Istri Kecil Tuan Ju

Apa Mau Mu?



Apa Mau Mu?

0Tidak lama setelah itu. Qiara pun sampai di depan pintu ruang kerja Julian. Karena ingin mengejutkan Julian. Qiara pun membuka pintu dengan pelan setelah meletakkan apa yang dia bawa di lantai.     

Setelah pintu terbuka. Qiara pun mengambil kembali nampan yang berisi nasi dan lauk itu lalu dia bawa masuk ke ruang kerja Julian. Benar saja kalau Julian tidak tau dia masuk karena sangat fokus pada Leptopnya.     

Tepat saat itu, Qiara terdiam sejenak memperhatikan lelaki tampan yang sedang duduk tegak dan fokus pada Leptopnya itu. Seketika itu Qiara tersenyum melihat Julian yang mengenakan kaca mata minus sehingga ia terlihat lucu dan sangat dewasa di mata Qiara. 'Melihat nya seserius itu. Aku seperti sedang melihat lukisan hidup yang tertata rapi. Dia tampan sih, tapi dia terlalu tua buatku. Juga, belum masanya aku menikah. Tapi, bagaimana dengan diriku yang sudah tidak perawan lagi?' Batin Qiara sambil memperhatikan Julian dengan tatapan yang lembut.     

"Kenapa kamu hanya berdiri disitu? Kemarilah!" Kata Julian tanpa melihat kepada Qiara.     

Seketika itu Qiara terkejut karena tidak menyangka kalau Julian yang sedari tadi tidak menoleh, taunya dia menyadari keberadaan Qiara.     

'Upsss ... Lelaki tua mesum itu ternyata tau aku ada disini. Hehe ...' Batin Qiara sembari berjalan mendekat kepada Julian tanpa banyak protes.     

"Kemarilah!" Seru Julian lagi ketika Qiara sudah berdiri di sampingnya sambil membawa makanan itu.     

"Aaaa ... ? Kamu mau apa? Ummm ... Apa aku menganggumu? Maaf kalau begitu. Aku hanya ingin mengajakmu makan bersama! " Tanya Qiara dengan heran. Tanpa menjawab pertanyaan Qiara. Julian malah menarik lengannya, lalu dia mendudukkan Qiara di pangkuannya sambil tersenyum nakal kearah Qiara.     

"Kamu mau apa? Posisi ini sangat tidak nyaman buatku." tanya Qiara lagi dengan jantung yang berdebar-debar. Ia pun mulai salah tingkah dan grogi.     

"Sayang ... Aku ini suamimu. Tidakkah kamu bisa terbiasa bersentuhan denganku? Bukankah kita sudah satu badan?" Kata Julian dengan nada suara yang lembut. Mendengar perkataan lembut Julian. Qiara langsung memerah. Jiwa labilnya mulai meronta-ronta. Entah apa yang merasukinya? Saat bersama Qiano, dia merasakan jantungnya berdebar tidak menentu. Namun, saat bersama Julian, dia tidak hanya berdebar melainkan kepanasan.     

"Kenapa pipimu sangat memerah? Apa kamu malu pada suamimu sendiri?" Tanya Julian lagi sambil menarik dagu Qiara agar mau menatapnya.     

"Aku ... Umm ... Bisakah kamu melepaskanku? Aku benar-benar tidak nyaman. Juga, tidakkah kamu malu karena selalu menggoda gadis kecil sepertiku? Usiaku pun belum genap 20 tahun. Harusnya, sebagai suami yang baik. Kamu tidak mengajaknya berfikir mesum." Kata Qiara sambil menatap Julian dengan tajam.     

"Hahaha ... " Julian terkekeh mendengar apa yang Qiara katakan. Itu menggelikan dan sangat lucu bagi Julian. Bagaimana tidak lucu? Perempuan yang di pangkuannya itu adalah istri kecilnya yang memang belum genap 20 tahun. Akan tetapi, dia yang paling menikmati sikap mesum Julian.     

"Kenapa kamu tertawa? Apa ada yang lucu? Apa kamu mulai mengejekku?" Tanya Qiara dengan kesal.     

