Istri Kecil Tuan Ju

Hari Terakhir Di Jeju



Hari Terakhir Di Jeju

0"Yaaa ... Jawab! Katakan kenapa dia masih terlihat baik - baik saja! Sementara kalian seperti kesakitan begini?" Tanya Sherly lagi dengan semakin kesal karena ke tiga teman nya hanya menunduk tanpa memberinya jawaban.     

"Kami sudah mengurus dan mengancam nya. Kami juga memintanya untuk menceraikan suaminya. Tapi, dia tidak mau lalu memukul kami balik." Jelas salah satu temannya dengan ekspresi ketakutan akan mendapat murka Sherly.     

"Apa? Satu orang malah kalah dengan dua orang? Bagaimana mungkin? Ternyata kalian memang payah." Ucap Sherly dengan kesal. Setelah itu ia pun segera masuk ke mobilnya dengan raut wajah kesal.     

"Sherly ... Tunggu! Jangan tinggalkan kami disini!" Teriak salah seorang teman nya sambil mengetuk-ngetuk kaca mobil Sherly.     

"Cepat masuk! Sebelum aku tinggal kalian semua!" Kata Sherly setelah menurunkan kaca mobil nya.     

"Terimakasih Sherly!" Setelah mengucapkan itu, mereka bertiga bergegas untuk naik ke mobil Sherly sebelum Sherly berubah fikiran.     

Tidak lama kemudian, mobil Sherly meninggalkan rumah makan itu. Waktu berlalu begitu saja. Setelah sarapan. Julian dan Qiara pun kembali melanjutkan jalan-jalan nya sampai puas. Karena ini adalah hari terakhirnya di Jeju karena Julian harus segera kembali bekerja.     

Keesokan paginya di Jeju. Waktu menunjukkan pukul 04:00 pagi. Qiara terbangun dengan penglihatan yang sedikit kabur. Setelah pandangan nya cukup Jelas. Qiara pun menggeliat. Tepat saat itu Qiara merasa ada yang berat di perutnya. Seketika itu ia melihat tangan Julian melingkar di perutnya. Qiara lagi-lagi terkejut dan langsung menoleh melihat wajah Julian dari balik cahaya remang-remang karena di luar masih gelap.     

'Ternyata lelaki yang katakanya suamiku ini sangat tampan. Pantas saja wanita gila itu menginginkannya.' Batin Qiara sambil membelai wajah Julian dengan tangan yang sedikit gemetar karena ragu. Sebab jika Julian tau, maka dia pasti di ejek habis-habisan. Setelah puas menatap wajah Julian. Qiara pun dengan pelan menyingkirkan tangan Julian.     

Setelah itu ia segera beranjak dari tempat tidur. Namun, tangannya di tarik kembali oleh Julian. Seketika itu Qiara terjatuh lagi, tepatnya di dada bidang Julian.     

"Ahhh ... " Qiara meringis karena kaget. Setelah itu ia berusaha melepaskan diri. Tapi, Julian memeluknya dengan erat.     

"Yaaa ...Julian ... Lepasin aku! Aku harus ke kamar mandi!" ucap Qiara seraya menggertakan gigi nya.     

"Masih pagi. Biarkan aku memelukmu lima menit lagi!" Jawab Julian tanpa membuka mata nya.     

"Apa kamu gila? Perutku lagi sakit! Aku harus buang air besar. " Kata Qiara lagi sambil memasang ekspresi menahan sakit. Belum sempat melepaskan diri, Qiara pun kentut karena tidak tertahankan.     

"Ahhh... Maaf saya kentut ... ! "Lanjut Qiara dengan wajah polesnya. Padahal kentut nya sangat bau. Julian berusaha menahan nafas dengan susah payah agar Qiara tidak tersinggung oleh nya.     

Setelah Julian melepaskannya. Qiara pun bergegas menuju kamar mandi sambil memegang pantatnya.     

"Ukhuk ... Ukhuk ... " Julian terbatuk dengan ekspresi buruk setelah Qiara pergi karena dia lelah menahan nafasnya, akibat bau busuk nya kentut Qiara. 'Ya Tuhan ... Anak itu makan apa sehingga kentut nya bau banget? Uhhh ... Rasanya aku mau pingsan.' Batin Julian. Setelah itu ia pun bangkit dari tempat tidurnya, lalu mengambil parfum nya. Tidak lama kemudian, Julian menyemprot ruangan itu hingga parfum nya habis tanpa tersisa. Padahal ia baru saja membeli parfum dari toko parfum ternama di Indonesia.     

