Istri Kecil Tuan Ju

Merasa Di Tipu Nafsu.



Merasa Di Tipu Nafsu.

0Kamu tenang saja! Aku tidak akan membuatmu hamil. Atau pun memaksamu untuk hamil jika kamu belum siap." Ucap Julian dengan ekspresi yang meyakinkan.     

Mendengar ucapan Julian. Qiara pun tersenyum, setelah itu ia memeluk Julian tanpa sadar. Malam itu pun, untuk kesekian kalinya mereka menjadi satu di kamar mewah dan diatas tempat tidur empuk milik Julian.     

'Aku tertipu sama nafsuku? Antara cinta dan nafsu itu ku fikir beda tipis. Apakah semua perempuan akan jatuh cinta setelah nafsunya di bangunkan? Namun, apapun itu. Aku tidak mempermasalahkannya karena aku tau kalau yang aku lakukan tidak salah. Aku dan Julian sepasang suami istri, jadi wajar bagi kami melakukan hubungan ini. Sejauh ini, aku semakin mengerti apa yang sudah terjadi.' Batin Qiara sembari menikmati sentuhan demi sentuhan hangat Julian yang selalu berhasil membuatnya lupa diri.     

Keesokan paginya. Qiara membuka mata lalu menatap langit-langit kamar Julian yang putih. Tubuh masih di selimuti dengan selimut tebal berwarna krem. Namun, dia tidak menemukan Julian berada di sampingnya. 'Ummm ... Ini sudah subuh. Tapi, Julian dimana?' Batin Qiara sembari duduk lalu melempar pandangannya ke setiap sudut kamar untuk menemukan Julian.     

Karena tidak menemukan Julian. Qiara pun turun dari tempat tidur, lalu segera memasuki kamar mandi untuk membersihkan dirinya.     

Tidak lama kemudian. Mentari muncul menepati janjinya pada pagi. Qiara duduk di depan cermin di kamarnya. Karena setelah mandi, Qiara pun kembali ke kamarnya. Setelah selesai dandan. Qiara keluar dari kamar karena dia penasaran kemana Julian dari pagi tidak kelihatan.Tepat saat ia melewati pintu ruang kerja Julian. Qiara melihat pintu ruang kerja itu terbuka sedikit. Karena penasaran, Qiara langsung mendekat dan membukanya.     

"Julian?" Ucap Qiara dengan pelan ketika melihat Julian duduk dengan ekspresi serius di depan Leptopnya. Karena tidak mendapat respon. Qiara pun masuk ke ruangan itu dengan pelan. Sebab ia penasaran melihat Julian yang pagi-pagi sekali sudah berada di ruang kerjanya.     

"Apa kamu sudah serapan?" Tanya Qiara sembari memegang pundak Julian. Mendengar suara Qiara. Julian pun langsung menoleh dan menemukan Qiara yang sudah berdiri di dekatnya. Julian pun tersenyum lalu mencium punggung tangan Qiara yang menyentuh pundaknya.     

"Apa kamu mencariku pas bangun?" Tanya Julian balik tanpa mejawab pertanyaan Qiara terlebih dahulu.     

"Tidak. Aku tidak mencarimu. Hanya saja, aku bingung karena tidak menemukan mu sepagi itu di sampingku. " Jawab Qiara sambil menunduk setelah menarik tangannya yang di pegang oleh Julian.     

"Maafkan aku! Tapi, jam 3 dini hari tadi aku baru ingat kalau ada pekerjaan yang harus segera aku selesaikan. Jika tidak, semua pekerja akan kebingungan. Apa kamu ingin sarapan bersama?" Jelas Julian sambil menatap Qiara dengan tersenyum.     

"Bukan begitu. Aku hanya tidak bisa sarapan sendiri. Kalau pun kamu tidak mau sarapan di meja makan. Maka, aku akan meminta pelayan untuk membawakan mu kesini." Kata Qiara dengan salah tingkah.     

"Akan lebih baik kita sarapan di meja makan. Tunggu sebentar, aku akan menyelesaikan nya sedikit lagi. Tapi, jika kamu tidak bisa menunggu, kamu boleh sarapan duluan." Ucap Julian.     

"Aku akan menunggumu di ruang makan. Tapi, jika kamu terlalu lama maka aku akan sarapan duluan. Sebab hari ini kami di haruskan datang lebih awal.     

