Istri Kecil Tuan Ju

Gadis Nakal



Gadis Nakal

0"Sayang ... Kenapa kamu harus malu? Bukankah aku sudah dua kali melihat semuanya tanpa terkecuali. Jadi, jangan menutup wajahmu lagi! Biarkan aku memandangnya sebagai penyemangat pagi ku!" Ucap Julian seraya menurunkan kedua tangan Qiara yang menutup wajah nya.     

"Aku akan mandi dulu" ucap Qiara seraya kabur sambil membawa selimutnya. 'Ahhhh ... Malu nya ... Kenapa ini terjadi lagi? Gawat ... Sepertinya aku tidak bisa melepaskan diri dari Julian. Pokoknya mulai sekarang aku harus jaga jarak dari dia agar aku tidak sampai mengulangi kebodohan ku untuk kesekian kali nya.     

' Batin Qiara dengan ekspresi yang buruk. Julian terkekeh melihat ulah Qiara yang kabur karena menahan malu.     

'Dasar gadis nakal. Semalam saja dia tidak mau melepaskan aku. Sekarang, dia malah kabur. Curang... ' Batin Julian seraya menatap lucu kearah Qiara yang sudah hilang di balik pintu kamar mandi nya.     

Waktu terus berjalan. Matahari mulai meninggi. Qiara pun segera keluar dari kamar nya setelah ia selesai dengan dandanan nya yang masih saja seperti gadis pada umum nya. Tepat saat itu Qiara melihat Julian duduk di sofa sambil memeriksa email di ponsel nya.     

"Julian ... " Mendengar suara Qiara memanggil namanya dengan manja. Julian pun langsung menoleh.     

"Tumben kamu memanggilku dengan nada manja seperti itu. Memangnya kamu butuh sesuatu?" Tanya Julian seraya mengerutkan keningnya memperhatikan Qiara dari atas hingga bawah. Mendengar pertanyaan Julian. Qiara nampak ragu-ragu sambil melihat tab yang diatas meja.     

"Apakah aku boleh meminjam tab mu? Aku ingin VC sama sahabat aku waktu SMA dulu. Katanya, tadi dia mau bicara penting. Tapi, ponselku batri nya mati lupa aku cas semalam." Tanya Qiara sambil bertingkah seperti anak kecil yang menginginkan sesuatu. Tanpa fikir panjang Julian pun langsung mengambil tab yang di meja lalu menyerahkan nya pada Qiara.     

"Terimaksih suamiku!" Ucap Qiara dengan centil sambil mencium pipi kiri Julian. Seketika itu Julian kaget lalu memegang pipi kirinya setelah Qiara melarikan diri lalu masuk ke kamar nya. Bahkan, Qiara tidak lupa mengunci kamar nya agar Julian tidak mengganggu nya. 'Ha? Dasar gadis nakal. Berani sekali dia mencuri ciuman dariku. Tidakkah dia takut kalau aku akan balas dendam? Baik, tunggu nanti malam!' Batin Julian sembari memegang pipinya sambil tersenyum licik.     

Tepat saat itu, tiba-tiba suara ponsel Julian memecah keterkejutannya. Julian pun langsung menggeser icon hijau di ponsel nya karena itu dari sekretaris nya.     

"Ada apa?" Tanya Julian dengan ekpsresi yang dingin.     

"Malam ini Bos harus menghadiri acara makan malam perayaan atas teepilihnya Tuan Adrian sebagai wali kota untuk kedua kali nya." Sahut Eny dengan tegas.     

"Apakah acara itu penting?" Tanya Julian tanpa emosi.     

"Katanya pak Wali kota dan Parlemen Jhosep yang tidak lain adalah Papa anda juga datang. Jadi, anda juga harus datang itu pesan dari Papa anda. Di acara itu juga akan di adakan amal untuk bencana yang sedang melanda kota B. " Jelas Eny. Julian terdiam. Dia tau betapa dekatnya sang Ayah dengan pak wali kota. Bukan karena takut, melainkan dia harus menunjukkan sikap sopan pada sebuah undangan.     

"Baiklah aku akan menghadirinya. Tapi, kamu tidak perlu menemaniku karena aku akan datang bersama istriku. " Julian akhirnya mengiyakan.     

"Siap bos!" Sahut Eny dengan sopan.     

