Istri Kecil Tuan Ju

Merasa Bersalah!



Merasa Bersalah!

0"Kamu ... " Qiara hampir saja marah dan menagih janji Julian untuk tidak melewati batas. Namun, Julian menyelanya dengan alasan yang masuk akal.     

"Bisakah kamu menurunkan aku?" Tanya Qiara lagi dengan usaha terakhirnya.     

"Diamlah! Udara malam semakin dingin, jadi kita harus segera sampai ke kamar kita dengan cepat. Itulah sebabnya aku menggendong mu biar kita cepat sampai." Jelas Julian tanpa ekpsresi.     

Mendengar apa yang Julian katakan, Qiara cemberut, setelah itu ia terdiam dan membiarkan Julian menggendongnya dengan tenang.     

Sementara itu, Julian berusaha mengendalikan perasaan nya yang masih di kuasai oleh nafsunya. Terlebih ketika Qiara ada dalam gendongan nya. Rasanya ia ingin segera sampai di kamar kalau perlu dengan berlari agar ia segera berendam di air dingin untuk menenangkan nafsunya. Qiara merasa ada yang aneh dengan Julian. Ia tidak mendengarnya berkicau atau mengejeknya selama perjalanan menuju kamarnya.     

"Ini kamarmu! Jika kamu butuh aku kamu tinggal mengetuk pintuku di sebelah kamar mu. "Kata Julian setelah mereka sampai di depan kamar Qiara. Ia memang memesan dua kamar agar tidak memancing amarah Qiara.     

Tidak lama setelah itu, Julian pergi meninggalkan Qiara yang masih berdiri di depan pintunya.     

"Julian tunggu!" Seru Qiara seraya berjalan menghampiri Julian. Julian merasa kaget ketika melihat Qiara menyentuh tangannya. Karena dia tidak ingin melanggar janjinya atau memaksa Qiara untuk melayani nya, ia pun segera menyingkirkan tangan Qiara dari tangannya. Qiara pun segera menjauhkan tangannya dari Julian karena dia memang tidak sengaja.     

"Ada apa? Kenapa kamu belum masuk kamar?" Tanya Julian dengan ekspresi yang kacau karena dia berusaha menahan diri untuk tidak menyerang Qiara.     

"Apa kamu baik - baik saja? Kenapa tubuhmu seperti bergetar dan lemas begitu? Apa kamu sakit?" Tanya Qiara dengan penuh perhatian.     

"Jangan banyak tanya lagi! Lebih baik kamu segera masuk ke kamarmu sebelum kamu menyesal!" Kata Julian lagi sambil menggertakan giginya.     

"Tapi ... Kamu sakit ! Bagaimana mungkin aku membiarkanmu." Kata Qiara dengan perasaan tidak tega. Ia pun berniat menyentuh tangan Julian. Namun, Julian segera menyingkirkan tangannya dari Qiara.     

"Qiara ... Masuk!" Teriak Julian yang mulai kehilangan kesabaran nya. Qiara bergidik ngeri melihat ekspresi gelap Julian. Karena ia baru pertama kali melihat Julian semarah itu padanya. Apalagi sampai berteriak begitu.     

"Oke. " Jawab Qiara sambil berbalik kembali ke kamarnya lalu dengan segera ia masuk tanpa melihat Julian. Entah kenapa hatinya merasa sakit melihat Julian memarahinya seperti itu.     

'Kenapa hatiku sakit ya melihat Julian marah padaku? Ada apa? Memangnya aku punya salah besar sehingga ia begitu ngamuknya?' Batin Qiara seraya menyeka air matanya.     

Tidak lama setelah itu ia pun bersembunyi di balik selimut. Ia merasa panas dingin setiap kali mengingat ciuman romantis nya bersama Julian di pinggir pantai. Lelah bolak balik, Qiara pun tertidur dan terbang ke alam mimpi segera setelah ia memejamkan matanya. Malam pun segera berganti pagi.     

Dari sejak subuh tadi, Qiara mondar mandir berfikir keras untuk mengecek keberadaan Julian. Namun, ia ragu dan takut kalau Julian Akan marah lagi padanya. Karena masih merasa ngantuk, Qiara pun kembali tertidur. Pagi pun tiba, suara gemerisik arus laut yang tidak jauh dari area kamarnya membangunkan Qiara yang meringkuk di sofa nya.     