Setelah sinar matahari mulai bersinar terang. Qiara mulai merasa kelaparan. Ia pun bergegas menuju dapur tepat saat Julian sedang mandi. Hanya satu masakan yang bisa Qiara masak. Ialah nasi goreng. Rasanya pun boleh diadu. Tapi, diadunya sama kucing tetangganya. Karena setiap dia masak gak akan pernah habis dan selalu berakhir di tempat makan kucing. Karena di dapur hanya ada ramen, ia pun terpaksa masak itu seadanya.     

Beberapa saat kemudian Julian keluar dari kamar mandi, ia pun langsung mencium bau ramen yang baru mateng. 'Ternyata dia tidak bisa menunggu. Untungnya aku minta pelayan beli ramen semalam hanya untuk berjaga - jaga kalau kami kelaparan di tengah malam.' Batin Julian.     

Setelah itu, dengan pelan Julian melangkahkan kakinya tanpa menggunakan baju dan hanya menggunakan handuk. Menuju dapur. Setelah ia berada tepat di belakang Qiara. Sambil tersenyum licik ia mendekap Qiara dari belakang.     

"Selamat pagi istriku!" Ucap Julian seraya mengeratkan pelukannya. Qiara pun lansung terkejut ketika menyadari Julian memeluknya, seketika itu ekspresi Qiara berubah gelap.     

"Lepaskan aku!" Ucap Qiara setelah menarik nafas nya dalam - dalam.     

"Kalau aku tidak mau bagaimana?" Tanya Julian lagi sambil tersenyum dan mencium bau harum ramen. Mendengar apa yang Julian katakan. Qiara pun mulai geram dengan julian.     

Tidak lama setelah itu, ia pun dengan cepat mengangkat sendok itu, lalu berusaha melepaskan diri dari Julian.     

"Aku akan mengenakan bajuku sekarang! Oh iya, jangan lupa ramennya di tambah dengan kimchi yang ada di kulkas. Itu akan terasa lebih enak. "     

Setelah mengatakan itu, Julian berlari menuju ruang ganti karena perasaan nya tidak enak melihat ekspresi membunuh Qiara dengan senjatanya yang mematikan. Sendok di tangan kanan, garpu di tangan kiri nya.     

"Dasar lelaki mesum!" ucap Qiara sambil menatap Julian hingga menghilang dari pandangan nya.     

Setelah sarapan menggunakan ramen dan kimchi itu. Qiara dan Julian langsung bersiap - siap. Tidak lama kemudian mereka langsung berangkat menuju Bandara.     

Selama di pesawat. Qiara sibuk bermain game. Sedangkan Julian sibuk mengecek email nya yang masuk dari Eny. Suasana dingin yang membosankan. Tidak lama setelah itu, mereka pun sampai di Bandara International kota A. Julian dan Qiara berjalan berdampingan. Di Bandara itu juga, mereka langsung di sambut oleh sekretaris Julian dan beberapa pengawalnya. Melihat itu, Qiara merasa heran melihat Julian di perlakukan dan di hormati bagai seorang raja.     

"Bos ... Di depan ada banyak wartawan. Apakah anda akan keluar dengan istri anda? Bukankah Anda belum bisa mempublikasikan siapa istri anda?" Ucap Eny dengan sedikit panik sebab dia tidak tau dari mana wartawan tau kalau bos nya akan ada di Bandara. Sedangkan, dia sudah di perintahkan untuk menjemputnya tanpa sepengetahuan wartwan.     

"Kamu harus jelaskan di kantor tentang keberadaan wartawan ini! Sekarang cegat mereka, minta supir menjemput kami dari pintu keluar samping Bandara!" Setelah mengatakan itu, Julian menarik lengan Qiara untuk membawa nya keluar dari pintu yang lain. Setelah memberitahu pak sopir. Eny pun meminta pengawal yang lain mengalihkan perhatian wartawan.     

Tidak lama kemudian, ia menyusul Julian dan Qiara.     

"Qiara ... Tolong kembalilah ke rumah bersama Eny menggunakan mobil yang di depan! Oke?" Seru Julian setelah mereka berada di pintu samping Bandara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.