Istri Kecil Tuan Ju

Hanya Mimpi.



Hanya Mimpi.

0"Sayang ... Tolong sadar! Kamu sudah di ceraikan oleh Julian. Jadi, kamu tidak boleh berada disini." Jelas Mama dengan ekspresi sedih.     

"Ma ... Jangan bilang begitu! Julian akan datang menjemputku. Makanya aku tunggu dia." Kata Qiara dengan keras kepala.     

"Sayang ... Julian sudah pergi. Pagi tadi dia berangkat ke London. Jadi, sebelum kamu mempermalukan dirimu, sebaiknya kamu segera pergi bersama Mama!" Lanjut Renata sambil menarik lengan Qiara.     

"Mama ... Tidak bisakah Qiara menunggu sebentar lagi untuk bertanya langsung padanya?" Teriak Qiara seraya menarik lengannya lagi dari tangan Mama nya.     

"Aahhh ... " Renata meringis ketika Qiara menjauhkan tangannya dari lengan Qiara.     

"Qiara ... Apa yang kamu harapkan sayang? Julian sudah menikah lagi dan sekarang dia hidup bersama istrinya di London. " Lanjut Renata lagi dengan sinis. Ia terpaksa meninggikan suaranya agar Qiara bisa cepat sadar.     

Mendengar perkataan Mama nya. Hati Qiara pun langsung hancur. Hatinya remuk mendengar semuanya berakhir begitu tragis seperti ini, karena kata menikah lagi seperti bencana buat Qiara karena ia tidak pernah membayangkan akan menjadi janda di saat usia nya masih muda.     

"Ini gak mungkin. Julian bukan orang yang begitu Ma. Dia tidak mungkin menikah lagi dan meninggalkan Qiara. Pokoknya Qiara ingin bersamanya sampai menutup mata.     

"Qiara mulai histeris karena tidak bisa menerima kenyataan buruk itu.     

"Tidak mungkin .... " Suara teriakan Qiara di dalam mimpi membuatnya terkejut sehingga ia terbangun dari tidurnya dengan berlinang air mata.     

"Hei ... Apa kamu mimpi buruk?" Suara itu membuat Qiara yang baru saja tersentak dari mimpi buruk nya itu kaget dan langsung mendongak ke arah orang yang duduk di sampingnya yang tertidur.     

"Julian ....?" Ucap Qiara. Tanpa mengatakan apapun lagi, Qiara langsung bangun lalu memeluk Julian dengan erat. Seketika itu Julian terkejut dan hampir jatuh dari tempat tidurnya.     

"Jangan lakukan ini padaku! Aku gak mau! Tolong!" Ucap Qiara berulang kali sambil menangis di bahu Julian.     

"Qiara kamu kenapa? Kamu mimpi apa tadi? Ceritakan!" Kata Julian dengan lembut.     

Qiara hanya bisa menangis tanpa mengatakan apapun. Julian pun memberikan Qiara waktu untuk menumpahkan semua tangisnya sebelum dia mau bercerita dengan tenang.     

Tidak lama kemudian. Qiara melepas pelukannya lalu menatap Julian dengan heran sekaligus malu sebab dia ketahuan tidur di kamar Julian. 'Ternyata ini hanya mimpi. ' Batin Qiara sambil bernafas lega disela tangisnya.     

"Kenapa kamu bisa ada disini? Katanya kamu akan pergi lebih dari sebulan? " Tanya Qiara dengan heran.     

"Urusanku sudah selesai, makanya aku pulang. " Jelas Julian sambil tersenyum.     

"Oh ..." Sahut Qiara sambil menunduk malu.     

Julian ingin menanyakan banyak hal dan memberikan sesuatu pada Qiara. Namun, ia merasa ini belum waktunya. Karena yang penting sekarang adalah membuat mood Qiara kembali.     

" Ummm ... Apa kamu rindu masa SMA mu yang baru saja berlalu?" Pertanyaan Julian membuat Qiara mendongak kearahnya dengan bingung.     

"Apa maksudmu?" Tanya Qiara.     