"Julian ..." Qiara tersentak bangun dari mimpi buruk di tidur singkatnya itu. Entah kenapa fikirannya langsung tertuju pada Julian. Ia pun melihat jam di ponselnya dan itu sudah menunjukkan jam 8 pagi.     

"Ya ampun! Aku ketiduran sampai jam segini. Tapi, kenapa Julian tidak membangunkan ku? Biasanya dia akan meneriaki ku jika aku bangun kesiangan habis subuh. Apa dia masih tidur? Atau dia benar - benar sakit!" Tanya Qiara pada dirinya sendiri dengan ekspresi heran.     

Setelah lelah bertanya - tanya, ia pun tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi. Sehingga ia berlari keluar menuju kamar Julian.     

"Selamat pagi Ny. Ju!" Sambut beberapa pelayan yang berjejer di depan pintunya dengan rapi.     

"Ohhh ... Astaga! Si ... Siapa kalian?" Tanya Qiara dengan ekspresi kaget.     

"Kami adalah pelayan yang bekerja di tempat ini." Jawab salah satu pelayan itu dengan ramah dan penuh hormat.     

"Ohh ... Jadi, kalian kenapa ada disini? Perasaan ku tidak pernah memanggil kalian?" Lanjut Qiara dengan heran.     

"Kami di perintahkan oleh Tuan Ju untuk melayani anda selama ada disini. Mulai dari sarapan dan makan malam anda. Serta, kebutuhan anda yang lainnya. " Jawab pelayan itu lagi. 'Kalau mereka adalah suruhan Julian. Itu artinya Julian sudah bangun. Tapi, kenapa dia malah tidak membangunkan ku seperti biasa? Tapi, kalau dia masih marah, tidak mungkin kan dia meminta pelayan untuk melayaniku?' Batin Qiara sambil memperhatikan para pelayan itu.     

"Aku akan ke kamar suamiku dulu." Kata Qiara seraya berjalan menuju kamar Julian.     

"Tuan Ju sudah berangkat jam 2 malam dini hari. Dia harus mengurus beberapa pekerjaan sebelum berangkat ke London. Katanya, anda bisa pulang dengan sopirnya kapan pun anda mau.     

"Mendengar penjelasan pelayan itu, Qiara terdiam di depan pintu kamar Julian. 'Apa? Dia pergi begitu saja tanpa pamit padaku? Apa ini sopan? Katanya dia orang dewasa, tapi kenapa seperti anak kecil begini. Saat marah malah melarikan diri lalu ngambek. Bukankah yang doyan ngambek adalah perempuan? Apa dia layak di sebut laki - laki?' Batin Qiara sambil menggigit bibir bawahnya dengan pelan, setelah itu ia mengepalkan tinjunya dengan kesal.     

"Ny. Ju. Apa anda mau sarapan dulu?" Tanya pelayan itu dengan pelan karena ia cukup takut melihat ekpsresi Qiara yang gelap ketika mendengar Julian meninggalkannya.     

"Saya ingin berjalan - jalan di sekitar pantai. Jadi, saya tidak ingin sarapan." Setelah mengatakan itu, Qiara pun segera pergi dan berlari menuju kearah pantai.     

Tidak lama setelah itu ia sampai di bibir pantai sambil menenteng sandalnya agar ia lebih mudah berjalan di pasir. Qiara berjalan sendirian, Pandangannya menerawang jauh, sejauh matahari yang mulai meninggi. Suara ombak di tengah laut, dan deburan ombak yang menghantam karang membuat hati Qiara merasa sedikit lebih baik.     

"Julian .... Aku benci padamu!" teriak Qiara kearah lautan. Setelah itu tenggorokanku tercekat oleh tangisnya yang tidak mengerti dengan perasaan yang ada untuk Julian. Ia merasa bersalah dan tidak terima ditinggal sendiri di tempat yang begitu jauh dari rumahnya.     

Setelah puas berada di pinggir pantai. Qiara pun segera kembali munuju ke kamarnya untuk mengambil ponsel nya lalu beres -beres dengan segera karena dia ingin cepat pulang melupakan tempat itu dengan kenangan dan kemarahan Julian yang semalam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.