Istri Kecil Tuan Ju

Terimakasih!



Terimakasih!

0Mendengar jawaban Julian. Qiara pun langsung memeluk Julian sambil menangis karena terharu. Ia benar-benar tidak menyangka kalau namanya ada di urutan pertama dengan nilai tertinggi. Terlebih ini di universitas bergengsi dan terbaik yang ada di kota A.     

Julian pun kaget melihat Qiara yang tiba - tiba memeluknya dengan antusias dalam keadaan Qiara yang belum mengenakan satu pakaian pun. Meski begitu, Julian menahan diri agar tidak tergoda lagi sehingga ia hanya menepuk-nepuk bahu Qiara dengan pelan.     

"Julian ..." Panggil Qiara seraya mengeratkan pelukannya.     

"Ummm ... ?" Sahut Julian seraya menunggu apa yang ingin dikatakan Qiara.     

"Terimakasih karena kamu sudah mau mengajariku dengan sabar! Aku akan belajar dengan lebih rajin lagi. Tapi, ini artinya aku akan tinggal di Asrama kan?" Ucap Qiara seraya melepas pelukannya, setelah itu ia menatap Julian penuh arti.     

Tepat saat itu suara ponsel Julian berdering. Seketika itu mereka pun kaget oleh bunyi suara itu.     

"Kenapa tidak angkat?" Tanya Qiara dengan heran ketika melihat Julian tidak beranjak sedikit pun dari tempatnya untuk mengambil ponselnya yang terus berdering.     

"Haruskah aku angkat? Bukankah aku lagi bicara denganmu?" Tanya Julian balik sambil tersenyum kearah Qiara.     

"Tuan Ju yang terhormat. Katanya anda itu orang penting, sudah tentu orang yang menelpon anda adalah orang penting. Jadi, sebaik nya anda angkat sekarang sebelum anda menyesal!" Seru Qiara dengan tatapan sinis.     

"Oke." Jawab Julian. Setelah itu ia pun beranjak dari tempatnya, tidak lama kemudian ia mengambil ponselnya yang berada di dalam saku celananya. Sebelum menggeser icon warna hijau itu. Julian mengerutkan keningnya melihat ID pemanggil yang lengkap dengan fotonya itu. Ia pun melirik Qiara sambil menarik nafas.     

Setelah itu ia pun menggeser icon berwarna hijau di ponsel nya.     

"Hallo ... Selamat pagi Kakak Julian ku yang terbaik!" Suara centil dan manja dari seberang telpon terdengar di telinga Julian.     

Selagi Julian sedang bicara dengan seseorang yang berada di seberang telpon. Qiara pun sibuk menutup tubuhnya dengan selimut. Lalu berdiri hendak menuju kamar mandi. Meskipun ia masih merasa perih di bagian tertentu tubuh nya. 'Ahhh ... Perih banget. Ternyata benar apa yang aku baca dan lihat di YouTube. Rasanya sakit banget, seakan seluruh urat sarafku putus pada saat itu juga. Tapi, aku menikmatinya karena aku merasa seakan melayang dengan perasaan yang tidak mampu aku Jelaskan. Aduhhh ... Kenapa sekarang aku ikut - ikutan mesum sih ? Sekarang, aku lebih baik membersihkan diriku!' Batin Qiara seraya bersandar di pintu dalam kamar mandi setelah ia menutupnya kembali.     

Julian hanya melirik Qiara sebentar sampai ia menghilang di balik pintu kamar mandi. Setelah itu ia kembali dengan orang yang sedang mengajak nya bicara di telpon.     

"Pagi. Ada apa kamu menelpon pagi - pagi begini?" Sahut Julian tanpa ekspresi.     

"Ya ampun ... Si gunung es ternyata belum juga mencair. Padahal, sudah lama kita tidak bicara. Tidakkah kamu merindukanku?" Kata gadis itu sambil tersenyum.     

"Apa kabar Sherly?" Kata Julian mengalihkan pembicaraan. Ia tidak suka saat Sherly mulai berlebihan atau melampaoi batas.     

"Kakak ... Kenapa kamu kaku sekali bertanya nya? He he ... Ya sudah. Kabarku baik, bagaimana denganmu?" Kata Sherly lagi tanpa meninggalkan tawa renyah nya.     

"Baik." Jawab Julian tanpa ekspresi.     

