Istri Kecil Tuan Ju

Ceraikan Suamimu!



Ceraikan Suamimu!

"Aku juga tidak suka tempat ini. Ya sudah, tunggu aku sebentar lagi! Aku akan keluar sekarang!"     
1

Setelah mengatakan itu Qiara pun menutup telpon nya tanpa menunggu apa yang akan di katakan Julian selanjutnya.     

Tidak lama setelah itu ia keluar dari toilet. Namun, langkah nya di halangi oleh tiga perempuan yang tidak lain adalah teman Sherly yang sudah cukup lama menunggu nya. Qiara terdiam sejenak. Dia ingin mengatakan minggir dalam bahasa Korea tapi dia tidak bisa. Akhirnya dia menggunakan bahasa Inggris.     

"Permisi! Saya mau lewat!" Ucap Qiara dengan susah payah. Dia masih mengingat apa yang Julian pernah ajarkan padanya. Namun, tiga wanita itu tetap tidak memberinya jalan. Qiara ke kiri, dia ikut ke kiri. Qiara ke kanan mereka pun ikut ke kanan.     

"Apa kamu takut?" Mendengar pertanyaan itu yang di ucapkan dengan bahasa Indonesia yang fasih. Qiara pun mengerti kalau tiga wanita itu adalah orang Indonesia. Tadi nya dia hanya menunduk sehingga ia tidak memperhatikan dengan jelas raut wajah ke tiga wanita itu yang khas Indonesia.     

"Apa kalian punya masalah denganku?" Tanya Qiara sambil menyulangkan kedua tangannya ke dada.     

"Dasar jalang ... Berani nya kamu menatap kami seperti itu. Tidakkah kamu takut sama tampang kami ini?" Kata salah satu dari tiga perempuan itu. Mendengar apa yang dikatakan salah satu dari tiga perempuan itu. Qiara mengepalkan tinjunya.     

'Aku biasanya tidak akan emosi jika tidak di pancing. Tapi, aku harus menahan emosi ini karena aku tidak lagi di negara ku. ' Batin Qiara seraya menarik nafas.     

"Maaf! Saya tidak mengenal anda. Juga, saya harus pergi karena suami saya sudah menunggu." Kata Qiara dengan sopan.     

"Ha ha ... Kamu bilang lelaki tadi adalah suamimu? Apa tidak salah? Dengerin ya! Lelaki yang datang denganmu tadi adalah calon suami temanku pada awal nya. Jadi, lebih baik kamu tinggalkan suamimu agar kamu tidak berurusan dengan kami saat di Indonesia nanti. " Jelas perempuan itu seraya mendekat secara perlahan ke arah Qiara.     

Untuk sesaat. Qiara tidak menunjukkan siapa dirinya. Dia mundur beberapa langkah seakan dia ketakutan.     

"Katakan Iya! Kamu harus menceraikan suamimu! Jadi, telpon suamimu sekarang dan katakan kalau kamu tidak ingin hidup bersama nya lagi! Cepat!" Teriak perempuan itu seraya menunjukkan wajah sangar nya.     

"Ahhh ... Sepertinya kamu harus diberikan pelajaran dulu baru kamu bisa mengerti siapa kami. " Setelah mengatakan hal itu.     

Sang perempuan tadi langsung mengangkat tangan kanannya untuk menampar Qiara. Namun, tanganya langsung di pegang oleh Qiara dengan kuat.     

"Yaaaa ... Lepaskan tanganku! Apa kamu mau melawanku? " Teriak perempuan itu dengan kesakitan karena Qiara memelintir tangannya setelah ia menangkap nya.     

"Aku sudah sabar menghadapi kalian. Tapi, kalian malah ngelunjak. Dengerin ya! Aku tidak akan pernah bercerai dengan suamiku. Katakan pada temanmu itu, jika dia ingin mengambil suamiku maka dia harus berhadapan langsung denganku." Ucap Qiara seraya melempar tangan perempuan itu dengan kasar.     

"Ahhh ... " Perempuan itu pun meringis kesakitan setelah tangannya di lempar.     

"Buat dia menyesal telah melakukan ini padaku!" Seru perempuan itu pada dua teman nya yang sedari tadi diam.     

"Oke. Serahkan dia pada kami!" Sahut dua teman nya itu. Setelah mengatakan itu, mereka berdua pun langsung berjalan menghampiri Qiara yang terlihat tenang dan tidak takut sedikit pun.     

