Istri Kecil Tuan Ju

Merasa Canggung.



Merasa Canggung.

0"Ummmm ... Istriku sayang ... Kamu gelisah ya karena tidur sendirian. Tenang, suamimu ini akan menemanimu sambil memelukmu." Kata Julian lagi sambil memeluk tubuh Qiara.     

Kepala Qiara seperti bertanduk mendengar apa yang Julian katakan. Dia menarik nafas dalam lalu membuka matanya. Setelah itu ia menoleh kearah Julian yang sudah memejamkan matanya.     

"Juli ... an ... " Qiara tidak jadi berteriak ketika mendengar dengkuran Julian. Ia menatap lekat wajah itu di balik lampu yang remang-remang. Wajah lelaki yang mengatakan kalau dirinya adalah suaminya itu terlihat lesu dan garis kelelahan tersirat di wajahnya.     

Julian yang berniat ngerjain Qiara malah tertidur pulas akibat kelelahan dan tidur telat. Entah kenapa dia selalu berhasil tidur dengan nyenyak jika itu di samping Qiara. Padahal dia adalah sosok bisnisman yang kurang tidur bahkan susah memejamkan matanya bila malam hari tanpa bantuan obat tidur.     

"Julian ... Apa kamu sudah benar-benar tidur?" Tanya Qiara sambil mencolek - colek bahu Julian yang melingkari tubuhnya. Tidak ada respon dari Julian. Qiara pun terpaksa mencubitnya di wajah, di tangan serta di perutnya. Tapi, Julian tidak juga menunjukkan reaksi apapun.     

Merasa frustasi. Qiara pun menyerah dan membiarkan Julian tertidur di sampingnya. 'Tenang Qiara ... Kamu tudak akan hamil hanya dengan tidur bersama. Menurut google, jika alat kelamin wanita dan lelaki tidak bertemu, serta sperma lelaki tidak masuk ke dalam rahim wanita. Maka, itu tidak akan membuat orang hamil. Aku harus percaya itu.     

Sekarang aku harus memejamkan mataku agar segera tertidur. Ummm ... Karena tidak apa - apa aku akan tidur menghadapnya sambil memeluknya dan bersembunyi di dadanya. Sepertinya ini sangat nyaman dan wangi parfum Julian sangat enak sehingga aku merasa nyaman. Aku melihat adegan ini di drama Korea yang aku tonton tadi karena tidak bisa tidur. Aaaa ... Ternyata enak banget.' Batin Qiara sambil tersenyum gembira ketika menempelkan wajahnya di dada bidang Julian yang hangat. Qiara semakin merasa nyaman, saat Julian bergerak mengeratkan pelukannya. 'Kalau kata si mesum Mia ... Lelaki dewasa itu sangat menggoda. Juga,berada di pelukan lelaki ternyata sangat menyenangkan. Soal cinta urusan belakang, yang penting sekarang adalah menikmati wangi dan kehangatan tubuh lelaki mesum ini. Tidak apa aku mesum malam ini. He ... ' Setelah selesai membatin, Qiara memejamkan matanya lalu tertidur dengan nyenyak dalam keadaan berpelukan.     

Keesokan paginya. Tepatnya diwaktu subuh, Julian membuka matanya. Dia kaget ketika melihat Qiara tidur sambil memeluknya. 'Ummm ... Qiara! Apa aku tidak salah lihat? Dia memelukku? Tunggu! Bukannya semalam aku ingin ngerjain dia. Tapi, sepertinya aku tertidur dengan pulas sampai aku tidak menyadari dia memelukku dan membiarkanku tidur di sampingnya. Asalkan pas bangun dia tidak menangis atau beranggapan dia akan hamil karena tidur di sampingku.' Batin Julian sambil mencium kening Qiara. Matahari mulai menyinari bumi. Qiara dan Julian duduk berseberangan menikmati sarapan mereka. Qiara yang menyadari dirinya memeluk Julian sambil tidur itu, merasa malu dan tidak berani menatap Julian.     

Sementara itu, Julian tidak hanya fokus sama ponselnya untuk mengecek pekerjaannya.     

'Kenapa dia diam saja? Bukankah kami sudah tidur bersama semalam? Apa itu artinya dia mulai menerimaku?' Batin Julian tanpa melihat Qiara. Dia hanya berpura - pura mengecek pekerjaannya.Tidak lama setelah itu Julian selesai dengan sarapannya.     

