Istri Kecil Tuan Ju

Aku Percaya Padamu!



Aku Percaya Padamu!

0"Kamu bicara denganku?" tanya Qiara balik dengan ekspresi bingung." Kalau bukan sama kamu. Lalu, sama siapa lagi? Disini tidak ada hantu." Jawab Julian.     

"Ohh ... Aku fikir siapa. Tadi, aku cuma heran sama kamu. Kenapa kamu diam saja? Apakah itu karena kamu marah? Maaf karena telah membuatmu malu!" Kata Qiara sambil menunduk karena merasa tidak enak telah membuat masalah buat Julian.     

"Untuk apa aku harus marah?" Tanya Julian sambil melirik Qiara sebentar.     

" Karena aku sudah membuatmu malu. Aku tau kalau aku tidak bisa mengontrol kata-kata ku. Tapi, aku tidak tahan melihat perempuan munafik itu berlagak suci dan memfitnahku. Apa kamu juga menuduhku?" Jelas Qiara dengan ekspresi kesal.     

Setelah mengatakan itu, Qiara pun kembali menunduk karena dia takut kalau Julian akan menyalahkan dan memarahinya lalu memberitahu Mama nya.     

"Aku percaya padamu." Ucap Julian tanpa ekspresi. Mendengar ucapan Julian. Qiara tertegun karena merasa heran pada Julian yang begitu cepat percaya padanya.     

"Bagaimana kamu bisa percaya padaku? Kamu kan tidak melihat keadaannya. Juga, aku tidak menjelaskan apapun padamu." Kata Qiara dengan heran.     

"Kamu istriku. Dan aku sangat mengenalmu. Jadi, aku tidak perlu penjelasan apapun untuk mengetahui kapan kamu jujur dan kapan kamu bohong." Jelas Julian sambil tersenyum.     

"Ummm ... Terserahlah, aku juga tidak perduli kamu mau percaya atau tidak. Yang jelas, malam ini aku sangat kesal." Kata Qiara sambil memalingkan wajahnya dari Julian.     

Julian hanya menarik nafas dalam saat mendengar ungkapan rasa kesal Qiara, ia pun membiarkan Qiara menikmati rasa kesal nya tanpa harus mengganggunya.     

Tidak lama kemudian, Julian pun melirik jam di tangannya. Seketika itu muncul ide di kepalanya tepat saat ia melihat kemegahan bulan di langit yang gelap.     

"Qiara ...?" Panggil Julian sesaat setelah mereka terdiam.     

"Ummm ...?" Sahut Qiara tanpa menoleh kepada Julian.     

"Apa kamu ingin berkemah di pantai?" Mendengar pertanyaan Julian mata Qiara pun membulat sempurna.     

"Berkemah di pantai? Apakah bisa? Sama siapa?" Tanya Qiara sambil menoleh kearah Julian dengan tatapan yang berbinar.     

"Tentu bisa. " Jawab Julian sambil tersenyum.     

"Uwahhhh ... Aku mau. " Lanjut Qiara dengan tidak sabar. Karena dia sangat menyukai pantai dan selalu merasa jatuh cinta pada lautan yang membiru. Dia fikir, berkemah di pantai adalah hal yang menakjubkan. Juga, dia bisa menyaksikan indahnya bintang dan bulan di angkasa malam.     

"Kita berangkat sekarang. " Ucap Julian seraya membelokkan mobilnya ke arah pantai yang di ujung Utara kota A.     

"Berangkat ... !" Teriak Qiara dengan penuh semangat. Julian pun tersenyum sambil memasang kaca mata hitamnya. Sedang Qiara tersenyum melirik Julian sambil mengedip- mengedipkan matanya.     

"Jangan menggodaku! " Ucap Julian ketika menyadari Qiara menatapnya tiada henti.     

"Aku tidak menggoda mu. Aku hanya ingin menikmati pemandangan indah di depanku." Kata Qiara sambil melebarkan senyum nya.     

