Istri Kecil Tuan Ju

Gadis Pemarah



Gadis Pemarah

0"Qiano ... Apa kamu mencurigai ku? Apa kamu tidak bisa percaya dengan semua alasan yang aku berikan?" Tanya Qiara balik dengan sinis karena dia kesal ketika seseorang meragukannya walaupun kali ini dia memang sedang berbohong.     

"Aku percaya padamu. Aku terlalu mengenal kamu. Ya sudah kalau begitu, mari masuk! Karena kita harus berkumpul di Aula untuk membahas persiapan ospek." Kata Qiano seraya berdiri karena tidak ingin memperpanjang pembahasan yang tidak penting buatnya.     

"Aku bisa pergi sendiri." Kata Qiara dengan ketus.     

Setelah itu, ia pun pergi begitu saja meninggalkan Qiano. Karena sudah terbiasa dengan sikap Qiara yang ketus dan main pergi sendiri. Qiano pun tidak mempermasalahkannya. 'Dasar gadis pemarah. Sudah kuliah juga masih saja seperti itu. Khemm .. ' Batin Qiano.     

Setelah itu ia pun pergi menyusul Qiara. Setelah hari itu. Qiara sering murung di rumah. Ia sampai lupa kalau dia harus pindah hari itu. 'Kenapa Qiano harus pindah ke kampusku sih? Tidakkah dia merasa tenang dan baik-baik saja di sana tanpa harus menggangguku? Sekarang aku harus bagaimana? ' Batin Qiara seraya meringkuk di tempat tidur dengan perasaan yang kacau. Tepat saat itu, bunyi pintu kamar Qiara terdengar di telinganya. Namun, kali ini merasa males mengangkat wajahnya karena ia sudah menduga kalau itu adalah pelayan yang berusaha membujuknya untuk makan. Karena sedari pagi dia belum juga makan.     

"Apa kamu mau mati?" Suara berat dan akrab itu membuat Qiara mendongak dengan wajah yang kusut.     

"Kenapa kamu ada disini? Bukankah kamu sedang di Singapura? " Tanya Qiara dengan heran.     

"Aku langsung pulang saat mendengar kabar kalau istriku sedang mogok makan. Apakah karena kamu terlalu merindukanku?" Kata Julian sambil tersenyum.     

Qiara langsung cemberut mendengar apa yang Julian katakan. Sambil tersenyum nakal Julian pun mencium bibir Qiara yang cemberut.     

"Kenapa kamu menciumku? Kamu fikir aku merindukanmu?" Ucap Qiara sambil membersihkan bibirnya dengan lidahnya.     

"Aku fikir kamu butuh itu makanya aku melakukannya. "Jawab Julian sambil menyeka rambut Qiara yang menghalangi matanya.     

"Bukan tidak mau di cium. Tapi, kasian kamu nya karena harus kotor juga. Sebab dari kemarin aku belum sikat gigi karena malas." Kata Qiara dengan ekspresi sendu.     

"Hahhh ...?" Qiara juga menunjukkan kearah Julian betapa bau nafasnya. Mencium bau mulut Qiara membuat Julian malah tersenyum.     

"Yaaa ... Kenapa kamu tersenyum? Apa kamu tidak jijik dengan bau mulutku?" Tanya Qiara dengan ketus.     

"Untuk apa aku jijik. Jika yang lebih memalukan dari itu pernah aku cium. Hehehe ..." Ucap Julian sambil terkekeh. Lagi-lagi Qiara merasa tercekik dengan kata-kata Julian yang sangat vulgar.     

"Entah kenapa di otakmu itu hanya ada fikiran mesum seperti itu. Sebaiknya kamu pergi dari sini!" Kata Qiara sambil memalingkan wajahnya dari Julian. Lalu, dia bersembunyi dari balik selimut.     

"Hei ... Jangan begitu! Aku minta maaf! Sekarang makanlah! Karena aku membawakan mu makanan kesukaan kamu. Ayo bangunlah!" Kata Julian seraya menarik selimut Qiara.     

"Enggak mau!" Kata Qiara seraya menarik kembali selimut itu.     

"Kalau begitu aku akan pindah tidur disini. Aku tidak akan pergi sebelum kamu mau makan." Kata Julian yang berusaha untuk membujuk Qiara.     