"Aisss ... Selalu begitu. Oh iya, kata kak Jasmin. Kamu ada di Korea ya? Tepat nya di Jeju. Apa itu benar?" Lanjut Sherly.     

"Iya." Jawab Julian dengan singkat. Sherly pun merasa semakin geram dengan sikap Julian yang sangat dingin padanya.     

Sementara itu Julian berjalan menghampiri jendela, lalu berdiri di depan jendela itu seraya membukanya untuk menikmati udara segar.     

"Wahhh ... Kebetulan sekali. Aku juga sedang berada di Jeju. Bagaimana kalau kita makan bersama? Aku sudah sangat merindukan mu. Jadi, penuhilah permintaanku yang ingin sekali bertemu dengan kamu. Ya ya ya ya, plisss ... !" Ucap Sherly seraya memohon. Julianpun terdiam sejenak.     

Setelah itu ia melirik kamar mandi untuk memastikan apakah Qiara sudah keluar apa belum. Tapi, ternyata Qiara belum keluar.     

"Kakak Julian ... Ayolah! Jangan tolak aku! Nanti kalau aku sedih, apa kamu mau tanggung jawab?" Rengek Sherly lagi saat Julian tidak memberikannya respon apa pun.     

"Baiklah. Tapi, dimana?" Julian akhirnya mengingatkan permintaan Sherly karena dia ingin menghargai Papa nya Sherly yang bersahabat dengan Papa nya sedari mereka masih kecil.     

"Di tempat biasa jam 9 pagi ini! Aku akan menyiapkan makanan kesukaanmu sembari menunggu bagaimana!" Jawab Sherly lagi dengan antusias.     

"Aku mengerti!" Ucap Julian. Setelah itu ia menutup telpon nya tepat saat ia melihat Qiara keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah.     

"Ada apa kamu memandangku seperti itu? Apa aku ini hantu!" Tanya Qiara seraya mengeringkan rambutnya.     

"Khem ... Aku akan mandi. Karena sebentar lagi kita akan sarapan bersama temanku. " Jawab Julian sambil berdehem menahan dirinya dari pesona Qiara yang baru keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah.     

"Ya sudah. Mandi saja, kebetulan sekali aku sudah lapar. Jadi, jangan lama - lama!" Sahut Qiara seraya menghampiri cermin untuk menyisir rambutnya.     

"Ummm ... Apa kamu baik - Baik saja? " Tanya Julian yang berbalik lagi setelah melangkah menuju kamar mandi.     

"Ohhh .. Astaga ... Kenapa kamu mengagetkanku? Bukankah kamu tadi sudah masuk kamar mandi? Lalu, kenapa kamu tiba-tiba ada di dekatku?" Tanya Qiara dengan ekspresi kaget.     

"Tadi, aku lupa nanya makanya aku balik lagi. " Jawab Julian seperti orang linglung.     

"Memangnya kamu mau tanya apa? " Kata Qiara lagi menanyakam hal yang ingin di tanyakan Julian.     

"Ummm ... Begini. Itu, anu mu ... Itu ... Apakah baik-baik saja?" Tanya Julian dengan hati-hati karena dia sangat takut akan membuat Qiara marah.     

Mendengar pertanyaan Julian. Qiara menghentikan menyisir rambutnya. Ia terdiam terlebih dahulu untuk memahami kemana arah pertanyaan Julian.     

"Anu mu? Apa? Kamu sebanarnya mau tanya apa? Kalau ngomong yang jelas dong!" Kata Qiara lagi ketika ia tidak berhasil menemukan maksud Julian yang sebenarnya.     

Melihat ekspresi Qiara yang mulai penasaran sehingga ia begitu mudah kesal. Julian pun menarik nafas dalam sebelum ia melanjutkan kata-katanya.     

"Ummm ... Semalam, aku rasa sangat kasar pada mu. Jujur, itu untuk pertama kali nya juga buatku. Juga, semalam aku tidak mau mendengarmu ketika kamu mengerang kesakitan sampai menjambak rambutku ... Jadi, yang ingin aku tanyakan apakah bagian yang itu baik - baik saja?" Jelas Julian mencoba memberikan pemahaman pada Qiara tentang tujuan dari pertanyaan nya itu.     

Mendengar penjelasan Julian. Qiara langsung mengerti apa yang Julian maksud. Seketika itu tatapan nya langsung menyala dengan ekspresi yang gelap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.