Istri Kecil Tuan Ju

Jadilah Baik!



Jadilah Baik!

0Setelah lelah berkeliling untuk menemukan keberadaan Qiano dan Orlin. Qiara pun akhirnya menyerah. Dia tidak tau lagi harus mencari Orlin dan Qiaono di bagian kampus sebelah mana.     

Sore itu pun, ia langsung pulang dengan ekspresi yang murung karena kelelahan akibat kegiatan yang banyak dari pagi hingga sore, dan ditambah dengan pencarian dua temannya yang tidak kunjung ketemu.     

Tidak lama kemudian, Qiara pun turun dari taxi dengan lemas. Pakaian nya sedikit berantakan dengan rambut yang juga agak berantakan.     

"Selamat sore Ny. " Sambut seorang pelayan yang melihat Qiara baru saja tiba di depan pintu masuk.     

"Ummm ... " Qiara tidak bersemangat menimpali sambutan pelayannya. Tanpa mengatakan apapun. Qiara langsung masuk ke rumah.     

Tidak la kemudian, Qiara langsung merebahkan tubuhnya di sofa. 'Ahhh ... Nyaman sekali. Begini ternyata rasanya jadi mahasiswa baru. Tapi kenapa aku tidak juga bisa menemukan Orlin dan Qiano. Apa mereka pergi kencan? Tapi, aku tau betul siapa Qiano yang tidak mudah jatuh cinta pada sembarang perempuan apalagi baru dia kenal. ' Batin Qiara seraya memperhatikan langit-langit putih yang ada di atas ruang tamu itu. Qiara berusaha keras untuk berfikir dan bertanya - tanya pada dirinya yang belum juga bisa menemukan jawaban dari pertanyaan nya. Karena terlalu penasaran, Qiara pun membuat panggilan kepada Orlin. Namun, tidak juga ada yang mengangkatnya.     

'Orlinnn ... Kamu kemana saja? Kenapa kamu susah sekali dihubungi? Apa terjadi sesuatu pada mu?' Batin Qiara dengan ekspresi yang kacau.     

"Bagaimana ospek mu hari ini? Apakah kamu bahagia mengikuti acara yang membosankan itu?" Tanya Julian yang baru saja keluar dari kamarnya ketika melihat Qiara merebahkan tubuhnya di sofa saking lelahnya. Mendengar suara Julian. Qiara pun langsung menoleh kearah sumber suara. Melihat ekpsresi tenang Julian. Qiara pun seakan bisa ikut tenang.     

"Tentu saja aku sangat bahagia karena bisa menikmati suasana ospek yang menegangkan, juga mampu membuatku melupakan semua beban hidupku. Sekarang mimpi indahku terwujud untuk bisa mengikuti opsek dengan gembira. Walaupun hari ini aku tidak bisa bertemu dengan sahabatku, tapi aku bertemu dengan teman lelaki yang culun. Dia unik, tapi entah kenapa aku merasa sangat akrab dengan tatapan dan sentuhan tangannya." Jawab Qiara seraya merentangkan tangannya sambil tersenyum.     

"Ohhh ... Jadi, kamu menikmati di sentuh dan di tatap oleh lelaki yang baru kamu kenal apa begitu?" Tanya Julian setelah duduk di samping sofa tempat Qiara merebahkan tubuhnya. Ia ingin memancing Qiara untuk mengetahui pendapatnya tentang sosok Aril yang baru saja dia perankannya.     

"Aisss ... Jangan bilang kamu cemburu! Karena kamu terlalu tua untuk cemburu. Lagi pula lelaki yang aku maksud itu sangat tampan dan keren. Dia juga menolong ku menyelesaikan tugas yang rumit. Dia benar-benar cerdas." Kata Qiara seraya membayangkan sosok Aril yang tadi pagi dia kenal.     

"Tidakkah kamu merasa kalau sudah keterlaluan telah membahas lelaki lain di hadapan suamimu? " Tanya Julian lagi dengan ekspresi gelap. Padahal di dalam hatinya ia tertawa dan geli mendengar bagaimana Qiara menggambarkan tentangnya yang dalam penyamaran.     

"Aisss ... Sudahlah jangan ajak ribut! Karena aku lagi malas ribut denganmu. Terlalu banyak tenaga yang hilang dan membuatku merasa lelah. Jadi, biarkan aku istirahat!" Ucap Qiara sambil menutup matanya setelah menarik nafas dalam.     

