Istri Kecil Tuan Ju

Jadi Malu.



Jadi Malu.

0"Dari Wajahmu, Mama bisa melihat kalau kamu sudah tidak perawan lagi. Itu artinya, sebentar lagi kamu akan memberikan Mama cucu. Mama benar kan?" Jawab Renata sambil tersenyum kearah layar.     

Mendengar apa yang Mama nya katakan pipi Qiara menjadi memerah karena malu. Tapi, ia bingung bagaimana Mama nya bisa tau soal itu hanya melihat dari wajah saja.     

"Darimana Mama bisa menyimpulkan seperti itu?" Tanya Qiara dengan tatapan yang rumit.     

"Itu gambang bagi Mama. Hanya dengan melihat hidung mu. Kata orang tua jaman dulu, wanita yang sudah tidak perawan bagian ujung hidungnya akan terlihat merah pucat. Sedangkan wanita yang masih perawan ujung hidungnya merah bersih. Bisa juga dilihat dari mata. Bagian bawah mata pada wanita yang sudah tidak perawan akan terlihat memar. Memar ini akan terlihat seperti garis berkeriput. Sementara gadis yang masih suci, bagian bawah matanya terlihat bersih tanpa kerutan. Kurang lebih nya begitu. Tapi, tebakan Mama benar dong!" Jelas Renata sebagaimana yang dia tau.     

"Ahhh ... Mama ... Qiara kan jadi malu. Tapi, Qiqi belum mau punya anak. Karena Qiqi sudah lulus di universitas Kemas. Jadi, selama kuliah Qiqi mau fokus tanpa harus ada anak. Titik." Kata Qiara lagi yang secara tidak langsung memberitahu Mama nya kalau dia dan Julian sudah tidur bersama.     

"Kalau memang kamu belum mau punya anak. Ya sudah, pakai KB atau pengaman. Tapi tunggu, pas melakukannya kemarin kamu pakai salah satu nya apa tidak?" Kata Renata menyarankan pada Qiara karena dia tidak mau anak nya terus merengek atau ngambek padanya. Mendengar pertanyaan Renata. Qiara berfikir sejenak lalu mengingat dua kali mereka melakukannya.     

"Sepertinya tidak. Karena kejadiannya sangat mendadak. Qiara juga mana mengerti akan hal itu. Sebelum menikah kan Mama gak pernah ngasih tau. " Jawab Qiara dengan cemberut.     

"Ha ha ha ... Itu bagus kalau begitu. Karena sudah terlanjur, kamu terima saja kalau pada akhirnya kamu harus hamil. Biar Julian makin cinta." Renata terkekeh melihat ekspresi buruk Qiara. Ia pun tidak bisa menahan tawa nya saat menyadari betapa polosnya sosok Qiara. Putri satu-satu nya.     

"Ahhh ... Mama bikin sebel saja. Ya sudah, Qiqi mau tutup dulu karena Qiqi harus ke kampus untuk registrasi.     

Assalamualaikum!" Ucap Qiara dengan kesal.     

"Waalaikumsalam ..." Setelah mendapat jawaban dari Mama nya. Qiara pun langsung menutup panggilan dengan cemberut dan cemas lalu dia akan hamil.     

Tidak lama setelah itu, Qiara pun berangkat menuju kampus menggunakan taxi. Saat sampai di kampus, Qiara pun bergegas masuk ke ruang TU. Tapi, dia cemberut ketika melihat banyak orang yang juga sedang melakukan registrasi ulang.Tepat saat itu Qiara bertemu dengan Orlin yang menatapnya dengan heran.     

"Qiara ... Kenapa kamu ada di sini? Bukankah kamu tidak lulus?" Tanya Orlin dengan heran.     

"Ohhh ... Aku lulus kok. Bahkan namaku ada di urutan pertama dengan nilai tertinggi. Kamu ingat kan kemarin, ada yang kosong, ternyata itu namaku. Seseorang sudah usil padaku kemarin. "Jelas Qiara sambil menunjukkan kertas kelulusan yang Julian berikan padanya. Ekspresi Orlin berubah aneh. Dia menatap Qiara penuh curiga. Namun, dia tahan karena tidak mau menyinggung Qiara.     