"Hari ini guru bahasa Inggris mu datang lagi! Jadi, kamu harus menyambutnya. Dan , seriuslah belajar karena waktu tes nya tinggal beberapa hari lagi." Kata Julian sambil menyeka mulutnya dengan tisu.     

"Ummm ... Aku akan bekerja keras." Sahut Qiara sambil menganggukkan kepalanya tanpa melihat Julian karena ia masih merasa malu.     

"Bagus kalau begitu. Ya sudah, Aku akan berangkat sekarang!" Setelah mengatakan itu Julian bangkit dari duduk nya dengan sedikit grogi.     

"Um ..." Sahut Qiara yang masih menunduk malu. Setelah mendengar respon Qiara. Julian pun pergi meninggalkan ruang makan. 'Uhhh ... Kenapa rasanya pagi ini sangat panas ... Dan kenapa juga aku merasa agak canggung?' Batin Julian seraya melonggarkan dasinya sambil melangkah keluar menuju mobilnya.     

Sementara itu Qiara masih duduk di kursinya sampai seorang pelayan mengejutkannya.     

"Ny. Ju, apakah anda butuh sesuatu?" Tanya pelayan perempuan itu dengan ramah.     

"Aaa ... ? Ohh .. Enggak ada. Umm ... Kemana pelayan Mu? Biasanya dia yang melakukan semua ini?" Ucap Qiara seraya memandang pelayan wanita itu dengan ekspresi yang heran.     

"Ohhh ... Pelayan Mu semalam berangkat ke kota B. Dia diperintahkan bos untuk mengurus suatu pekerjaan. " Jawab pelayan itu.     

"Baiklah!" Setelah mengatakan itu Qiara kembali ke kamarnya untuk melakukan persiapan sebelum guru bahasa Inggris nya datang.     

Tidak lama kemudian. Sang Guru pun datang. Qiara menyambutnya dengan semangat karena dia benar-benar ingin lulus. Hari demi hari menjelang ujian. Qiara belajar dengan sangat serius walaupun sesekali dia merasa frustasi karena tidak faham dengan suatu materi. Namun, dia tidak ragu bertanya pada Julian ketika tidak mengerti. Julian pun mengajari Qiara yang sudah mengerti dengan sabar.     

Waktu berlalu begitu saja. Akhirnya Qiara menyelesaiakan ujian nya dengan baik bersama Orlin. Walaupun dia masih deg-degan dengan hasilnya.     

"Qiara ... Apa kamu mau langsung pulang? Oh iya, kamu pulang pakai apa?" Tanya Orlin ketika mereka baru keluar dari kelas.     

"Ummm ... Aku biasanya menggunakan taxi. Emang nya kenapa? " Tanya Qiara sambil tersenyum.     

"Ohhh ... Enggak apa-apa. Aku fikir kamu akan dijemput oleh Tuan Ju seperti waktu di restauran ku. He he .." Sahut Orlin sambil terkekeh.     

"Ha ha ... Lagi pula apa hebatnya sih,, bisa di jemput oleh Tuan Ju itu? Kemarin itu hanyalah sebuah kesopanan karena aku kerabat nya yang sangattt ... Jauh. Sekarang udah tidak lagi berhubungan." Jelas Qiara dengan sedikit gugup.     

"Ohhh ... Begitu. Ya sudah, aku mengerti kok. Oh iya, aku pulang duluan ya! Karena aku harus membantu Papa sama Mama ku di restauran. Bay Qiara ...!" Ucap Orlin sambil bergegas pergi meninggalkan Qiara dengan melambaikan tangannya.     

Qiara pun ikut melambaikan tanganya hingga Orlin masuk ke dalam taxi karena dia tidak di jemput oleh sopir Papanya. Sepeninggal Orlin. Qiara tidak memilih pulang karena dia merasa perlu untuk berkeliling melihat-lihat kampus itu lagi karena kemarin dia tidak bisa melihat semuanya karena terkendala beberapa hal.     

Tepat saat itu, Qiara mendengar suara piano dari dalam sebuah ruang musik yang ada di kampus itu. Suara musik itu diiringi oleh suara seseorang yang bernyanyi dengan sangat merdu. Karena penasaran. Qiara pun mengintip dari balik jendela. Ia pun langsung terpesona ketika melihat jari-jemari seorang lelaki dengan lihainya menekan-nekan not-not piano sehingga menciptakan nada-nada yang indah didengar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.