"Kalau begitu jangan tidur disini! " Kata Julian yang mencoba menasehati Qiara dengan lembut. Karena di rumah itu tidak hanya mereka yang tinggal.     

"Enggak mau. Aku ingin disini!" Sahut Qiara dengan nada kesal. Julian pun menarik nafas dalam melihat Qiara yang susah diatur. Oleh karena itu ia pun tidak punya pilihan selain melakukan tindakan yang sedikit memaksa.     

"Yaaa ... Julian ... Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu malah mengangkatku? Aku ingin di sofa ini!" Teriak Qiara sambil meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari gendongan Julian.     

"Jadilah baik! Jangan menentang ku jika kamu tidak mau aku ceburin di kolam!" Ucap Julian tanpa ekpsresi sambil mempertahankan keseimbangan nya agar Qiara tidak jatuh.     

Mendengar perkataan Julian. Seketika itu Qiara menutup mulutnya karena tidak mau di ceburkan ke kolam.     

"Bagus! Kalau kamu jadi anak baik kemungkinan aku tidak akan melakukan sesuatu yang kamu tidak suka. Jadi, jika kamu membuat ulah atau membantahku maka kamu harus di hukum." Kata Julian dengan ekspresi yang menyeramkan.     

"Iya. Aku tidak akan membatah lagi. Oh iya, kenapa kamu ada di rumah? Tumben kamu pulang cepat?" Kata Qiara sambil menatap heran Julian.     

"Aku menunggumu. Karena aku ingin mendengar ceritamu selama di kampus. " Jawab Julian sambil membaringkan Qiara di tempat tidur.     

"Kamu pulang lebih awal hanya untuk mendengar ceritaku? Apa kamu tidak takut di pecat oleh bosmu?" Tanya Qiara lagi.     

"Ummm ... Tidak akan ada yang berani memecat ku." Jawab Julian lagi sambil membantu melepaskan sepatu Qiara.     

Tentu saja tidak akan ada yang berani memecat Julian. Secara dia adalah pemilik perusahaan itu.     

"Aisss ... Sombong sekali. Ya sudah kalau begitu aku tidak perduli lagi. Sebaiknya kamu kembali ke kamarmu. Aku bisa mengurus diriku sendiri." Kata Qiara seraya menarik kakinya yang baru saja di bantu lepas dari kekangan kaos kaki yang cukup bau itu.     

"Baiklah! Jika kamu butuh aku, kamu datang saja ke kamarku." Setelah mengatakan itu, Julian bangun dari duduk nya. Setelah itu ia mencium kening Qiara dengan mesra. Seketika itu Qiara tertegun dengan degupan jantung yang mulai tidak beraturan.     

"Aku akan istirahat sekarang!" kata Qiara sambil bersembunyi di balik selimutnya karena dia malu kalau Julian akan melihat pipinya yang memerah.     

"Iya. " Sahut Julian.     

Setelah itu ia pun pergi dari kamar Qiara. Tidak lama kemudian, Julian pun masuk ke ruang kerjanya untuk menyelesaikan pekerjaannya yang terbengkalai akibat seharian ia menemani Qiara ospek sebagai lelaki culun. Untungnya Qiara tidak bisa mengenalinya.     

Keesokan paginya. Qiara kembali tidak menemukan Julian di meja makan. Tapi, dia tidak perduli karena dia harus segera berangkat ke kampus agar tidak terlambat di hari kedua ospeknya.     

Di hari kedua ini. Sebelum semua para mahasiswa baru masuk untuk pengarahan. Mereka harus tetap berbaris sesuai dengan kelompoknya masing-masing. begitu pula dengan pendampingnya, masih seperti hari sebelumnya.     

Hari ini tetap ada kuis. Namun, kuis hari ini adalah mencari barisan menurut tanggal lahir . Kali ini kelompok Qiara berhasil menyesuaikan dengan tanggal lahir mereka.     

Namun, saat kelompoknya diperintahkan untuk memecahkan potongan kertas yang harus membentuk huruf itu. Qiara dan kelompoknya pun kalah cepat bahkan tidak berhasil menyusunya. Aril yang dia andalkan malah tidak datang. Dengan sangat terpaksa kelompoknya pun harus menjalani hukuman.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.