Setelah itu Julian menutup telponnya lalu membuat panggilan ke salah satu Manager butik yang terkenal di kota A.     

"Hallo tuan Ju!" Suara lembut seorang perempuan terdengar dari seberang telpon.     

"Sore nanti, tolong kosongkan butikmu. Karena, akan ada tamu spesial yang harus kamu rubah." Seru Julian tanpa basa basi.     

"Tapi Tuan Ju! Butik biasa nya rame di jam segitu. Bagaimana mungkin harus di kosongkan. Pelanggan akan ngamuk." Jelas Manager hotel itu.     

"Usir mereka! Atau kamu yang akan aku usir." Jawab Julian tanpa ampun.     

"Baik Tuan, akan saya laksanakan." Kata Manager butik itu dengan suara ketakutan.Julian langsung menutup telponnya tanpa mengatakan apapun.     

Tidak lama kemudian dia pun berangkat Ke kantor dengan supir nya. Ia pun tidak mau mengganggu Qiara di kamar nya. Di waktu yang sama. Qiara langsung memasukkan nomer WA Mama nya karena Mia tidak mengangkat akhirnya ia membuat panggilan ke Mama.     

Tidak lama setelah itu ia langsung membuat panggilan Vidio, untungnya internet di rumah Julian sangat kencang. Jadi, Qiara tidak perlu khawatir.     

"Assalamualaikum Ma ... Mama lagi apa dan dimana?" Tanya Qiara ketika melihat wajah tua Renata dari seberang telpon.     

"Waalaikumsalam sayang, Tumben pagi - pagi telpon? Ada apa? Jangan bilang kalau kamu mau ngeluh lagi kalau soal pernikahan mu!" Jawab Renata dengan ekspresi yang rumit.     

"Ihhh .... Mama kok berprasangka buruk sama anak nya? Kan itu gak baik. Padahal Qiqi cuma mau bilang pengen pulang karena kangen. Atau, Mama yang datang kesini. Nanti, Mas Julian yang akan menjemput Mam." Jelas Qiara dengan cenberut.     

"Mas Julian? Apa Mama tidak salah dengar? Kamu manggil Julian dengan panggilan Mas? Hayo ... Ada yang mulai betah nih jadi istrinya Tuan Ju." Goda Renata sambil senyum - senyum dari balik layar.     

"Siapa bilang? Cuma ingin membuat Mama senang saja dengan memanggil Julian seperti itu." Ucap Qiara dengan cemberut.     

"Sayang ... Apa salah nya sih kamu panggil dia begitu. Secara kamu punya suami tampan dan mapan. Harus nya kamu bersyukur sayang." Kata Renata sambil menasehati Qiara dengan lemah lembut.     

"Hahaha ... Mama pasti sedang bermimpi, secara Julian itu tidak setampan yang Mama bayangkan. Dia sama saja dengan kebayakan lelaki di luar sana." Ucap Qiara mengelak apa yang di katakan sang Mama.     

"Kamu buta makanya kamu tidak bisa membedakan mana orang ganteng dan yang tidak. Oh iya, bisakah kamu perlihatkan wajahmu dengan jelas di layar!" Kata Renata.     

"Untuk apa Ma?" Tanya Qiara dengan heran.     

"Lakukan saja sesuai perintah Mama!" Seru Renata dengan tidak sabaran. Tanpa banyak tanya lagi. Qiara pun melakukan sesuai dengan perintah Mama nya.     

"Wahhh ... Anak Mama sudah besar ya ternyata. Sekarang, dia sudah menjadi istri seutuhnya. Itu artinya, sebentar lagi Mama akan punya cucu. Duhhh ... Jadi, tidak sabaran." Ucap Rerata dengan wajah yang berseri - seri setelah memperhatikan wajah Qiara.     

Mendengar apa yang dikatakan sang Mama. Qiara mulai merasa bingung. Dia benar - benar tidak mengerti dengan ekspresi mama nya.     

"Tunggu dulu! Tolong Mama jelaskan kenapa Mama bisa berkata begitu? Qiara menjadi bingung. " Kata Qiara sambil menggaruk kepalanya.     

"Dari Wajahmu, Mama bisa melihat kalau kamu sudah tidak perawan lagi. Itu artinya, sebentar lagi kamu akan memberikan Mama cucu. Mama benar kan?" Jawab Renata sambil tersenyum kearah layar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.