Istri Kecil Tuan Ju

Apa Kamu Mau Mati?



Apa Kamu Mau Mati?

0'Kenapa dia menatapku seperti itu? Apa dia marah aku panggil sayang? Gadis ini memang mengerikan. Tapi, dialah gadis yang tepat untuk dijadikan pacar bohongan.' Batin Natan sambil tersenyum membalas tatapan mengerikan dari Qiara.     

"Ada apa? Apa kamu mau mati?" Tanya Qiara dengan belepotan karena masih mengunyah makanannya. Tanpa mengatakan apapun Natan tersenyum lalu berbalik kearah teman-temannya.     

"Teman-teman! Kenalkan kalau ini pacar baruku!" Ucap Natan sambil menunjuk kearah Qiara.     

"Ukhuk ... Ukhuk ... " Mendengar itu Qiara langsung tersedak sambil memukul-mukul dadanya.     

"Apa kamu serius?" Tanya teman-temannya dan wanita yang berharap padanya. Semua pandangan orang tertuju pada sosok Qiara.     

"Aku serius demi nama orang tuaku" Sahut Natan sambil tersenyum licik. 'Rasain kamu gadis bar - bar ... Mulai hari ini kamu harus siap - diap di teror oleh para penggemarku. ' Batin Natan dengan puas karena berhasil menyulitkan Qiara.     

"Apa kamu gila? Yaaaa ... Sepertinya kamu mau mati." Teriak Qiara setelah meminum air putih di gelasnya seraya menatap sinis kearah Natan.     

"Umurku masih dua puluh satu tahun, itu artinya hidupku masih panjang. Jadi, bagaimana mungkin aku mau mati muda sayang." Jawab Natan dengan santai. Ia merasa tidak takut pada Qiara walaupun dia sudah tau bagaimana kehebatan Qiara.     

"Aku tidak perduli dengan usiamu. Tapi, jangan mencari masalah denganku jika kamu memang tidak mau mati" Ucap Qiara seraya menyeringai sinis kearah Natan.     

"Gila tuh cewek ... Natan dia lawan. Tidakkah dia merasa bahagia karena Natan menganggap nya sebagai pacar?" Kata salah seorang gadis yang sedang makan di kantin itu. Ia juga termasuk fans berat Natan. Mendengar perkataan gadis itu.     

Semua temannya yang mendengar semua itu pun langsung mengangguk. Karena mereka juga berharap bisa berada di posisi Qiara.     

"Aku memang suka mencari masalah. Oleh karena itu, kejar aku jika kamu memang ingin ... " Natan mundur beberapa langkah ketika mengatakannya, namun ia tidak bisa melanjutkan kata-katanya ketika ia berbalik hendak berlari, namun saat itu tanpa sengaja dia malah menabrak seorang gadis hingga keduanya terduduk di lantai.     

"Ha ha ... " Melihat Natan jatuh, semua orang terkejut lalu tertawa. Seketika itu Natan menjadi kesal sambil menahan rasa sakitnya.     

"Aarggg ... " Ringis gadis yang baru saja di tabrak Natan sambil mengusap pantatnya yang terasa ngilu.     

"Dasar banci mesum ... Pakai drama segala menabrak perempuan ..., " Ucap Qiara seraya menyeringai kepada Natan dan gadis yang dengannya bertabrakan.     

"Ha ha ha ... Natan, kenapa kamu begitu menyedihkan. " Kata teman-temannya yang tertawa melihatnya jatuh sambil meringis kesakitan.     

"Ya ampun My Natan ... Apa kamu tidak apa-apa?" tanya Siska yang baru saja tiba di kantin sembari mengulurkan tangannya.     

"Aku tidak butuh bantuan mu." Sahut Natan seraya berdiri sendiri. Setelah itu Natan menoleh kearah gadis yang masih mengusap pantatnya yang sakit.     

"Rena ... " Ucap Natan ketika mengenali kalau itu adalah Rena sang pelukis terkenal yang mengharumkan nama kampusnya. Mendengar apa yang di ucapkan Natan, Semua orang kembali menoleh kearah si cantik Rena yang menjadi salah satu bintang kampus yang penuh prestasi.     

Bahkan Qiara pun mengenalnya karena mereka memiliki bakat yang sama.     

