Istri Kecil Tuan Ju

Hari Pertama Ospek



Hari Pertama Ospek

0Qiara pun langsung masuk di kelompok B dan di kelompok itu, ia bertemu dengan lelaki berkaca mata dengan rambut tebal yang begitu akrab bagi Qiara kalau dilihat dari tubuhnya.     

"Permisi! Apa kita pernah bertemu?" Tanya Qiara setelah mencolek lelaki yang ada di sampingnya. Mendengar suara bisik-bisik Qiara, lelaki itu pun langsung menoleh lalu menatap Qiara dengan heran. 'Mata itu?' Batin Qiara sambil melotot menatap mata lalaki yang memandangnya itu.     

"Jangan bicara! Nanti, kalau para senior dengar, kamu malah di hukum. Jadi, fokuslah!" Kata lelaki itu dengan gagap.     

Mendengar perkataan lelaki itu yang berbicara dengan gagap. Qiara pun langsung memalingkan wajahnya karena dia merasa yakin kalau sebelumnya dia tidak memiliki teman yang gagap. 'Lelaki culun ini sangat menggangguku. Entah kenapa aku merasa dia sangat menyebalkan. Mungkin hanya perasaanku saja kalau aku pernah mengenalnya sebelum ini. Padahal, pada kenyataannya aku tidak pernah memiliki teman yang gagap.' Batin Qiara sambil menghadap ke depan melihat pembawa acara membuka acara yang memperkenalkan satu persatu seniornya.     

"Khem ... Senior kita kok terlihat biasa saja. Terutama lelaki nya. Masih gantengan aku kemana - mana." Kata lelaki tadi dengan sombong nya. Qiara tersenyum kecut mendengar apa yang di katakan lelaki itu.     

Dia pun menoleh kepadanya dengan ekspresi yang tengil.     

"Yaaa ... Culun! Siapa namamu!" Tanya Qiara dengan ketus.     

"Aril ... " Jawab lelaki itu dengan gelagat yang mencurigakan kalau menurut Qiara.     

"Haha ... Hai Aril! Kamu memang benar kalau mereka yang berada di depan itu sangat biasa saja. Namun, setidaknya mereka lebih enak di pandang dari pada kamu. " Bisik Qiara sambil mengejek Aril.     

"Mau jadi temanku?" Lanjut Qiara lagi sembari mengulurkan tangannya kepada Aril.     

Seketika itu Aril memperhatikan Tangan Qiara. Ia berfikir kenapa Qiara mau berteman dengannya. Padahal baru saja dia diejek oleh nya.     

"Kenapa kamu mau menjadi temanku? Bukankah kamu sudah mengejekku tadi?" Tanya Aril sambil menatap heran kepada Qiara.     

"Karena berteman dengan anak culun itu bagus. He ..." Kata Qiara lagi dengan senyum yang merekah.     

"Baiklah! Aku akan menjadi temanmu." Kata Aril yang akhirnya menyelamani Qiara. Tepat saat itu, Qiara merasa sentuhan tangan Aril juga begitu akrab buatnya. 'Siapa sebenarnya Aril ini? Kenapa aku merasa sangat akrab dengannya?' Batin Qiara setelah menarik tangannya dari Aril.     

Sedangkan Aril sendiri tersenyum licik melihat Qiara yang kebingungan.. Tidak lama kemudian, pendamping kelompok B tiba dan berdiri di samping kanan barisan antara kelompok B dan A.     

"Kelompok B akan didampingi oleh Kakak Andi!" Ucap pembawa acara itu menyebutkan pendamping setiap kelompok dari A sampai seterusnya. 'Kak Andi sepertinya pendiam. Bagus deh, setidaknya dia tidak akan cerewet pada kami.' Batin Qiara sambil mengambil nafas lega.     

Setelah para pendamping di bagikan sesuai jumlah kelompok. Kegiatan berikutnya pun berlangsung dengan menulis nomor ponsel yang harus di serahkan ke senior pendampingnya agar memudahkan komunikasi mereka. Jam menunjukkan pukul 10 pagi.     