"Syukurlah ... Kita kan bisa kuliah bersama jadinya. Kalau begitu ayo kita ngantri bersama!" Kata Orlin sambil menggandeng tangan Qiara. Tanpa mengatakan Apapun Qiara langsung mengikuti Orlin dengan senang.     

Waktu terus berputar. Akhirnya, giliran Qiara pun tiba. Dia dan Orlin langsung registrasi setelah menunggu hingga sore hari.     

"Ayo pulang!" Ajak Orlin setelah mereka selesai melakukan registrasi.     

"Kamu duluan saja! Karena aku masih ada urusan." Jawab Qiara dengan senyum yang menyimpan rahasia. Sebanarnya, tadi Julian mengirim pesan padanya kalau dia akan di jemput oleh supir Julian. Qiara pun tidak bisa menolak. Oleh karena itu ia meminta Orlin pulang duluan agar ia tidak ketahuan.     

"Baiklah! Kalau begitu aku duluan! " Kata Orlin sambil berlari meninggalkan Qiara karena supir nya sudah menunggu dari tadi.     

Tidak lama setelah kepergian Orlin. Qiara pun langsung menuju parkiran depan.     

"Ny. Silahkan naik!" Sambut sopir yang ternyata sudah dari tadi menunggu nya. Meski sedikit kaget, Qiara pun tetap mengangguk lalu masuk ke mobil.     

Tidak lama setelah itu, mereka sampai di depan salah satu butik ternama di kota A. "Ny. Kita sudah sampai!" Kata pak sopir.     

"Kenapa harus berhenti disini?" Tanya Qiara dengan bingung.     

"Saya kurang tau Ny. Tapi, Tuan Ju meminta saya untuk membawa Ny. Kesini. " Jelas pak sopir.     

Mendengar penjelasan pak sopir. Qiara pun menoleh keluar jendela mobil. Di depan butik sudah ada beberapa perempuan berseragam yang membuat barisan dengan satu perempuan yang menggunakan pakaian berbeda.     

"Ini tempat apa?" Tanya Qiara lagi setelah mengamati keluar mobil.     

"Kata Tuan Ju. Ny. Lebih baik masuk aja dulu, setelah itu Ny. Akan tau apa yang ada di dalam." Jawab pak sopir sesuai dengan apa yang di perintahkan oleh majikannya.     

Dengan berat hati dan fikiran di penuhi oleh kebingungan, Qiara pun akhirnya keluar dari mobil membawa tas nya.     

"Halo ... Selamat sore Ny. Ju! " Sambut sang Manager butik dengan ramah setelah Qiara sudah berdiri di depan mereka. Qiara pun hanya mengangguk dengan sopan membalas sikap sopan mereka.Tentu saja sang Manager Hotel mengenal Qiara. Secara Julian sudah mengirim foto Qiara padanya.     

"Ny. mari ikut kami!" Kata Manager butik itu seraya mempersilahkan Qiara untuk masuk ke butik.     

"Iya. " Sahut Qiara sambil mengikuti sang Manager butik dengan patuh. Di dalam butik Qiara berjalan mengikuti arahan sang Manager.     

"Anda beruntung bisa menjadi istri Tuan Ju" Ucap Manager butik seraya mencari muka di hadapan Julian. Qiara mengerutkan keningnya mendengar perkataan sang manager. 'Kenapa sih semua orang mengatakan kalau aku beruntung? Memangnya aku sudah memenangkan lotre apa?' Batin Qiara sambil mengukir senyum yang di paksakan. Manager butik sempat heran melihat penampilan Qiara yang biasa dan kekanakan. Tapi, dia tidak ingin menyingung Qiara karena itu hanya akan mencari masalah dengan Julian.     

"Waahhh ... Apakah itu iPhon Princess? "Lanjut Manager itu lagi ketika melihat ponsel yang Qiara pegang ketika ia mengirim pesan pada Julian untuk bertanya kenapa dia harus ke butik ini.     

"Heehehe ... Ini cuma ponsel biasa kok " Kata Qiara sambil tersenyum lalu menyembunyikan ponsel itu di belakangnya dengan salah tingkah. 'Entah kenapa aku merasa memiliki ponsel ini seperti membawa beban yang begitu banyak. Kalau aku jual, uangnya pasti akan aku pakai untuk membeli sawah yang banyak. Atau membuat tempat bermain game yang besar dan luas.' Batin Qiara sambil tersenyum pahit.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.