian cukup melakukan apa yang aku perintahkan. Sekarang kalian boleh pergi." Setelah mengatakan itu. Julian kembali menatap Leptopnya tanpa ekspresi apapun.     

"Baik bos. " Jawab Eny dan sang asisten bersamaan.     

Setelah itu mereka keluar dari ruangan Julian secara bersamaan. Setelah kepergian dua bawahannya itu. Julian sedikit penat, ia pun langsung menonton acara dimana kakak nya yang menjadi bintang tamu. Dari layar kaca itu, Julian bisa melihat bagaiamana pembawa acara itu mulai menyapa para penonton.Ia mengucapkan selamat atas keberhasilan Jasmin sebagai pemeran utama terbaik di acara Movie Award kemarin. Mata Julian tidak berkedip sedikitpun ketika melhat Jasmin tersipu malu kearah kamera sambil mengatakan terima kasih.     

'Dia memang jago acting. Tapi, dia adalah kakak perempuanku yang paling kritis dan tidak suka di paksa. Bagaimana aku bisa membawanya pulang?' Batin Julian dengan perasaan yang rumit.     

Setelah membatin. Julian pun, kembali menatap layar kaca untuk menyaksikan apa yang akan kakak nya sampaikan. Sebab, ia sudah lama tidak bicara dengan kakak nya. Dari layar kaya itu. Julian melihat lagi bagaimana pembawa acara mengawali inti acara dengan menanyakan motivasi Jasmin tentang cara menjadi artis yang tetap exis meski banyak daun muda yang baru berdatangan di industri per fliman.     

"Nona Jasmin ... Bisakah anda membagi tips agar orang lain bisa meniru kesuksesan anda hingga di nobatkan menjadi artis terbaik ibu kota.!" Tanya sang pembawa acara itu lagi.     

Mendengar pertanyaan itu. Jasmin sempat terdiam sejenak karena dia tidak ingin sampai salah bicara. Karena dia tau kalau keluarganya sedang menjadi sorotan.     

"Aku tidak seperti yang kalian fikirkan. Karena motivasi sebanarnya sangat memalukan. Saat usiaku masih remaja, aku pernah mengalami hal yang sangat buruk. Namun, dari hal itu aku termotivasi untuk menjadi yang terbaik." Jawab Jasmin dengan eskpsresi sendu.     

"Wahh ... Wanita sesempurna anda dengan latar belakang keluarga yang hebat Ternyata pernah juga mengalami hal buruk." Kata pembawa acara itu sambil menatap kamera.     

"Aku juga manusia. Oleh karena itu Aku pernah memiliki masa yang sulit. Mungkin kalian tidak pernah mendengar cerita hidupku yang sebenarnya karena aku menyembunyikannya untuk menenangkan perasaanku Aku hanya memerankan sosok yang berbeda dengan asliku." Lanjut Jasmin sambil tersenyum.     

"Waoo ... Sepertinya sangat menarik. Apakah anda mau menceritakannya sedikit? kepada kami? Karena semua penggemar anda sudah pasti penasaran." Lanjut pembawa acara itu sambil tersenyum ramah ke kamera.     

"Haruskah?" tanya Jasmin sambil menoleh kearah sang pembawa acara.     

"Tentu, karena para penggemar anda juga tidak sabar menunggu cerita anda. Dan saya yakin, ini pasti akan memotivasi banyak orang juga. "Jawab pembawa acara itu seraya mengedarkan pandangan kearah para penononton yang juga merasa penasaran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.