"Sayang ... Aku beritahu padamu. Jika seorang suami tidak mesum dan nakal sama istrinya. Lalu, siapa yang akan memulai kehidupan? Kecuali, seorang suami itu memiliki wanita lain di luar sana. Apa kamu mau aku tidur dengan wanita lain?" Kata Julian sambil mengeratkan pelukannya di pinggang Qiara.     

Mendengar pertanyaan Julian. Qiara pun terdiam membisu. Setelah itu dia kembali menatap Julian dengan sini.     

"Kamu mau tidur dengan wanita lain? Boleh kok. Tapi, akan aku pastikan kalau perempuan itu akan menjadi santapan makan ikan keesokkan paginya. " Ucap Qiara Sera menggertakan giginnya.     

"Cacing dong! He ... Jadi, ceritanya. Suami di kutuk istri menjadi cacing. Apakah begitu?" Julian tersenyum kembali.     

Hanya dengan Qiara dia bisa tertawa lepas, hidupnya yang membosankan berubah menjadi seru.     

"Julian ... Kamu kenapa bercanda terus? Apakah kamu benar-benar ingin tidur dengan wanita lain? Apa karena aku kurang seksi? Apa karena aku hanya anak kecil yang tidak berpengalaman? Atau karena kamu tidak puas hanya dengan satu isteri?" Tanya Qiara dengan ekpresi gelap yang mengerikan.     

"Apa kamu cemburu sayang? Kalau begitu, apa kita harus melakukannya malam ini? " Tanya Julian sambil mengedipkan matanya yang sebelah kanan seraya tersenyum nakal.     

"Hah? Cemburu? Jangan harap kamu! Aku tidak mungkin cemburu padamu. Aku tuh, suka nya Oppa-Oppa Korea. Yang masih muda dan kulitnya kinclong. Lah kamu, udah bukukan tau dan tidak menyenangkan." Sahut Qiara sembari menyeringai kearah Julian.     

Setelah itu ia pun memalingkan wajahnya dari Julian. Bukannya marah. Julian malah tersenyum mendengar apa yang Qiara lakukan. Masih dengan posisi di pangkuan Julian. Dengan kedua tangan Julian melingkar di pinggang Qiara. Dua pasang manusia yang berbeda jauh itu malah terdiam dengan perasaan masing-masing.     

"Yaaa ... Julian! Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu tidak pernah bercerita padaku tentang dirimu? Apakah kamu seorang Mafia?" Tanya Qiara setelah lama terdiam.     

Mendengar pertanyaan Qiara. Julian pun tersenyum. Dia sudah tau kalau suatu hari nanti istrinya akan mempertanyakan tentang dirinya.     

"Apa kamu benar - benar ingin tau siapa aku?" Tanya Julian sambil memegang kaca matanya.     

"Jangan lepas itu! Aku suka melihatmu menggunakan kaca mata. Maksudku, kamu lebih cocok menggunakan kaca mata. Karena itu bisa memrperjelas usiamu. He " ucap Qiara seraya menahan tangan Julian agar tidak melepasnya.     

"Oke. Karena itu permintaan istriku. Tidak masalah. Jadi, apa kamu masih mau tau siapa aku? " Kata Julian sembari membawa Qiara untuk duduk di sopa depan meja kerjanya.     

"Ehhh ... Kenapa kamu malah mengangkatku lalu membawaku kesini? Bagaimana dengan makanan kita? Aku lapar." Rengek Qiara sembari memegang perutnya.     

Tanpa mengatakan apapun. Julian kembali lagi menghampiri meja kerjanya untuk mengambil satu piring nasi dengan lauknya.     

"Sebelum aku memberitahumu siapa aku. Ada baiknya kita mengisi perut dulu bagaimana?" Kata Julian lagi setelah duduk di sebalah Qiara.     

"Setuju. " Jawab Qiara dengan antusias.     

Setelah itu mereka pun makan dengan sepiring berdua. Karena Julian tetap keras kepala agar mereka bisa makan menggunakan piring yang sama.     

Tidak lama kemudian. Mereka pun akhirnya selesai makan. Qiara tampak semakin bersemangat setelah perutnya kenyang.     