"Hyaakkk ... " Mereka pun langsung menyerang Qiara. Seketika itu Qiara menendang perut mereka secara bergiliran. Mereka pun langsung terkapar di tempat sampah yang ada di toilet itu.     

"Auhhh .. " Ringis dua perempuan itu sambil memegang tubuhnya yang kesakitan. Melihat kedua teman nya terkapar di lantai. Teman Sherly yang sok itu pun menciut.     

"Ayo pergi!" Kata perempuan itu mengajak dua temannya kabur karena ia merasa ngeri melihat ekspresi Qiara yang menakutkan. Mereka berdua pun berusaha bangun lalu segera berlari keluar dari toilet sambil memegang perut mereka yang kesakitan.     

"Aisss ... Dasar sampah. Mereka hanya berani menggertak, tapi mereka sebenarnya hanyalah cacing tanah yang tidak berguna." Ucap Qiara seraya memperbaiki pakaian nya yang berantakan.     

Setelah itu ia pun segera keluar. Tepat saat itu ia berhenti saat Sherly menatap nya dengan tatapan tajam. Perang mata pun terjadi seakan mengalir listrik dari tatapan mengerikan itu. 'Siapa pun kamu, aku tidak akan membiarkanmu memiliki Kakak Julian selama nya. Akan aku pastikan kalau Kakak Julian akan kembali padaku.' Batin Sherly.     

'Perempuan tidak penting.' Batin Qiara. Setelah itu ia pun pergi meninggalkan tempat itu. Tidak lama setelah itu, ia pun segera masuk di mobil dengan cemberut. Tiga teman Sherly tidak terlihat karena mereka bersembunyi di suatu tempat untuk menghindari amukan Sherly.     

"Kenapa kamu lama sekali? Apa terjadi sesuatu?" Tanya Julian dengan heran.     

"Ada cacing mengerikan di sana. Jadi, aku harus mengurusnya sebelum keluar." Jawab Qiara dengan raut wajah kesal.     

"Cacing? Bagaimana bisa ada cacing di tempat makan semewah ini? Apalagi, ini tempat makan sangat mengutamakan kebersihan." Kata Julian dengan bingung.     

Mendengar Julian terus-terusan bertanya, Qiara mulai geram. Ia pun langsung menoleh kearah Julian.     

"Mau sampai kapan kamu bertanya? Aku kelaparan." Kata Qiara seraya menggertakan gigi nya.     

"Baiklah! Kita akan ke tempat makan yang lain." Sahut Julian seraya menyalakan mobil nya.     

"Gitu dong! Jangan bikin orang tambah emosi. " Lanjut Qiara seraya kembali menatap kearah depan.     

Tidak lama setelah itu, mobil Julian meninggalkan area parkir di tempat makan itu. Sementara itu di depan pintu masuk, Sherly berdiri sambil memperhatikan mobil Julian yang sudah mulai menjauh. 'Sial ... Aku sudah mengatur hari ini dengan sangat baik. Tapi, harus kacau oleh gadis udik itu. Tapi, kenapa kakak Jasmin tidak memberitahuku kalau Kakak Julian sudah menikah? Apa mungkin dia tidak tau?' Batin Sherly dengan raut wajah kesal.     

Setelah membatin, Sherly pun segera berjalan menuju parkiran.     

"Sherly ... ?" Mendengar namanya di panggil. Sherly pun langsung menoleh. Seketika itu dia terkejut melihat tiga temannya menahan sakit.     

"Ada apa dengan kalian? Juga, Kenapa dia keluar dengan santai? Apa kalian tidak jadi mengurusnya? Atau kalian takut jika Julian tau apa yang akan kalian lakukan? Tidakkah kalian percaya kalau aku akan bertanggung jawab atas perbuatan kalian? " Tanya Sherly dengan raut wajah gelap.     

Melihat ekspresi Sherly yang seperti hewan buas yang siap memakan mangsanya itu.Membuat mereka bertiga bergidik ngeri.     

"Yaaa ... Jawab! Katakan kenapa dia masih terlihat baik - baik saja! Sementara kalian seperti kesakitan begini?" Tanya Sherly lagi dengan semakin kesal karena ke tiga teman nya hanya menunduk tanpa memberinya jawaban.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.