Setelah kegiatan pengantar di dalam Aula selesia. Para mahasiswa pun diarahkan ke tengah lapangan lagi. Sambil tersenyum licik. Permainan pun di mulai oleh para seniornya itu.Qiara merasa tegang ketika melihat banyak mahasiswa dari kelompok lain di hukum karena salah menjawab atau tidak bisa menjawab. Bagi yang tidak bisa menjawab disuruh menyanyi, ada pula yang disuruh joged. Qiara pun semakin gugup, terlebih dia tidak juga bisa menemukan Orlin atau pun Qiano diantara ribuan mahasiswa yang mengikuti ospek itu.     

Setelah itu, para pendamping membagikan sebuah kertas kepada setiap anggotannya. Andi pun tersenyum manis ketika menyerahkan kertas itu pada Qiara.     

"Senior ... Aku belum dapat!" Kata Aril sembari merebut kertas itu dari tangan Andi yang masih memegang kertas yang akan diberikan kepada Qiara. Seketika itu Qiara terkejut melihat tingkah laku Aril. Seperti lelaki yang sedang cemburu melihat kekasihnya di dekati.     

"Ohhh ... Ini buatmu!" Kata Andi dengan ramah. Aril pun langsung mengambilnya dengan sinis. Qiara merasa bersyukur miliki pendamping yang baik dan ramah seperti Andi. Tidak seperti kelompok lain yang memiliki pendamping yang galak atau lebih tepatnya sok galak.     

"Yaaa ... Sekarang bukalah kertas di tangan kalian! Setelah itu, lakukan apa yang tertulis di dalam kertas itu!" Kata masing - masing pendamping.     

Seluruh mahasiswa baru yang sudah menerima kertas yang di dalamnya tertulis apa yang harus dilakukan. "Tugas macam apa ini? Menyusun potongan kertas. Akankah menbentuk huruf apa setelah di susun?" Ucap Qiara dengan ekspresi yang buruk karena dia takut tidak bisa menyelesaikan tugas itu lebih cepat. Aril pun kembali mendekati Qiara dengan ekpresi yang tenang.     

"Kamu dapat potongan kertas seperti apa? " Tanya Aril.     

"Ini!" Kata Qiara sambil menunjukkan potongan kertas yang dia dapatkan serta perintah yang ada di kertas Qiara. "Sepertinya ini membentuk hurup T. " Ucap Aril setelah memperhatikan potongan kertas yang ada di tangan Qiara.     

Seketika itu Qiara pun tersenyum dan mengakui lalau teman culun itu biasanya cerdas. Sementara yang lain merasa terkecoh dengan soal yang berbeda dari kelompoknya itu. Padahal kelompok A hanya diperintahkan merangakai kata demi kata dari beberap kata yang dia dapatkan.     

"Selesai ..." Ucap Qiara sambil berjingkrak setelah berhasil menyusun potongan-potongan kertas itu dengan bantuan Aril. 'Dasar gadis kecil nakal. Hal sekecil ini membuatnya panik dan bingung. Bagaimana kalau tidak ada aku disini menyamar menjadi mahasiswa baru. Kemunginan dia akan kena hukuman dan aku tidak rela melihatnya di hukum.' Batin Aril yang tidak lain adalah Julian yang sedang menyamar menjadi Aril hanya untuk menemani Qiara menghadapi Ospek yang menegangkan buat Qiara itu. Setelah membatin.     

Julian pun bergegas pergi dari kerumunan mahasiswa baru mumpung Qiara belum mengenali dirinya. Benar saja kalau Qiara memang tidak mengenali sosok Aril yang ternyata adalah suaminya. Walaupun hatinya sudah memberitahunya, tapi dia tidak begitu faham dengan hal semacam bisikan hati seperti itu.     

Kegiatan terakhir dari acara ospek itu adalah mereka semua dibawa oleh pendamping masing-masing untuk menjelajahi seluruh ruangan yang ada di kampus itu. kemudian setelah semua kegiatan itu selesai mahasiswa pun pulang ke rumah masing-masing 'Aaaarrggg ... Akhirnya kegiatan ospek di hari pertama selesai juga. Tapi, kenapa aku belum juga menemukan Orlin dan Qiano? Mereka berada di kelompok mana sih? Ponsel Orlin juga mati lagi.' Batin Qiara seraya berusaha menemukan keberadaan Orlin dan Qiano.     

Setelah lelah berkeliling untuk menemukan keberadaan Qiano dan Orlin. Qiara pun akhirnya menyerah. Dia tidak tau lagi harus mencari orlin dan qiano di bagian kampus sebelah mana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.