"Bagaimana hari terakhir ospek mu?" Tanya Julian sembari menyeka mulutnya.     

"Ummm ... Awalnya sangat menyenangkan. Aku memiliki beberapa teman baru yang baik. Juga, seniorku pada ramah. Namun, aku bingung dengan salah satu temanku yang satu kelompok denganku. Di hari pertama dia masuk dan membantuku memecahkan tugas yang rumit. Tapi, di hari kedua dan ketiga dia malah tidak pernah datang. Aku tanya pada seniorku tentang mahasiswa baru yang bernama Aril, mereka malah mengatakan tidak tau. Kan aneh. Dia itu walaupun gendut dan culun. Tapi, orangnya manis dan menggemaskan. Aku suka matanya dan bagaiman ia menatapku. " Qiara menceritakan semua yang dia alami selama ospek. Termasuk pertemuannya dengan Aril.     

"Khemmm ... Aril? Jadi, kamu terang-terangan mengatakan suka sama lelaki lain di hadapan suamimu? Apa itu bagus? Kalau kamu ingin menjadikanku cacing. Maka aku bisa mengutukmu menjadi keong." Kata Julian dengan cemberut. Melihat Julian cemberut seperti seorang perempuan yang lagi PMS. Qiara tidak bisa menahan tawanya. "Yaaa ... Tuan Ju! Kenapa wajahmu begitu menggemaskan? Apa kamu sedang cemburu? Lagi pula, Aril itu kan dirimu. Masak cemburu sama diri sendiri. Hahahhaha ... " Kata Qiara sambil tertawa memegang perutnya.     

Julian kaget mendengar Qiara mengatakan kalau Aril adalah dirinya.     

"Tinggu! Bagaimana kamu tau kalau Aril adalah aku?" Tanya Julian dengan bingung.     

"Ummm ... Aku sih awalnya gak tau. Tapi, melihat kamu menatapku dengan pakai kaca mata. Lalu, aku merasakan sentuhan tanganmu yang sama dengan Aril. Sehingga, tadi aku menyimpulkan bahwa Aril adalah kamu yang sedang menyamar. Pantas saja aku tidak asing dengan suara dan tatapan serta sentuhan nya. Ternyata dia suami mesum ku. Hahaha ... " Jelas Qiara sambil terkekeh lagi.     

Ekspresi Julian jatuh seketika. Dia sudah menutupnya sedemikian rupa akan penyamarannya dengan tidak datang di hari yang kedua dan ketiga. Tapi, dia tidak heran kalau Qiara bisa tau, karena dia istrinya.     

"Baiklah! Aku akui kalau Aril adalah aku. Semua aku lakukan untuk membuktikan apa yang kamu katakan. Kalau ospek itu seru. Nyatanya, biasa saja." Kata Julian yang mencoba menjelaskan alasannya melakukan itu.     

"Karena kamu sudah tua makanya tidak bisa merasakan indahnya masa ospek. Tapi, terimaksih karena sudah datang di hari pertama. Setidaknya aku dan kelompok ku bisa menyelesaikan tugas dengan baik. Oh iya, besok adalah acara penyambutan mahasiswa dan mahasiswi baru yang berhasil menyelesaikan ospek dengan baik. Aku jadi tidak sabaran menunggu besok. Karena katanya, akan ada tamu spesial dan acara yang di meriahkan oleh para senior yang keren-keren. Termasuk Jhonatan sih katanya. " Kata Qiara dengan senyum yang menawan.     

"Oh gitu. " Julian tidak banyak merespon apa yang baru saja Qiara ceritakan. Dia malah diam saja setelah memberi respon singkat itu. Hal itu membuat Qiara bingung dan mulai penasaran.     

"Kenapa kamu malah diam saja? Apa kamu tidak suka dengan apa yang aku ceritakan?" Tanya Qiara dengan heran.     

"Tidak kok. Oh iya, apa ada hal lain yang ingin kamu ceritakan?" Tanya Julian dengan ekspresi yang rumit. Mendengar pertanyaan Julian. Qiara pun langsung berfikir dan mengingat-ingat kejadian yang baru saja dia lalui. Julian pun sabar menunggu jawaban Qiara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.