"Iya aku makan sekarang. Tapi, kamu harus pergi setelah ini!" Sahut Qiara dengan kesal. Julian pun tersenyum melihat Qiara yang akhirnya mau bangun dan makan. Ia tau kalau cara itu selalu manjur untuk membujuk Qiara.     

"Aku akan menyuapiku. " Kata Julian sambil mengambilkan makanan yang Baru saja dia bawakan itu.     

"Harus itu." Ucap Qiara sambil menganggukkan kepalanya. Setelah itu Julian pun langsung menyuapi Qiara makan. Qiara pun menganga dengan patuh setiap kali Julian menyuapinya makan.     

"Kamu kenapa tidak mau makan?" Tanya Julian sambil menyuapi Qiara.     

"Ummm ... Aku cuma gugup saja karena besok hari pertama ospek." Jawab Qiara seperti anak kecil yang sedang bercerita pada Ibu nya.     

"Kenapa gugup? Aku fikir, ospek itu tidak begitu menyeramkan." Ucap Julian tanpa emosi.     

"Sepertinya kamu tidak pernah ikut ospek." Kata Qiara sambil menatap Julian dengan heran.     

Mendengar pertanyaan Qiara. Julian terdiam, dia bukannya tidak pernah ikut ospek. Akan tetapi, dia hanya tidak bisa mengikutinya karena suatu kondisi tertentu.     

"Aku tidak pernah." Jawab Julian setelah terdiam beberapa saat.     

"Pantas kamu ngomong begitu. Kalau saja kamu tau ospek itu seperti apa rasanya. Mungkin, kamu akan gugup sepertiku. Karena, di ospek itu kita akan bertemu banyak teman baru dari berbagai jurusan. Juga, berkenalan dengan para senior kita. Pokoknya seru. Itu yang pernah di ceritakan oleh kakak ku padaku." Jelas Qiara sambil tersenyum kegirangan.     

Julian terdiam lagi saat Qiara menyebut nama kakaknya. Ia tau kalau yang di maksud adalah Vania. Waktu itu mereka tidak bisa kuliah di tempat yang sama karena Julian diharuskan kuliah di London oleh Papa nya.     

"Aku akan menceritakannya padamu jika aku sudah bisa merasakannya. Sekarang lanjutkan makananmu karena aku harus kembali ke kamarku untuk istirahat." Kata Julian.     

Setelah itu ia pun pergi begitu saja meninggalkan kamar Qiara Melihat Julian pergi dengan ekspresi yang aneh. Qiara pun bingung dan bertanya-tanya pada dirinya. 'Ada apa dengannya? Perasaan dia baik-baik saja tadi. Juga, dia masih bisa menggodaku. Terserahlah, aku tidak perduli.' Batin Qiara seraya melanjutkan makanannya karena memang sangat lapar. Di tambah lagi makanan itu sangat enak.     

Keesokan paginya. Qiara bangun subuh-subuh untuk mempersiapkan perlengkapan ospeknya. Tidak lama kemudian, Qiara pun keluar dari kamarnya buru-buru. Karena terlalu bersemangat. Qiara pun sampai lupa sarapan. Seperti biasa Qiara berangkat ke kampus menggunakan taxi. Tidak lama kemudian, ia pun sampai di kampus dan segera ikut kumpul dengan yang lainnya di tengah lapangan. 'Qiano dan Orlin di mana ya? Kok aku belum melihat mereka? Apa jangan - jangan mereka belum datang? Tapi, sebentar lagi mereka bisa terlambat. ' Batin Qiara sambil memutar pandangan nya keberbagai arah.     

Tidak lama kemudian. Terlihat para senior mulai berdatangan membuat barisan di depan para mahasiswa baru. Semua mahasiswa baru pun degdegan menunggu acara orientasi dimulai.     

'Sudahlah ! Aku harus fokus sama acara ini. Nanti juga bakal ketemu mereka.' Batin Qiara lagi yang sudah menyerah untuk menemukan keberadaan mereka yang dia kenal.     

Hari ini Qiara benar-benar gelisah menanti apa yang akan dihadapinya beberapa menit kemudian orientasi pun dimulai, semua mahasiswa baru diperintahkan mencari kelompoknya masing-masing.     

Qiara pun langsung masuk di kelompok B dan di kelompok itu, ia bertemu dengan seorang lelaki yang berkaca mata dengan rambut tebal yang begitu akrab bagi Qiara kalau dilihat dari tubuhnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.