Istri Kecil Tuan Ju

Pengumuman Hasil Ujian.



Pengumuman Hasil Ujian.

1"Wahhh ... Sepertinya akan ada drama yang sangat menghebohkan di kampus ini jika gadis itu lulus. Apapun itu, aku menantikannya. Heee ... Natan, Tunggu aku!" Kata Dava sambil cengengesan.     
1

Setelah itu, ia mengikuti Natan dengan patuh. Sementara itu di tempat menunggu pengumuman itu, Qiara dan Orlin benar - benar keringatan karena mereka tidak sabar menunggu jawaban dari hasil tes yang mereka lakukan dua minggu lalu.     

'Ya Tuhan ... Aku harus lulus!' Batin Qiara seraya menelungkupkan kedua tangannya dengan ekpsresi penuh harap. Karena jika dia lulus dia ingin meminta hadiah nya.     

"Qiara ... Apa kamu gugup?" Tanya Orlin yang juga gugup.     

"Iya. Aku biasanya tidak segugup ini. Bahkan waktu ujian Nasional pun, aku tetap biasa."Jawab Qiara.     

"Jelas kamu gugup. Karena ini kampus terbaik dan paling mahal di kota A. Oh ya, kamu dari keluarga kaya mana? Orang tuamu bisnis apa?" Mendengar pertanyaan Orlin, Qiara pun terdiam karena dia tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu.     

"Ahhh ... Itu ... " Qiara tidak jadi melanjutkan kata - kata nya ketika melihat layar di depannya yang mulai memunculkan nama calon mahasiswa yang lulus.     

"Qiara ... Pengumuman nya sudah muncul! Ayo lihat!" Teriak Orlin sambil menarik Qiara untuk berdiri lebih depan. Qiara terkejut karena kaget dengan suara teriakan Orlin. Namun ia tetap patuh mengikuti langkah Orlin untuk berdiri lebih depan.     

Tidak lama kemudian, semua nama peserta ujian yang lulus muncul di layar. Seketika itu terdengar suara riuh para peserta yang namanya ada di layar. Qiara semakin deg - degan sembari menelan ludahnya dalam - dalam. Ia yakin akan lulus karena ia merasa sudah menjawab dengan benar. Tapi, dia tetap saja tidak bisa tenang.     

"Aaaa ... Qiara ... Namaku ada di daftar. Mama dan Papa ku pasti senang. " Teriak Orlin dengan berjingkrak - jingkrak.     

"Iya selamat." Ucap Qiara dengan ekspresi yang masih tegang.     

"Ehhh ... Kok namamu tidak ada? Apa itu artinya kamu tidak lulus?" Tanya Orlin dengan bingung setelah memeriksa dari atas hingga bawah.     

Ekspresi Qiara langsung jatuh karena nama nya memang tidak ada. 'Yahhh ... Aku tidak lulus. ' Batin Qiara dengn cemberut.     

"Qiara sabar ya! Aku harap kamu tidak begitu kecewa dan tetap semangat. Karena masih banyak kok universitas yang murah dan cukup baik masih buka. Asal kamu tetap semangat!" Ucap Orlin yang mencoba menenangkan perasaan Qiara.     

"Enggak kok! Aku sudah biasa seperti ini. Sekali lagi selamat ya! Ya sudah, aku harus pulang duluan!" Setelah mengatakan itu, Qiara langsung pergi dengan perasaan sedih. Impiannya hancur sudah dan tidak ada yang tersisa lagi.     

Tidak lama kemudian, Qiara pun pulang ke rumah. Semua pelayan merasa bingung melihat Qiara yang tidak menyaut sama sekali ketika mereka sapa. 'Aku memang tidak berguna. Orang bodoh tetaplah bodoh. Bagaimana aku akan bicara sama Mama? ' Batin Qiara sambil meringkuk diatas tempat tidur nya sambil menangis.     