"Wahhh ... Bidadari kampus ini sepertinya sudah kembali dari Prancis. Sepertinya, tuan putri dan pangeran kampus tahun ini akan jatuh pada Natan dan Rena." Kata Dava yang tidak lain adalah salah satu sahabat terbaik Natan.     

"Rena ... Apa kamu tidak apa -apa?" Lanjut Natan sambil menjulurkan tangannya kearah Rena yang masih terduduk di lantai.     

"Natan ... Kamu lagi - kamu lagi ... Bisakah kamu berhati -hati kalau mau balik badan? Atau, seenggaknya kamu kasih peringatan dulu padaku! Benar - benar tidak pernah berubah." Kata Rena dengan kesal sembari meraih uluran tangan Natan yang ingin membantunya berdiri.     

Mendengar Omelan Rena, Natan mengerinyit bingung. Namun dia segera bersikap manis untuk memadamkan amarah Rena, karena dia tau betul tempramen Rena yang tidak kalah mengerikan dari Qiara. Meski begitu, dia dan Rena sudah siling kenal satu sama lain.     

"Aku tidak pintar minta maaf. Tapi, aku benar-benar menyesal. Kamu jangan marah lagi! Nanti cantikmu luntur lagi!" kata Natan dengan lembut sembari merayu Rena. Semua gadis di kantin itu merasa iri setiap kali Rena dan Natan ngobrol. Karena hanya bersama Rena, Natan akan lepas landas tanpa penghalang.     

Mendengar gombalan Natan. Rena malah mengerinyit sambil menatap sinis kearah Natan.     

"Jhonatan Al Vero ... Apa kamu sedang sakit hah?" Tanya Rena sambil geleng-geleng kepala, setelah itu ia meninggalkan kantin dengan perasaan kesal.     

"Ada apa dengan Rena? Kenapa dia begitu serius? Apa dia lagi datang bulan? Tidakkah dia memberikan aku pelukan karena kami sudah lama tidak bertemu? Atau setidaknya dia menyapa semua orang karena baru kembali dari Prancis.     

"Aaarggg ... Entah kenapa semua cowok yang aku temui menyebalkan dan kurang ajar. Hatiku masih berkabung gara-gara penghianatan pacarku. Ditambah hari ini aku terjatuh dengan memalukan." Ucap Rena sambil mempercepat jalannya.     

Dari arah belakang, Qiara pun segera mengejar Rena karena dia adalah fans berat Rena. Natan pun, tidak tertarik untuk menahan Qiara karena dia tidak mau kena semprot Qiara. 'Kenapa para wanita zaman sekarang pada galak semua? Bagaimana kalau nanti mereka jadi istri? Tidakkah suami mereka akan kena serangan jantung karena setiap hari diteriaki dan diomeli. Semoga istriku kelak tidak seperti dua wanita kasar dan gila itu.' Batin Natan seraya menatap kesal kepada Qiara yang baru saja melewatinya.     

Dava tersenyum licin melihat Natan yang masih bengong. Ia pun mendekati Natan dengan tatapan sedikit cemas yang dibuat -buat nya.     

"Sepertinya Rena benar. Kalau kamu memang lagi sakit. " Kata Dava sembari menempelkan tangannya ke dahi Natan.     

"Yaaaaa ... ! Kamu fikir ini lucu? Singkirkan tanganmu dari dahiku jika kamu tidak mau menyesal!" Seru Natan dengan kesal, matanya kemudian menyipit.     

"Yaaa ... ! Apa kalian lihat dua wanita tadi? Ada apa dengan mereka? Apa penglihatan mereka rusak?" Lanjut Natan sambil menyipitkan matanya.     

"Lihat apa Natan?" Sahut Dava dan yang lainnya.     

"Melihat dua wanita gila tadi. Kalian tau kan kalau setiap wanita yang melihat apalagi dekat denganku pasti akan merasa bahagia dan bangga. Tapi, kenapa dengan dua wanita kasar tadi? " Jawab Natan dengan heran.     

"Ha ha ha ... Natan, kamu memang tampan dan populer serta salah satu bintang kampus. Tentu, tidak akan ada gadis yang tidak senang denganmu." Jelas Davis sambil terkekeh.     

"Kalau begitu, kenapa dua wanita itu tampak membenciku? Apa mereka cuma berpura - pura hanya untuk menarik perhatianku lalu membuatku penasaran? Apa begitu? " Lanjut Natan dengan ekspresi bingung setelah membuat kesimpulan sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.