"Begini ... Sesuatu yang membuat kita seperti kembali kemasa kita masih sekolah dulu. Apa kamu pernah dihukum karena tidak mengerjakan tugas dulu atau saat kamu membolos?" Jelas Julian seraya bertanya sesuatu yang ada di masa itu.     

"Tentu aku pernah melakukannya. Malah, sudah menjadi kebiasaan buatku. Memang nya kenapa?" Kata Qiara dengan cemberut.     

"Ohhh ... " Sahut Julian seraya memperlihatkan sebuah video kepada Qiara.     

"Ehhh ... Bukankah itu Vidio game terbaru? Tapi, apa yang ingin kau lakukan dengan Vidio game ini?" Kata Qiara dengan heran. Namun, ada raut wajah bahagia di matanya ketika melihat sesuatu yang berbau game.     

Julian tau betul apa yang bisa membuat Qiara senang dalam waktu yang singkat.     

"Tentu untuk memainkan semua games ini bersamamu Qiara" Jawab Julian sambil berkedip.     

Mendengar jawaban Julian, Qiara menatapnya dengan ekspresi aneh. Karena Julian selalu melakukan hal yang membuatnya terkejut. 'Apakah Julian memiliki kepribadian ganda? Kenapa sikapnya mudah sekali berubah? Kemarin dia marah-marah sampai tidak pernah ngabarin. Tapi, sekarang dia malah terlihat sangat baik dan bersahabat.' Batin Qiara seraya menatap lekat bola mata Julian.     

"Qiara kenapa kamu diam saja? Apa kamu tidak mau bermain denganku?" Tanya Julian.     

Seketika itu Qiara terkejut dari lamunannya.     

"Ahhh ... Iya. Aku mau kok bermain. Kalau begitu ayo kita main di luar!" Setelah mengatakan itu Qiara pun bergegas turun dari tempat tidur lalu berlari keluar dari kamar Julian.     

Melihat gelagat istri kecilnya itu. Julian pun tersenyum lalu melepas jas nya dan pergi menyusul Qiara kemudian. Seharian mereka menghabiskan waktu bersama dengan memainkan semua games yang Julian bawa. Seperti biasa, saat bersama Qiara, Julian selalu merasa bahagia sampai melupakan hal lain di dunianya yang kejam. Penuh intrik dan kecurangan serta kelicikan dalam dunia bisnis adalah makanan keseharian yang sangat dia tidak suka. Ia benar - benar membenci orang - orang yang seperti itu. Seperti mimpi yang menjadi nyata setelah kematian Vania, hari ini ia bisa tertawa lepas dengan tingkah lucu dan perkataan konyol Qiara.     

"Apa kamu ingin melihat festival musim panas di Korea Selatan?" Tanya Julian ketika mereka sudah lelah bermain lalu merebahkan diri di depan layar yang masih berputar -putar dengan game yang baru selesai mereka mainkan.     

"Kenapa kamu tiba - tiba bertanya begitu?" Tanya Qiara balik sambil memiringkan kepala nya kearah Julian yang tertidur di sebelahnya.     

"Aku hanya ingin memberikanmu hadiah karena hari ini pengumuman mu." Jawab Julian sambil memiringkan tubuhnya agar menghadap kearah Qiara.     

"Tapi .... Aku tidak lulus. " Kata Qiara sambil menunduk sedih.     

"Wahhh ... Pas banget. Kalau begitu kamu harus liburan agar kamu bisa melepas penat di hatimu. Baiklah, besok kita akan berangkat ke Korea Selatan." Kata Julian sambil duduk kembali dan bertepuk tangan.Qiara mengangkat alisnya karena merasa bingung dengan sikap Julian yang seperti sangat bahagia melihat Qiara tidak lulus.     

"Bagaimana menurutmu? Apakah ide ku bagus?" Lanjut Julian seraya menatap Qiara penuh arti. "Aaaa ...? Aku ... Ummm ... Tunggu! Kenapa kamu terlihat bahagia mendengar kabar kalau aku tidak lulus? " Tanya Qiara balik sambil duduk menghadap Julian dengan bingung. Julian sudah menduga kalau Qiara akan bertanya seperti itu. Ia pun tersenyum sambil mengangkat dagu Qiara.     