"Setelah mengatakan itu, Qiara pun langsung pergi meninggalkan ruang kerja Julian tanpa menunggu jawaban Julian. Melihat Qiara pergi. Julian pun, langsung menyelesaikan pekerjaan nya dengan cepat. Sebab dia tidak ingin sarapan sendirian.     

Tidak lama setelah itu. Qiara dan Julian selesai sarapan. Mereka pun berangkat ke tempat tujuan mereka masing - masing. Seperti biasa, Qiara tidak mau diantar oleh Julian dan memilih menggunakan taxi dengan keras kepala.     

"Kapan kamu pindah ke Asrama?" Tanya Julian ketika mereka berjalan keluar rumah secara bersamaan. Qiara terdiam mendengarkan pertanyaan Julian. Sebanarnya dia merasa berat. Tapi, dia sudah terlanjur daftar dan mengatakan kalau dia akan ke Asrama.     

"Kalau kamu ragu, maka tidak perlu pindah. Selain itu, aku akan melakukan perjalan bisnis ke dua Negara. Aku harap kamu tetap di rumah hingga aku kembali." Ucap Julian ketika ia melihat Qiara yang hanya diam dan tidak memberikannya jawaban.     

"Akan aku fikirkan. Ya sudah, aku berangkat dulu! Karena taxi ku sudah menunggu." Kata Qiara dengan gugup. Setelah itu, ia pun berlari meninggalkan Julian dengan cepat. Julian mengangguk lalu segera masuk ke dalam mobilnya.     

Tidak lama setelah itu, mobilnya meninggalkan rumah mewahnya menyusul Qiara yang sudah pergi terlebih dahulu. Waktu terus berjalan. Tanpa terasa, Qiara pun sudah sampai di kampusnya menggunakan pakaian bebas. Sebab mereka sudah tidak di haruskan menggunakan pakaian seragam seperti yang kemarin.     

Meski suasana nya berbeda dari kemarin, Qiara tetap bsia menikmati suasana hari kemarin ketika melihat teman-teman barunya yang silih berganti menyapanya.     

Tidak lama kemudian, Qiara pun, sudah bergabung dengan kelompoknya yang kemarin. Namun, Sebelum acara dimulai. Mereka semua di minta untuk berkeliling menulusuri area kampus tanpa terlewatkan. Tepat saat Qiara melakukan penelusuran bersama kelompoknya. Ponsel nya berbunyi yang menunjukkan ada satu pesan masuk.     

"Apakah ini nomernya Qiara Putri Senja?" Tulis pesan itu. Qiara menaikan alisnya yang sebelah, setelah membaca pesan itu. Ia pun ragu untuk membalasnya karena itu nomer baru.     

"Ya. Ini dengan saya sendiri. Ini siapa dan ada apa?" Balas Qiara setelah lama berfikir.     

"Apa saya boleh bertanya duluan?" Tulis pesan itu lagi yang datang tidak lama setelah Qiara mengirim balasan pesannya.     

"Tanya apa?" Balas Qiara tanpa ekspresi. "Saya adalah seniormu yang sekarang semester 7. Kakak ingin bertanya, kenapa kamu selalu bisa bersikap tenang setiap kali kamu diberikan kesulitan oleh senior lainnya." Tanya sang senior dengan sedikit gugup.     

"Karena saya tidak suka mengamuk." Jawab Qiara dengan simple.     

"Ohhh begitu. Terus, kenapa kamu hanya diam dan tidak pernah mau mengacungkan tangan saat semua orang diberikan kesempatan untuk bertanya?" Balas sang kakak senior lagi.     

"Ahh ... Itu. Iya, saya tidak suka banyak bertanya karena saya takut salah ngomong. Ujung - ujungnya saya di hukum nanti. "Jawab Qiara sesuai dengan kenyataannya.     

"Jangan begitu. Yang penting berani dulu untuk mengacungkan tangan dan menyampaikan apa yang ingin kamu tau jawabannya. " Lanjut sang kakak senior yang mencoba menarik perhatian Qiara.     

"Tunggu dulu! Kakak tau dari mana nomer dan namaku?"Tanya Qiara menyelidik.     

"Bukankah kemarin kamu mengumpulkan biodata lengkap bersama nomer dan fotomu? Dari situ lah aku mengambil nomer mu. Maaf jika saya tidak izin dulu!" Balas sang senior lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.