Julian mengerutkan keningnya melihat tingkah Qiara yang mulai nakal dan menggemaskan. Sambil tersenyum licik. Julian menunduk mencium bibir Qiara, setelah itu ia melepaskannya dan kembali fokus ke arah depan.     

"Yaaa ... Julian ... Tidakkah kamu seperti pencuri? Kamu mencium bibir gadis cantik dan polos ini tanpa izin." Kata Qiara dengan cemberut.     

"Aku tidak mencurinya. Aku hanya ingin memberikan istriku hadiah atas keberaniannya malam ini. Kamu sangat keren." Kata Julian sambil tersenyum gemas ketika melirik Qiara yang cemberut.     

"Ya dong! Kamu harus bangga padaku. Karena aku adalah istri yang langka, bisa melindungi dirinya tanpa harus mengandalkan suami. " Sahut Qiara dengan sombongnya.     

"Sayangnya kamu selalu kalah dan pasrah diatas tempat tidur. Dan itu, membuatmu semakin keren." Mendengar perkataan Julian yang menyebut tempat tidur. Pipi Qiara pun langsung memerah mengingat bagaimana pasrah nya dia kepada Julian diatas tempat tidur.     

"Apa kamu mau merasakan pukulan ku hah? Tidak bisakah kamu tidak mesum sebentar? Jangan bahas itu, aku malu!" Kata Qiara dengan geram.     

"Ha ha ha ... " Julian tidak bisa menahan tawanya lagi, ia pun melepasnya sehingga Qiara kaget karena ini kali pertamanya ia melihat Julian tertawa. 'Aku fikir dia tidak bisa tertawa seperti itu. Ahhh ... Dia memang tidak terduga.' Batin Qiara seraya menyeringai aneh kearah Julian. Tanpa mengatakan apapun. Qiara memalingkan wajahnya dari Julian karena kesal.     

Tidak lama kemudian, malam itu mereka sampai di pantai. Deburan ombak romantisnya membuat hati Qiara merasakan sensasi yang luar biasa. Ia pun merasakan benih cinta tumbuh di hatinya. Namun, ia tidak mau mengakuinya ketika ia mengingat kalau hubungan nya sama Julian tidak akan bertahan lama. Meski begitu malam ini ia ingin melepaskan semua rasa itu.     

"Apa kamu senang dan tidak kesal lagi?" Tanya Julian sambil menarik tubuh Qiara agar menempel di tubuh nya karena udara dingin sungguh menggila di pantai malam ini.     

"Aku bahagia. Karena, laut selalu berhasil membuatku melepas segala rasa dalam hati. " Sahut Qiara seraya memeluk Julian kembali.     

Melihat Qiara yang mau memeluknya, Julian pun tersenyum sambil melempar pandangannya jauh ke tengah lautan dan menikmati indahnya cahaya rembulan yang megah diatas lautan yang indah.     

'Aku tidak mengerti cinta, semenjak bersama Julian ... Aku semakin lupa apa itu cinta yang sering di katakan oleh Mia. Tapi, bersama Julian aku menemukan sosok kakak, Papa dan sahabat. Mungkin kah rasa itu bisa di katakan cinta? Apaapun namanya aku tidak perduli. Ahhh ... Malam ini sangat indah. Semua ini kusaksikan syahdu bersama seorang lelaki yang menyebut dirinya suami yang kini di sampingku, memelukku dan memberikan kehangatan di tubuhku.' Batin Qiara seraya menyandarkan kepalanya di dada Julian.     

Malam penuh penerangan dari cahaya rembulan yang melengkapi keindahan lautan. Mereka masih khusyu berdiri menghadap rembulan itu sambil menikmati perasaan masing - masing. Tepat saat itu, ombak memulai dramanya dengan mengantar buih ke tepian menyentuh kaki telanjang Qiara yang sejajar dengan kaki Julian.     

Hati mereka damai bersama pecahan ombak yang turut berpacu dengan degupan jantung mereka. Julian merasakan perasaan yang semakin dalam hinggap di hatinya. Bersama pantulan perak bulan dan desiran pasir, Julian dan Qiara saling memadu kasih layaknya pasangan yang menikah karena cinta.     