Di saat itu muncul wajah Julian dalam benaknya. Dia yang selalu ada saat dia butuh dan terpuruk. Namun, dimana Julian berada kini, dia tidak tau sama sekali Memanglah, waktu akan terasa berjalan lambat saat seseorang yang biasanya membersamai tiba - tiba tidak ada lagi di samping nya. benar-benar kehilangan seseorang. Hidup pun mulai terasa semakin kosong. Tak ada lagi tawanya, senyumannya, bahkan deru napasnya yang bisa terdengar di pekatnya malam mau pun kala pagi menjemputnya untuk segera berpisah. Bisa dikatakan kalau Qiara sekarang merasa kehilangan sosok Julian di hari-harinya, tentu itu menumbuhkan rindu di hatinya.     

"Julian ... " Ucap Qiara seraya menyeka air matanya. Setelah itu, ia bergegas keluar dari kamar nya menuju kamar Julian yang memang tidak di kunci. Dan kali ini adalah yang pertama kali nya dia masuk ke kamar Julian. Qiara memutar bola matanya melihat interior cantik dan kalem di kamar Julian. Tempat tidur yang rapi membuat Qiara merasa iri karena ia tidak serapi Julian. Meski pun sekarang ada pelayan yang akan senantiasa membersihkan kamarnya.     

Tepat saat itu, pandangan Qiara tertuju pada sebuah foto yang ada di atas meja dekat tempat tidur. Qiarapun mendekat lalu melihat foto itu. Seketika itu Qiara terkejut bukan main karena di foto itu ia melihat seorang gadis tersenyum dengan cantiknya, hatinya seamkin sakit saat melihat Julian tertawa di foto itu. Mereka tampak sebagai pasangan yang bahagia. Entah kenapa foto itu membuat hatinya ngilu. Ya, gadis di foto adalah Vania. Dengan bergetar Qiara melihat catatan di bawah foto yang bertuliskan "Love Forever".     

"Bukankah ini kak Vania? Apa dia adalah pacar Julian? Apa mungkin calon suami yang dia sering ceritakan padaku adalah Julian? Jadi, jika itu benar, itu artinya aku sudah menikahi calon suami kakak ku?" Ucap Qiara sambil bertanya-tanya pada dirinya seketika itu ia meneteskan air mata.     

Vania yang tidak pernah memberitahunya siapa nama calon serta seperti apa rupanya telah berhasil membuat Qiara bingung. Namun, kenyataan ini mebuat Qiara merasa kasihan sama Julian yang ternyata juga tersiksa. Orang yang harusnya dia nikahi meninggal, lalu demi cinta nya dia korbankan perasaan nya untuk menikahi Qiara.     

"Aaaaa ... Julian ... Kenapa kamu tidak menceritakan hal ini padaku? " Teriak Qiara sambil merosot ke lantai dengan menangis.     

"Julian Aku merindukanmu!" Lanjut Qiara disela tangisnya. Tanpa sadar, kata rindu bebas mengalir begitu saja. Tapi semua percuma sekarang. Julian sudah pergi tanpa kabar. Hal itu membuat Qiara semakin menyesali semuanya. Semua yang terjadi hingga ia membuat Julian marah besar. Lelah menangis. Qiara merangkak keatas tempat tidur, tidak lama setelah itu ia tertidur sambil memeluk guling yang biasa menemani Julian tertidur. Tidur di kamar Julian membuat Qiara bermimpi bertemu Mama nya karena dia memang butuh Mama nya untuk menceritakan hari yang sangat melelahkan hati nya ini.     

Dalam Mimpi Qiara" Dalam mimpinya, Qiara terlihat duduk di kursi taman yang ada di rumah Julian sambil menghayal.     

"Qiara ... ?" panggil sebuah suara yang membuyarkan lamunan nya. Iya pun segera menoleh kearah sumber suara.     

"Ya?" Sahut Qiara sambil tersenyum menatap Renata yang berdiri di belakangnya.     

Renata tersenyum dengan wajah cerah. Meskipun setelah itu wajahnya berubah sedih. Qiara tau kalau wajah Mama nya selalu seperti itu.     

"Kenapa kamu masih disini sayang? Bukanlah ini sudah saatnya, kita pergi." Kata Renata.     

"Ma ... Aku tidak bisa pergi karena aku harus menunggu suamiku." Jawab Qiara sambil tersenyum.     

"Sayang ... Tolong sadar! Kamu sudah di ceraikan oleh Julian. Jadi, kamu tidak boleh berada disini." Jelas Mama dengan ekspresi sedih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.