'Tunggu ...! Apa yang ingin dia lakukan? Kenapa dia menatapku seperti ini? Aku merasa jantungku tidak bisa terselamatkan lagi. Apa dia ingin menciumku lagi seperti tempo hari? Ahhh ... Mama, apa yang harus aku lakukan? Tubuhku sepertinya mengharapkannya.' Batin Qiara sambil mengedip-ngedip kan matanya dengan gemetar.     

"Kamu adalah istriku, kebahagiaanmu adalah yang utama. Oleh karena itu aku ingin membawamu liburan ke Korea mumpung akan ada festival musim semi disana. Semua karena aku ingin kamu bahagia." Jelas Julian setelah mengecup bibir Qiara sekali karena Julian merasa rindu sama istri kecil nya itu. Mata Qiara berkaca - kaca ketika mendengar kata - kata Julian yang sangat pengertian dengan perasaan nya.     

Kemarin Jepang, sekarang Korea. Ia juga menyukai Korea karena merasa penasaran dengan cerita Mia yang katanya Korea itu sangat indah, tidak hanya wisatanya, tapi warganya yang tampan dan cantik.     

"Hei .. Jangan nangis lagi! Kalau kamu tidak mau berangkat ya gak apa - apa. Aku bisa mengikuti apa mau mu." Lanjut Julian yang mulai Khawatir melihat tatapan Qiara yang berkaca - kaca. Qiara langsung menggelengkan kepalanya sambil menyeka satu bulir air mata yang jatuh tak tertahan dari mata nya.     

"Aku mau kok liburan ke Korea. Tapi, lain kali kamu harus membawaku liburan keliling Indonesia, baru aku akan memaafkanmu atas keslahan mu meninggalkanku sendiri tanpa pamit kemarin. Terlebih ketika kamu tidak pernah memberikan kabar padaku selama dua minggu. Aku marah padamu." Ucap Qiara dengan sinis.     

Julian tersenyum mendengar apa yang Qiara katakan. Ia mengartikan protesan Qiara sebagai kabar baik kalau Qiara mulai menerimanya.     

"Kenapa kamu tersenyum mencurigakan begitu? Apa ada yang lucu? Atau, kamu berfikir aku konyol?" Lanjut Qiara seraya menyeringai kearah Julian.     

"Tidak. Aku hanya senang karena seperti nya kamu sudah merasakan rindu padaku. Tapi, baiklah! Aku akan membawaku kemana saja kamu mau asal kamu mau memaafkan ku. " Jelas Julian sambil tersenyum.     

"Ha ha ha ... Kamu terlalu banyak berfikir. Bagaimana mungkin aku bisa merindukanmu? Aku malah merasa bebas kamu tidak ada. Dengan begitu tidak akan ada yang mengatur dan menggangguku." Sahut Qiara dengan judes.     

"Masak kamu tidak rindu? Kalau begitu kenapa kamu protes tadi? Apa itu cuma omong kosong atau apa?" Kata Julian yang mulai memancing kejujuran Qiara.     

Walaupun dia bisa menebak apa yang Qiara fikirkan dan rasakan. "Sudah ah ... Aku tidak mau bicara dengan mu. Lebih baik aku mandi agar kepala dan tubuhku segar kembali dari pada mendengarkan ocehan mu." Kata Qiara dengan ketus sambil bangkit dari duduknya.     

Namun, tangannya di tarik oleh Julian sehingga ia jatuh tepat di pangkuan Julian.     

"Ahhh ... " Qiara tekejut ketika tangannya di tarik. Terlebih ketika ia menyadari kalau tubuhnya jatuh di pangkuan Julian. Dengan segera Julian memeluk pinggang Qiara seraya menatapnya dengan lembut, Seketika itu jantung Qiara berdebar - debar tidak karuan. Ia pun menjadi salah tingkah. 'Ya ampun ... Jantungku rasanya mau copot. Ada apa ini? Kenapa aku gugup dan situasinya sangat canggung begini. Ahhh ... Dia memang pandai membuatku salah tingkah.' Batin Qiara sambil mengedipkan matanya berulang kali ketika tatapan nya beradu dengan tatapan Julian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.