"Dua hari lagi aku harus pindah ke Asrama. Tolong jangan mencoba menahanku! " Ucap Qiara setelah menarik nafas berat. Seketika itu Julian tersadar dari suasana indah yang hening dan menenangkan itu.     

"Lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan jika memang itu yang membuatmu senang. Tapi, aku punya satu syarat untukmu. Tolong datanglah jika aku sedang rindu padamu." Sahut Julian tanpa menoleh kearah Qiara.     

Perkataan Julian itu mengakukan suasana. Benar-benar berat saat terfikir harus tinggal di tempat yang berbeda sama Julian, entah kenapa perasaan seperti itu ada di hati Qiara, namun tidak mampu membuatnya mengurungkan niatnya untuk tidak tinggal di Asrama.     

Sebelum mengatakan sesuatu pada Julian. Qiara melirik tangannya yang di genggam erat oleh Julian. Seketika itu ada rasa tak rela melepas genggaman itu. Tepat saat itu tangan Julian perlahan merenggang dari genggamannya, setelah itu ia memegang bahu Qiara untuk memberikan suatu penegasan apa yang baru saja dia pinta pada Qiara.     

"Aku akan sangat merindukanmu saat kamu jauh dariku. Oleh karena itu, datanglah saat aku merindukanmu!" ucap Julian dengan penuh penekanan. Kerling matanya berkilau bersama rembulan di atas langit penuh bintang.     

"Akan aku usahakan!" Kata Qiara tanpa melarikan diri dari tatapan tajam Julian.     

"Aku anggap itu adalah janji!" Lanjut Julian sambil mencubit pipi Qiara.     

"Aauu ... Sakit!" Ringis Qiara sambil memegang pipi nya yang baru saja di cubit oleh Julian.     

"Ahhh ... Maaf istriku! Aku tidak sengaja." Lanjut Julian lagi sambil mencubit pipi Qiara yang satunya lagi.     

"Julian ... Aku bilang sakit tau ..." Ekspresi Qiara mulai gelap karena Julian tidak juga berhenti mencubitnya.     

"Maaf ... Aku tidak akan melakukannya lagi! Juga, aku tidak akan membuatmu kesal lagi." Kata Julian dengan serius.     

"Janji!" Ucap Qiara dengan cemberut.     

Julian pun langsung mengangguk, setelah itu kelingking mereka bertaut mengikat sebuah janji.     

"Istriku sayang…" Panggil Julian. Ucapan sayang yang mulai terucap dari bibir Julian seakan mengakhiri benteng yang mereka bangun setelah lama menikah untuk saling menghindari perasaan satu sama lain.     

"Kenapa?" Sahut Qiara seraya menatap Julian penuh arti.     

Seketika itu mata mereka bertatap menyiratkan ungkapan cinta yang mendalam bersaan deburan ombak yang memecahkan kesunyian di bawah langit gelap penuh bintang itu.     

"Ayo kita duduk!" Kata Julian sambil membawa tubuh Qiara untuk duduk di pasir itu. Qiara pun mengikuti Julian dengan patuh dan duduk di sampingnya.     

"Tidurlah di pangkuanku! Agar kamu bisa melepaskan lelah mu! " Seru Julian setelah menyalakan api unggun kecil yang sudah dia bawa dari posko depan yang menyiapkan segala perlengkapan berkemah di tepi laut. Karena di pantai itu sering di gunakan untuk berkemah.     

Untungnya, pas Julian dan Qiara datang, pantai itu sepi. Mendengar seruan Julian. Qiara pun tersenyum lalu merebahkan kepalanya di pangkuan Julian. Tepat saat itu, Julian melepas jas nya untuk menyelimuti tubuh Qiara. Sepanjang malam mereka habiskan untuk ngobrol dan bercanda. Tanpa terasa, mereka pun kelelahan lalu tertidur di diatas pasir itu dalam posisi Julian yang tidur sambil duduk sedangkan Qiara tidur di pangkuan Julian.     

Keesokan paginya, gemerisik arus laut membangunkan mereka yang semalaman meringkuk di bibir pantai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.